Sieben

514 79 15
                                    

Please vote and comment before you close this story. Thanks for your attention and your time!

---

Ashilla POV

Mobil yang aku tumpangi bersama Cakka mulai berjalan menjauh dari bandara. Kami memang merencanakan untuk pergi makan siang bersama hari ini sebelum nanti aku akan mengantarnya pulang. Aku bisa melihat Cakka yang begitu kelelahan saat ini. Ku usap keningnya yang sedikit berkeringat dengan sapu tanganku.

"Kamu pasti capek ya? Pasti ngantuk banget, aku jadi gangguin waktu istirahat kamu." Ucapku lirih, terselip rasa bersalah disana.

"Lumayan sih tapi aku kan yang mau di ajak makan sama kamu, kalo aku gak mau aku pasti nolak Shill." Jawabnya dengan sudut bibir yang terangkat, manis.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Ya aku mau  pergi sama kamu. Quality time. Selama ini kan juga aku sibuk banget." Jawabnya sembari menggenggam lembut jemari ku. Aku tersenyum lembut.

Kemudian hening.

"Kita enaknya makan di mana?" Tanyaku sambil menatap cakka yang sedang asyik menyandarkan kepala di car seat sebelahku.

"Ke tempat biasanya aja gimana? Masih suka restoran Indonesia kan?" Dia tersenyum melihatku tertawa.

"Masakan indonesia dimana mana emang paling enak Kka." Pujiku.

"Oh ya? Bukannya kamu lebih sering makan di restoran Perancis?" Sindirnya.

"Kamu lagi flashback awal kita ketemu ya?" Aku mengedipkan sebelah mataku, dan dia tertawa.

"Bener bener GR kamu!"

"Salah sendiri nge-godain mulu!" Balas ku tak mau kalah.

"Hah? Siapa coba yang nge godain tuan putri." Cakka malah terus menggodaku.

"Tuhkan, ih Cakka............" Aku menutup wajahku malu.

Cakka akhir akhir ini memang selalu begitu. Penuh rayuan, dia suka sekali memanggilku dengan "Tuan Putri", atau kalau gak "Cantik" jadi blushing kan? HAHAHA.

"Cie tuan putri salting" Godanya, lagi.

"Ih cicak" Ejekku.

"Ih namau ku itu C-A-K-K-A darimana cicaknya" Protes nya, aku mendengus.

"Nama kamu aku ralat jadi C-I-C-A-K" Balas ku tak mau kalah.

Cakka menatapku tajam seolah aku santapan yang mengenyang kan, dia maju dan menggelitiki ku, ini geli banget. Tapi Cakka tetap tidak mau menghentikan nya walaupun aku sudah berkali-kali minta ampun saking gelinya. Dan akhirnya dia berhenti saat melihatku menangis dipelukannya saking gelinya.

Sumpah rasanya begitu membahagiakan, semua begitu sederhana untuk bahagia.
 

--- 

Cakka POV

Aku menyandarkan kepalaku yang lelah ini disamping Shilla, perjalanan dari Gorontalo memang membuatku kelelahan. Tapi aku juga senang sekali melihat Shilla yang datang menjemput, tanpa ku pinta. Ini cukup membuatnya merasa surprise.

 Ini cukup membuatnya merasa surprise

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Another Things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang