6

5K 387 8
                                    

Viona Pov

Sudah 1 jam lebih aku berdiri menunggu jemputan Kak Revan. Aku berkali kali melihat Ponselku, siapa tau Kak Revan mengirimiku sebuah pesan singkat. Atau memberi tau tanda tanda dia akan menjemputku.

Namun sampai detik ini, aku tak menerima pesan singkat apapun dari Kak Revan.

2 Menit kemudian

Ponselku bergetar, dengan gerakan cepat aku membuka kunci layarku.

Dan ternyata! Ponselku yang bergetar itu memberi tanda bahwa Ponselku sudah 15%.

Lalu dengan kesal aku melangkah menuju keluar. Namun, hujan deras mengguyurku. Aku kembali menuju tempat dimana aku berdiri tadi.

Lagi lagi Ponselku bergetar. Aku segera membuka layar kunciku.

From : Kak Revan

Sori banget ya Vio. Kak Revan nggak bisa jemput. Ada kegiatan. Sori banget ya?

WHAT

Tanpa membalas pesan dari Kak Revan, aku mematikan Ponselku. Tiba-tiba sebuah klakson mobil terdengar keras. Tanpa melirik siapa pemilik mobil itu. Aku tau.

Pemilik mobil tersebut keluar dengan sedikit berlari, karena hujan cukup deras.

"Kok belom pulang vi?" Tanya pemilik mobil tersebut.

"Belom, nunggu hujan reda," Jawabku.

"Gue temenin lo ya?"

Aku menatapnya dengan ragu. Yang bener aja, jujur setelah aku mengatakan persyaratan Fano tadi. Aku sedikit canggung berbicara dengannya.

"Liatnya biasa aja." Ucapnya sambil membenarkan rambutnya yang sedikit basah karena hujan tadi.

Ganteng juga nih orang.

Eh?

"Kalo mau bilang ganteng bilang aja."

Seketika juga, aku menjadi salah tingkah dihadapannya.

Ini orang bikin gue jadi salting gini sih

"Pede banget sih lo!"

"Lo percaya, gue bisa baca pikiran lo dan hati lo?" Tanyanya, yang membuatku menatapnya tak percaya.

"Hah? Yang bener?" Tanyaku dengan tak percaya. Namun Fano justru tertawa terbahak bahak yang membuatku menaikkan satu alisku.

"Lo boong kan Fan?"

"Gue nggak tau, kalo lo beneran percaya, Vi." Ujarnya setelah berhasil menahan tawanya.

"Nggak lucu tau!"

"Lucu, waktu liat muka lo yang udah bingung. Seakan bener bener percaya kalo gue bisa baca pikiran dan hati lo." Katanya dan tertawa lagi.

"Udah kenapa sih ketawanya. Nggak lucu juga!" Kesalku karena Fano yang tak henti hentinya tertawa.

Setelah Fano berhenti tertawa, dengan terang-terangan Fano menatapku sambil tersenyum. Dan lagi membuatku salah tingkah.

"Apa"

"Lo cantik."

Ucapanya membuat pipiku memerah.

"Hujannya udah agak reda, gue duluan." Kataku dan berdiri menggendong tas ranselku.

"Eh tungguin!" Seru Fano yang ku abaikan.

Tiba-tiba Fano mencekal lenganku.

"Gue anter ya? Udah sore banget ini. Lagian juga masih hujan." Ajaknya

SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang