Kisah dari dua manusia yang saling mencintai karena sebuah keterikatan.
Terinspirasi dari penulis novel metropop favorit saya, Christian Simamora.
Cover credited by: @moemoerlin thx sayangku!
Anggie Dwi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Please vote and comment before you close this story. Thanks for your attention and your time!
---
Sinar matahari menusuk kulitku dan mengusik mataku yang terpejam. Aku terbangun dengan kaget.
Dimana aku? Bukannya aku semalam masih di atas boncengan motor Mario.
Kenapa sekarang di kasur? Bajuku?Ah syukurlah aku masih dengan dress-ku yang kemarin. Tapi ini kamar siapa? Ini jelas jelas bukan apartemenku kan?
Kamar dengan dominasi warna blue grey terlihat sangat maskulin. Berbeda dengan kamarku yang bercat warna light turqouise.
Ku dengar suara shower menyala, percikan air seperti orang mandi. Aku buru-buru bangkit mengambil bag hitamku. Sialnya sepatu high heels ku entah dimana.
Aku bukannya mengkhawatirkan high heels, tapi high heels itu ku beli dengan menguras tabunganku. Ah dimana sih? Akhirnya kulihat high heels ku itu tergeletak di dekat pintu keluar, aku langsung memakainya.
"Lo mau kemana?" Tegur seseorang, oh tuhan selamatkan aku. Aku membalikkan tubuhku dan menjerit kencang.
"Shut up! Heh lo kira ini tempat apaan. Gak usah teriak-teriak dong!" Bentaknya.
Aku masih menutupi mataku dengan telapak tangan. Dasar manusia gak tau diri. Gila aja dia telanjang dada di depanku. Astaga, astaga, astaga.
"Lo gila! Yang bener dikit dong masa gak pake baju di depan gue!" Protesku.
"Suka suka gue dong. Ini apartemen gue dan gue abis mandi. Ya jelas aja gue telanjang dada gini. Masa gue mandi harus dengan pakaian lengkap? Yang bener dikit dong lo!"
Sialan lelaki ini malah nyerocos gak jelas didepannya. Hei gue ini Perempuan 24 Tahun dan normal. Jelas aja dong gue shock.
"Gue harus balik, gue kan juga mesti kerja," Ucapku takut.
"Enak aja!"
"Hah?"
"Lo enak banget abis tidur di kamar gue terus sekarang main cabut. Lo gak ngerasain sih punggung gue sakit gara-gara tidur di sofa!" Mario berucap panjang lebar marah padanya.
"Gak ada yang nyuruh lo bawa gue kesini. Lagian gue kan juga punya apartemen, Yo! Kenapa gak anter gue pulang aja."
"Lo aja udah ngebo. Sekarang lo musti dapet hukuman karena bikin punggung gue pegel!"
"Ogah banget, itu juga salah lo sendiri!" Tolakku.
Tapi respon yang ku dapat justru aneh, Mario semakin dekat denganku. Matanya menatap tajam diriku seolah siap menerkam.
"Gue laki-laki normal yang bisa aja makan lo behel," Ancamnya padaku.