#2

2K 44 2
                                    

"Semoga saja tahun baru terjebak di dalam tempat sampah!" Terdengar makian dari seorang lelaki di tengah hiruk-pikuk keadaan dermaga yang sudah akan tutup.

Berkali-kali ia meneriakkan kata-kata itu. Namun, tak seorang pun yang mempedulikannya. Semua orang sedang bersiap-siap untuk pulang dan merayakan malam tahun baru bersama keluarganya. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari terakhir di bulan Desember. Tak seorang pun ingin ketinggalan menyaksikan pesta kembang api yang akan dilaksanakan di alun-alun ibu kota.

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa pesta kembang api di malam tahun baru merupakan pesta rakyat terbesar yang diselenggarakan oleh kerajaan. Meski tak berapa lama, tetapi waktu yang orang-orang habiskan bersama keluarganya di malam tahun baru merupakan waktu-waktu yang sangat berharga. Mereka berkumpul bersama, bercengkrama bersama, dan membuat harapan-harapan bersama untuk hari-hari esok yang lebih baik.

Perlahan tapi pasti, dermaga menjadi semakin sepi. Semua orang beranjak pergi. Namun, tidak dengan lelaki yang memaki tahun baru tadi. Ia masih saja berteriak-teriak layaknya orang yang tidak waras, "dasar kalian semua manusia bodoh! Rakyat-rakyat bodoh! Untuk apa kalian dengan suka cita menyambut tahun baru yang nantinya akan semakin menghancurkan hidup kalian?! Sudah gila rupanya kalian semua!"

Sampai kemudian datanglah seorang pemuda yang dengan tiba-tiba mendatangi lelaki tadi dan langsung meninju wajahnya dengan bogem mentah. Mungkin pemuda itu kesal dengan ocehan tidak jelas dari lelaki yang memaki tadi, "hentikan omong-kosongmu itu. Kau itu adalah sampah yang sesungguhnya. Kau adalah benalu!"

Lelaki tadi langsung tersungkur dan malah tertawa terbahak-bahak, "hhahahaha, dasar anak muda bodoh. Kau ini memang bodoh. Kau tidak tahu tentang hidup yang sesungguhnya."

"Tidak, kau itulah yang bodoh. Kau yang sama sekali tidak bisa menghargai hidup. Kau hanya bisa memaki dan menyia-nyiakan hidupmu," sahut pemuda itu.

"Biar aku beri tahu satu hal anak muda, hhahaha," kata lelaki tadi, "mau tahun baru datang, mau tidak, kehidupan kita akan sama-sama saja. Sama-sama tetap melarat. Sama-sama tetap ditindas dan dikibuli oleh para bangsawan-saudagar gila itu, hhahaha."

"Meski hidupku tetap susah. Aku tidak ingin menyia-nyiakan hidupku ini. Mengutuki nasib hanyalah perbuatan seorang pecundang seperti dirimu," si pemuda kembali membalas.

"Aaaaaaaaaaakkkkkk!!!!" di tengah-tengah perdebatan sengit antara si lelaki pemaki dengan si pemuda, terdengarlah jeritan dari seorang wanita di salah satu sudut dermaga.

Orang-orang yang masih tersisa di dermaga segera berkumpul mengerubungi wanita tersebut, "Hey, ada apa nona? Kenapa kau berteriak histeris seperti itu?"

Sambil menunjuk-nunjuk ke satu arah, si wanita berkata, "Itu, itu, lihatlah ke sana..." ia terdengar begitu gugup dan ketakutan, "itu, di sebelah sana, aku melihat ada darah. Darah yang begitu banyak."

Orang-orang pun langsung tercengang ketika melihat di pojok sana terdapat kembang api yang terkapar lesu tak sadarkan diri dengan bersimbah darah yang sangat banyak.

Dongeng Tahun BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang