Acht

549 72 16
                                    

Please vote and comment before you close this story. Thanks for your attention and your time!

---
WARNING! HATI-HATI INI PANJANG!

---

Ify POV

Tangan ku masih setia dalam genggaman Mario, entah kenapa lelaki itu masih saja menggenggam nya padahal kami sudah di dalam lift ini sejak beberapa detik lalu. Jelas saja aku penasaran dengan apa yang di perbuatnya. Dia menggandeng ku pergi, marah marah pada Zevana, mengaku ada sesuatu di antara kami, bilang dia menyayangi ku lalu pergi lagi, dan sial nya sekarang diam saja seolah tidak terjadi apa-apa. Duh pusing pala berbi!

Aku menatap wajah nya yang menatap fokus ke depan bilik lift yang terbuat dari kaca-kaca mengkilat. Wajahnya menatap lurus bayangan kami disana, tapi tidak fokus pada bayangannya. Tenang dan biasa saja, Jelas ini tidak biasa saja untukku. Walaupun kalau boleh jujur dia baik banget mau membantu ku pergi dari si ular berbisa itu.

Selama aku kenal dengan Zevana memang sama sekali tidak pernah punya hubungan baik dengan nya. Bukan karena masalah sepele. Dulu Sivia sahabat ku pernah berpacaran dengan lelaki bernama Deva, dan entah kenapa pada saat itu Sivia tiba-tiba datang padaku dengan menangis, Sivia bilang kalau si Deva memutuskan hubungan mereka dengan sepihak. Pantas saja kalau aku marah sekali mendengar penuturan sahabat ku kala itu.

Keesokannya aku yang emosi berat mendatangi apartemen si Deva. Sudah berkali-kali memencet bel yang tergantung indah di pintu apartemen si busuk itu namun tak ada respon, karena kesal aku mencoba membuka gagang pintunya dan berhasil, tidak terkunci. Aku masuk dan sempat kaget karena keadaan ruang tamu apartemen Deva yang sangat berantakan. Ada kemeja brand ternama berserakan dekat sofa, celana jeans, ada dress motif polkadot dari kain satin, dan pakaian dalam wanita.

'WTF, tempat kotor macam apa ini?' Batin ku.

Rasa penasaran mendorong ku untuk masuk lebih dalam lagi di ruangan gelap itu, sampai akhirnya aku mendengar suara orang disana.

Astaga... Apa mungkin mereka melakukan itu di dalam sana? Tubuh ku mendekat ke pintu kamar dan benar saja, Deva melakukan hal menjijikkan itu dengan orang yang selama ini ia kenal sebagai teman sekantor, Zevana.

"Mau sampe kapan ngeliatin gue terus?" Suara tegas itu membawa Ify kembali ke dunia nyata.

"Gue cuma lagi ngereview otak" Jawab ku asal.

"Sambil mandangin gue?" Tanya nya.

TING!

Lift terbuka, akhirnya aku sampai di lantai paling atas Gedung MM ini. Aku melangkah ke Studio masih bersama Mario tentunya. Hari ini ada photoshoot untuk pakain anak-anak.

"Jelas banget gue gak fokus ke elo tadi." Pintu studio ku buka ke samping namun masih sepi.

"Lo pasti bingung soal kejadian di lobby tadi." Ucapnya singkat.

"Dikit, tapi gak penting juga!"

'OMG IFY!!!!!!!!!!!! BISA BISANYA LO BOHONG, PADAHAL LO TUH KEPO BANGET KAN? DASAR JAIM.'

'JELAS AJA LAH GUE JAIM. GILA BANGET GUE JUJUR KE MARIO KALO GUE PENGEN TAU APA SIH HUBUNGAN DIA SAMA SI ULAR BERBISA ITU!'

'TERUS KENAPA LO GAK TANYA AJA?'

'HEH OTAK GUE KAN UDAH BILANG KALO GENGSI. JAGA IMAGE DIKIT KENAPA!'

Stop! Otaknya malah makin pusing gara-gara asyik berdebat disana. Otak kanan bilang apa, eh otak kiri bilang apa. Sangat tidak sinkron.

Another Things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang