9

4.6K 355 14
                                    

Author Pov

Fano dengan wajah datar keluar dari mobil sport kesayangannya. Beberapa siswi yang menatapnya tersenyum lebar saat melihat Fano yang dengan cool nya berjalan melewati mereka.

Fano masih menampilkan wajah datarnya tatapannya lurus ke depan, meskipun banyak siswi yang menatapnya dengan terang terangan. Hingga sebuah suara menyerukan namanya.

"Fano!" Seru seorang siswi. Fano berbalik menatap siswi yang memanggilnya. Masih dengan wajah datar, Fano menaikkan salah satu alisnya.

"Gue ada undangan buat lo. Dateng ya." Ucap Shasa. Shasa memberikan kartu undangan sambil tersenyum lebar. Namun, Fano hanya tersenyum tipis.

"Thanks." Begitu jawabannya. Cukup singkat dan jelas untuk Shasa.

Fano berjalan meninggalkan Shasa yang masih menatapnya. Saat ia memasuki kelasnya. Ia menatap siswi yang sedang duduk pada bangku kedua dari depan.

Kali ini, Fano baru tersenyum. Ia selalu tersenyum jika berada di dekat Viona. Dari depan pintu ini, Fano melihat Viona yang sedang melihat kartu undangan.

Fano kembali melihat kartu undangan dari Shasa tadi.

Kartu undangannya sama. Berarti di undang juga. Batinnya.

Ia melangkah menuju Viona yang masih membaca kartu undangan dari Shasa. Ia meletakkan tas ransel miliknya.

"Gue juga di undang. Berangkat sama gue ya?" Kata Fano. Fano duduk di kursi kosong sebelah Viona. Viona menatap Fano lekat lekat.

Hati Viona yang terus bersorak sorak, tak bisa menjawabnya.

Fano menatap Viona sama lekatnya.

"Mau?" Tanya Fano, lagi. Viona yang baru saja sadar akan ia yang terus menatap Fano sejak tadi segera mengalihkan pandangannya.

Fano terkekeh, melihat Viona terlihat seperti salah tingkah.

"Gimana? Pertanyaan gue kenapa di gabur mulu sih?" Tanya Fano untuk yang ketiga kalinya.

"Ya." Jawaban yang keluar dari Viona sangat singkat. Membuat Fano menaikkan alisnya satu, lalu tertawa kecil.

Viona yang sampai saat ini menjadi gugup berada di dekat Fano. Membuat Viona menjadi lebih diam dari biasanya. Hatinya terus bersorak sorak. Dan lagi, jantungnya dengan tiba-tiba konser.

"Ck!" Viona sungguh kesal.

"Kenapa, Vi?" Tanya Fano. Viona hanya menggeleng, tanpa mau menjawabnya.

Fano menatap bingung ke arah Viona.

*

Viona Pov

Hari Minggu.

Aku membuka lemariku, yang berisi dress-ku yang tergantung rapi di lemariku.

Aku mencari dress berwarna putih sesuai dengan dress code pada pesta nanti.
Hingga 3 dress berwarna putih sudah ada di tanganku.

Aku mensejajarkannya. Guna memilih mana yang lebih cocok.

Setelah bermenit menit memilih di antara ketiga dress tersebut. Akhirnya aku, memilih dress putih tanpa lengan selutut. Dengan ikat pinggang berwarna putih.

Setelah melihat jam digital pada meja belajarnya, sudah menunjukan pukul 06.37 P.M.

Aku segera bersiap-siap menuju meja riasku.

Aku mulai memakai satu satu make up yang aku punya.

Setelah semuanya sudah cukup. Aku segera mengganti dress yang sudah ku pilih tadi.

SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang