♂Part 1 : Mas Jeje

21.6K 1.6K 162
                                    

Dasar, anak nakal. Mengganggu istirahat orang lain saja. "Mas Je, are you all right?" bisikku di telinganya. Bau alkohol dan asap rokok menyeruak dari tubuhnya. Wajar sih, namanya juga baru keluar dari diskotik. Untung aja nggak pakai acara berkondom-kondom ria *well, you know what i mean*. Bisa gawat kalau itu sampai terjadi.

"Bawel banget sih! Udah cepetan bawa gue pulang." Tanpa rasa berdosa bocah tengik satu ini menarik leherku kasar. Tidak ingin memperburuk suasana, kuputuskan mengikutinya dalam diam. Memangnya apalagi? Toh, ini juga pilihan satu-satunya.

Badanku yang berisi tak lantas membuatku kuat menahan berat tubuh Mas Jeje, anak nakal majikanku yang sedang mabuk. Buktinya sekarang aku sempoyongan ke kanan-ke kiri. Badan abg ini berat juga, sumpah, serasa gendong bayi dewasa.

"Ste, tadi ayah tau nggak kalo lo jemput gue?" Masih dengan teler mode on Mas Je buka suara.

Kulirik Mas Je dengan pandangan 'aneh'. Tentu saja sambil mbatin, 'Ini anak goblok atau apa sih, jelaslah aku nggak akan bilang. Bisa dipecat aku kalau bapak sampai tau. Dasar kutu kampret!'

"Nggak mas." Jawabku akhirnya.

"Sip! Awas lo kalau sampai berani aduin ke ayah. Gue pecat jadi sopir gue!"

Nah lho, bingung kan. Ini mah sama aja. Maju-mundur kena. Heran, kenapa keluarganya Mas Je suka banget pakai kata-kata 'pecat'. Emang dipikir kata pecat nggak bikin hati ini dag-dig-dug apa. Oke, terima kenyataan! Orang kaya selalu benar.

Beberapa saat kemudian, kami sampai di depan Honda Jazz putih yang kelihatan habis dicuci Sunlight 7x. Sangat bersih dan kinclong. Setelah bunyi 'bip' tanda terbukanya kunci otomatis, aku menarik pintu penumpang di samping kemudi. Menuntun mayat *oops* Mas Je ke dalam mobil. Kuhempaskan tubuhnya begitu saja, kesempatan, mumpung anaknya lagi tidur. Padahal sebenarnya ingin lebih sih. Contohnya memutilasinya gitu. Haha.

"Jangan tinggalin gue!"

Mataku mendelik saat Mas Je bilang kata-kata absurd itu. Bukan terpesona, cuma takut kalau nih anak cedera otak. Atau yang lebih gawat, dia sadar kalau aku udah ngelempar tubuhnya gitu aja ke dalam mobil?! Ah, No! Jangan sampai aku dipecat!

Karena nggak ingin dipecat sebelum gajian, terpaksa aku membetulkan letak tubuh Mas Je di atas kursi. "Nggak, mas. Daritadi saya juga disini. Mas mau tidur di belakang ta? Barangkali di kursi depan nggak nyaman."

Dan hal absurd lainnya terjadi, pemirsaaa!!

Cup~

Mas Je mencium bibirku sekilas. "M..mas?" Aku mencoba mundur, kaget. Tapi terlambat! Mas Je udah memegang leherku posesif. Melanjutkan ciuman bibirnya. Gila! Ciuman ke-10 ku diambil bocah tengik sialan ini!

"Jangan gerak! Gue pecat lu kalau sampai gerak," ancamnya. Please, siapapun tolong! Aku straight!!!!

"Mas Je, malu mas diliatin orang," tak kehabisan akal aku mencari alasan untuk lepas dari dia.

"Oh, lu malu. Oke, kita pindah ke belakang." Entah karena shock atau apa, aku sampai nggak sadar waktu Mas Je menarik tubuhku untuk pindah ke kursi belakang mobil. Dengan posisi tubuhnya yang menindihku, dia menutup pintu mobil kasar.

"Mas, istighfar mas. Istighfar.." Ujarku menasehati. Dari sini aku merasa gagal jadi bule, biasanya kan bule cenderung agresif, nah ini? Kenapa malah aku yang dapat peran ustadz nya?

"Lo bego. Gue Hindu." Mampus, aku keceplosan. Mas Je kan emang orang Hindu bukan Islam. Aduuuh, Mommy!! Tolong! Anakmu mau diperkosa.

"Y..ya, itu maksud saya. Nyebut mas sama Yang di Atas." Lanjutku gugup.

Ternyata Mas Je nggak menanggapi nasihatku. Jadilah sekarang..

"Ahh! Geli, mas." Mas Je menggigit telingaku pelan. Tangannya aktif bergerilya di balik kaos casualku. Aku yang semula risih, mulai terbuai sama gerakan lincah tangan Mas Je. Desahan demi desahan lolos dari mulutku.

"Apa yang mau Mas lakuin?" Tanyaku terbata-bata saat Mas Je mulai menggerayangi tubuhku. "Bikin lo mendesah," jawabnya yakin.

Sinting! Dia pikir dia lagi berurusan sama siapa?! Terus kenapa aku yang jadi bottom nya? Unbelievable.

"Dan jangan coba-coba mikir lo berkuasa disini. Gue top, jadi lo bottom jangan rewel. Jadilah bottom yang manis dan nurut buat gue," lanjutnya sambil menyeringai..

Aku nggak tersinggung atau sakit hati dengan kata-katanya. Cuma yang paling aku sesalkan, kenapa badan bule ku nggak berguna di saat genting begini(?!)

Memalukan.

Aku ingin tenggelam ke laut sekarang.

***

Moshi-moshi~
Kembali lagi sama cerita yaoi. Hehe.

Sorry kalau ceritanya langsung Rate++ gitu :v

Cuma urusan otak aja yang melenceng dari ide semula :D
Haha, awalnya aku pengen si bule nya ini jadi seme. Eh, jadinya kok malaah.. hehe

Dan jangan heran kalau nih bule bisa lancar bahasa Indonesia, karena emang dari oroknya nih bule udah dibesarin di Indonesia. So, keep calm guys. Gak akan ada moment sok-sok inggris kok, lagi pula, author apa mah atuh. Kagak bisa bahasa Inggris. Oke, curcol. Sorry. Hihi.

Jangan lupa vote dan comment ya.
Makasih ^^

Sugar ChauffeurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang