#8

521 22 0
                                    

Ketika suasana di ruang pertemuan kerajaan sedang mencekam. Terdengarlah suara ketakutan yang memanggil-manggil nama raja, "Baginda.. Bagindaa
.." Rupanya itu adalah suara tabib kerajaan, "bagindaa, gawat baginda!"

"Ada apa tabib? Mengapa kau terlihat begitu ketakutan?" seru sang raja

"Ini suatu petaka baginda! Petaka! Ini akan menjadi akhir bagi kerajaan."

"Hey, apa maksud dari ucapanmu itu?" suara raja terdengar risau.

"Mohon ampun baginda. Hamba memang bodoh. Hamba tidak dapat menghentikan pendarahan dari kembang api. Padahal segala macam cara telah hamba upayakan. Tapi tetap saja baginda. Kembang api terlihat tak akan selamat."

Raja hanya diam saja. Raut wajahnya penuh dengan kegelisahan.

"Hamba mengadu kepada baginda. Sebab hamba berharap baginda dapat menemukan cara untuk menyelamatkan kembang api dan kelangsungan hidup kerajaan ini," lanjut sang tabib.

"Apa maksudmu berkata demikian?!" sang raja terlihat tersinggung.

"Hamba tidak bermaksud apa-apa. Hamba hanya berharap agar baginda memiliki cara untuk dapat menyelamatkan kerajaan ini. Ditambah lagi, di halaman istana sana, rakyat sudah berkumpul. Mereka saling gelisah satu sama lain, terjadi huru-hara di mana-mana. Hamba benar-benar tidak tahu lagi baginda."

Raja semakin terdiam. Wajahnya terlihat kuyu, penuh kebimbangan.

"Keluar kau raja!" terdengar satu teriakan dari halaman istana.

"Cepat keluar!" terdengar juga suara lainnya.

Begitu raja membuka pintu ke halaman istana. Betapa terkejutnya ia ketika melihat rakyatnya telah berkumpul dengan membawa obor dan parang. Para rakyat yang pasrah, yang tidak tahu harus berbuat apa, kecuali menuntut rajanya untuk memperbaiki keadaan.

"Kami tidak tahu, dan tidak mengerti mengapa musibah ini bisa menimpa kerajaan ini? Sebenarnya dosa apa yang telah kami lakukan?" seru seorang di antara mereka.

"Apakah kerajaan ini benar-benar dikutuk? Tolonglah wahai raja, selamatkan kerajaan ini bila kau tahu caranya," seru juga yang lainnya.

"Kami hanya rakyat yang tidak tahu apa-apa. Apa yang harus kami perbuat? Apakah ini benar-benar akan menjadi akhir?"

Tekanan yang bertubi-tubi rupanya malah membuat sang raja semakin terdiam.

Dongeng Tahun BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang