Sementara itu di bagian penjara istana, sang utusan sedang berbicara berdua saja dengan si lelaki pemaki.
"Sudah kukatakan berulang kali, tidak ada gunanya kau menangkapku. Kembang api sudah akan mati. Tahun baru tak akan datang. Dan yang paling penting, bukan aku pelakunya," ujar si lelaki pemaki.
"Ya. Aku sudah tahu hal itu. Bukan kau pelakunya. Aku pun sudah mengetahui pelaku yang sebenarnya," kata sang utusan.
"Lantas mengapa kau menangkapku?"
"Untuk menyelamatkanmu."
"Dari apa?"
"Dari cercaan orang-orang dan hukuman sang raja."
"Mengapa bisa demikian?"
"Apa kau bodoh? Mulutmu yang busuk itu, yang telah menghina tahun baru di depan orang banyak, jelas akan membuat rakyat menuduh bahwa kau adalah si pembunuh. Dan bukankah kau sudah tahu tentang apa yang akan terjadi bila kembang api tidak bermekar malam ini?"
"Ya, aku tahu. Tidak akan ada hari esok. Tidak akan ada tahun yang baru. Waktu akan berhenti. Hhahaha"
"Itulah sebabnya mengapa kembang api merupakan harta pusaka kerajaan. Dan itu juga akan berarti hukuman mati bagimu, bila kau dianggap sebagai pembunuh harta pusaka."
"Memangnya siapa yang sebenarnya telah membunuh kembang api?"
"Aku," tegas sang utusan.
"Hhahaha, rupanya kau si pengkhianat itu. Mengapa kau melakukannya?"
"Tentu saja untuk menyelamatkan kerajaan ini"
"Apa maksudmu?"
"Apa kau tahu bahwa kembang api itu adalah jelmaan dari Phoenix? Ia akan meledak, menjadi abu, dan abu itu akan bangkit lagi setiap tahunnya untuk pada akhirnya meledakkan diri lagi. Tugas kembang api hanyalah untuk meledakkan diri agar tercipta tahun yang baru. Sebuah pengorbanan."
"Lalu bagaimana caramu menyelamatkan negeri ini?"
"Dengan mengorbankan sang raja. Aku sudah menyadari bahwa raja telah berubah. Ia tidak peduli lagi dengan rakyatnya. Ia sudah termakan dengan nafsunya sendiri. Aku rasa ini sudah saatnya untuk raja tersadar dengan kelalimannya. Sementara itu, harta pusaka hanya akan dapat pulih kembali dengan bermandikan darah dari sang pemimpin negeri. Di sini akan dibuktikan apakah raja bersedia mengorbankan dirinya untuk kepentingan rakyat dan kerajaan, ataukah ia hanya mencintai dirinya sendiri."
