ZWEI

618 143 10
                                    

Please vote and comment before you close this story. Thanks for your attention and your time!

---

Berkali-kali Ify mencoba membasuh wajahnya di wastafel agar bengkak dimatanya bisa berangsur normal, namun hanya memberikan sedikit efek.

Dia tahu tak mungkin bisa dengan mudah menghilangkannya setelah menangis hebat selama satu jam. Sekarang yang ia rasakan hanya lelah. Wajahnya terlihat sangat buruk.

Sialnya hari ini dia ada meeting untuk presentasi majalah MM edisi terbaru bulan ini, dan itu tanggung jawabnya. Pekerjaannya.

Untung dirinya selalu membawa baju ganti kemanapun ia pergi jadi dia gak harus bolak-balik ke apartemennya hanya untuk berganti baju.

Ify berjalan menuju walk in closet untuk berganti baju. Kali ini yang dibawanya adalah Dress berwarna hitam putih yang nampak cerah dikulit langsatnya.

Ify menatap cermin di depannya. Nafas berat terhembus dari dalam dirinya.

"I'm fine, i'm fine!" Hibur batinnya.

Ify keluar dari kamar VVIP itu dan bergegas menuju MM Tower. Sun glasses menggantung di wajahnya. Salah satu cara sementara untuk menutupi matanya, setidaknya nanti akan lebih baik.

Gedung MM Tower sudah menyambutnya, pintu taksinya dibukakan oleh security dan ia melangkah keluar menuju ruangannya di lantai 10. Tempat dimana divisinya berada.

----

Di lift Ify bertemu oleh Mario, dilihatnya lelaki itu pagi ini memakai kemeja hitam dan sebuah earphone yang terpasang di telingannya tersambung pada ipod gold yang digenggamnya erat.

Pintu lift terbuka, dirinya dan Mario memasuki kotak canggih itu. Teng! dan pintu tertutup.

"Gaya banget sih lo pake kacamata segala. Masih pagi gini juga!" Komentar Mario, Ia hanya menghadiahinya dengan sebuah lirikan.

"Tumben lo diem? Sakit lo hel?" Tanyanya lagi.

Mario heran melihat respon Ify yang datar-datar saja tidak seperti biasanya. Ide jahil muncul di kepalanya, dengan cepat ia menarik kacamata Ify

"Lo nangis?"

"Lo bisa gak sih gak usah gangguin gue!" Ify menarik kacamatanya kembali.

Mario mendekat, dia menyentuh pipi Ify dan mengecek mata perempuan itu.

"Are you okay?"

Teng.

"Lo gak perlu khawatirin gue, gue bukan bayi yang mesti lo urus dan lepasin tangan lo dari wajah gue!"

Ify menghempaskan tangan Mario kasar, kemudian memakai kembali kacamatanya dan berjalan keluar lift menuju kubikelnya.

Mario hanya menatap miris punggung Ify yang berjalan menjauh.

---

Kubikel. Ify ingin memaki karena tempatnya bersinggasana itu rasanya jauh banget. Sebenernya dia gak bermaksud membentak Mario seperti tadi tapi dia juga lagi kalut-- emosi.

Hatinya yang sedang terluka sekarang justru membuat moodnya hancur. Ify tau dia tipe perempuan yang sensitive, tapi ini juga karena kebodohannya.

Dihempaskannya tubuh mungil itu di kursi kerjanya, menyalakan komputer. Dibukanya stopmap berisi file yang harus diperiksanya untuk bahan presentasi jam 10 nanti, I-phonenya bergetar hebat di meja.

Another Things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang