25

4K 218 22
                                    

Author's POV

Fano dan Viona baru saja memasuki salah satu restoran di tengah kota. Keduanya duduk di meja bernomor 16 dengan meja kursi yang berwarna cokelat. Saat Fano dan Viona baru saja duduk, salah satu pelayan laki-laki menghampiri mereka dengan membawa buku menu di restoran tersebut.

"Selamat sore, ini buku menunya," ucap pelayan itu dan memberikan pada Fano juga Viona.

Setelah keduanya melihat lihat menu yang ada. Keduanya menutup buku menu tersebut.

"Kamu mau pesen apa?" tanya Fano, setelah menutup buku menu tadi.

"Nasi goreng ayam sama es teler," jawab Viona yang segera dicatat oleh pelayan tadi.

"Berarti nasi goreng ayam sama es teler nya dua." Pelayan tadi kembali menambahkan pesanan tadi.

"Nasi goreng ayam dua dan es teler dua. Ada tambahan?" Fano menggeleng, yang dijawab anggukan oleh pelayan tadi dan kembali mengambil buku menu lalu melangkahkan kakinya menuju dapur.

Kini tak ada yang membuka suara. Keduanya memilih diam, tepatnya takut untuk memulai. Yang satu takut misalkan apa yang ia lakukan tadi salah. Yang satu lagi bukan takut, tapi malu.

Fano rasanya tidak suka misalkan diam-diaman seperti ini. "Vi?" panggil Fano sambil menatap Viona yang baru mendongakkan kepalanya.

"Em, ya?"

"Maaf soal tadi." Viona tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Fano 'tadi'.

"Em, maksudnya?"

"Maaf yang tadi, aku takut kalo kamu malah ngejauh." Saat itu Viona baru ngerti.

Bukan ngejauh, Fan. Tapi malah deg deg an kalo lagi sama kamu.

"Oh, iya."

"Iya aja?" Fano menaikkan kedua alisnya. Viona justru bingung, dia harus jawab apa kalo gitu?

"Maunya?" Viona bertanya ragu. Fano baru akan menjawab pelayan tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisi pesanan mereka.

"Makan dulu. Habis ini kita cari es krim," ucap Fano yang membuat Viona menahan tawanya.

Gimana nggak nahan buat ketawa? Lah bilangnya mau cari es krim gitu, kan lucu. Walaupun memang pas itu ada traktir es krim, sih.

Viona hanya mengangguk lalu mulai melahap nasi goreng ayam itu.

Hanya perlu waktu lima belas menit keduanya selesai melahap makanan mereka.

"Udah kenyang?" tanya Fano.

"Kenapa tanya gitu?"

"Perjanjian kita waktu itu, kamu bilang aku harus traktir kamu sampe kenyang." Lagi dan lagi Viona menahan ketawanya.

Fano yang terlalu polos apa gimana sih? Lagian kenapa detailnya perjanjian kok ya dia hafal gitu.

"Udah, Fan. Kenyang banget!" jawab Viona dengan tersenyum lebar.

"Ya udah, nyari es krim yang deket deket sini aja, ya?"

"Mau dimana aja sih, aku ayo aja. Yang penting kalo ditraktirnya sama kamu," kata Viona dengan ketawa.

"Udah berani, ya?"

"Bercanda, ayo ah!" Viona berdiri lalu menarik tangan Fano untuk keluar dari restoran ini.

*

Fano mengajak Viona menuju taman yang letaknya tak jauh dari tempat mereka makan tadi. Di sini memang banyak es krim yang pedagangnya bersebelahan. Juga ada permen kapas, kesukaan Viona saat dulu ia SMP. Karena sekolahannya yang dekat dengan pedagang permen kapas, makanya Viona sering beli, hampir setiap hari malah.

SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang