Part 11

472 42 9
                                    

Jiyong masih mengerutkan wajahnya kesal, dia tak mau makan sedikitpun terlalu penat dengan keputusan pamannya itu. Bagaimana bisa? Mengapa bisa? Haruskah?

Mengapa pamannya tak paham situasi yang terjadi?

Well.. memang situasi apa yang terjadi? Jiyong mendengus. Mengurung dirinya didalam kamar sendirian sama sekali tak menjernihkan pikirannya, malah membuatnya semakin berpikiran buruk.

"Arghhh...!" Jiyong bangkit dan berjalan keluar. Tentunya mencari pamannya untuk berdiskusi akan bodyguardnya itu. Mungkin ini adalah kali pertama jiyong mengeluh dan kali pertama juga jiyong bertingkah seperti anak kecil dan terlihat seperti seorang pria yang sedang terbakar cemburu well.. jiyong tetaplah seorang manusia, merasakan dan melakukan hal ini adalah wajar bukan? mengingat jiyong memang sedang merasakan hal baru dalam dirinya..

Mungkin untuk sebagian orang tindakan jiyong ini kekanak - kanakan dan berlebihan, tapi bagi jiyong yang sedari dulu tidak pernah merasa memiliki seseorang dalam hidupnya yang dekat dan mampu menenangkannya ini merupakan hal besar baginya, mungkin terdengar egois dan bertingkah posesiv tapi mau bagaimana lagi mengingat hati dan pikirannya tak mampu melenyapkan rasa kesalnya ini.

Jiyong berjalan cepat kearah pos pamannya namun sial dalam perjalanannya dia harus dihadang oleh seseorang, "hey!" panggil orang itu yang muncul dibelakangnya dan ketika dia melihat siapa orang yang memanggilnya tangannya langsung mengepal kuat. Jiyong terkekeh kesal, "Weh?" ketus jiyong. Tapi jiyong tidak mengetahui jika orang yang ia hadapi bukanlah orang tipe penurut bahkan malah -- "Yaaaa jaga mulutmu aku ini lebih tua darimu! Bocahhh...!!" teriak Jaejoong menarik kerah baju jiyong dan sedikit mengangkatnya. Jiyong sangat terkejut, kemana sifat sopannya kemarin? ahhh... dalam pikiran jiyong bergulat dan meyakini bahwa kemarin adalah acting, itu semua hanya untuk mengambil alih hati dara noonanya dan paman Sooman, "dasar laki - laki bermuka 2!"

"aishhhhhh !" jiyong menepis tangannya dari kerahnya yang sebenarnya jika tidak secepatnya dilepaskan akan membunuhnya. Jaejoong tersenyum dan sedikit menertawakannya, "You know what?? Jika sainganku hanyalah kau, ini akan menjadi urusan kecil dan cepat!! Jauh - jauh dari dara araseoooo!! kalau tidak.... !" jaejoong menunjukannya kepalan tangannya yang besar dan kuat sebelum melanjutkan omongannya. ".....Ini akan mendarat di pipi mulusmu itu BOCAH!!!" jiyong menggigit giginya keras dan menatap jaejoong dengan kesal "stop memanggilku bocah!!!" teriak jiyong bersiap untuk memukul jaejoong namun tiba - tiba dara datang, "Jiyong apa yang akan kau lakukan? Bersikaplah sopan dia adalah bodyguard kita dan juga dia lebih tua darimu!!" Jaejoong dibelakang menertawakan jiyong. Dara memegang pundak jiyong dan menyentuh kening jiyong, "apa kau sakit jiyong? Wajahmu merah? ahhh... iya aku ingat kau belum makan sedikitpun ayooo sekarang ikut aku untuk makan OK!" Jiyong langsung mendapatkan ide bagus untuk menyerang balik jaejoong, dia tiba - tiba berpura - pura sakit didepan dara, "Aigoooo noona aku tidak enak badan makanya aku tidak mau makan!" saat mendengar rintihan jiyong dara langsung menarik jiyong.. "Ok kau harus makan dan meminum obat kalau begitu araseoooo.. !" Jiyong mengangguk dan berjalan bersamanya namun sebelum itu dia menengok ke belakang dan menjulurkan lidahnya kepada jaejoong untuk mengejeknya, jaejoong hanya bisa menghembuskan nafas berat melihat dara sama sekali tidak mengajaknya atau pun menyapanya.

"Apa dara masih marah kepadaku?" pikir jaejoong memutar balik untuk bertemu dengan Mr. Sooman, dia akan mendiskusikan kasus apa yang terjadi kepada jiyong. sedikit bergerutu, jaejoong kesal mengapa harus dia yang menolong anak menyebalkan itu, sial anak itu ada kaitannya dengan dara jadi dia tidak bisa menolak walaupun dia ingin sekali menolak tugas ini. "Life Suck!"





****



"Apa yang noona pikirkan? Mengapa dia malah mendiamkanku disini? Bukankah dia sendiri yang tadi semangat sekali membawaku kesini?" pikir jiyong menatap dara yang sedari tadi hanya melamun. Jiyong tidak bisa mengetahui apa yang noonanya pikirkan tapi satu yang pasti adalah jika dia sangat takut jika ini semua berhubungan dengan perkataannya waktu itu tentang mengundurkan dirinya untuk menjadi tutor jiyong. Bukan-bukan itu, jiyong sangat berharap bukan itu yang noonanya sedang pikirkan.

My Teacher is My BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang