♂Part 20 : I Will

12.9K 827 77
                                    

[Author]

Hari pertama.

"Berhubung kita nginep di kawasan Denpasar, tujuan pertama kita Pantai Kuta." ucap Dimas di balik kemudi, "tenang aja, gausah khawatir. Gue pemandunya. Gue udah tau seluk-beluk kota Bali. Kalian pikir, buat apa ada internet?"

Oke, mungkin hanya Dimas yang berpikir semua akan baik-baik saja. Lainnya? Nggak sama sekali. Dimas pemandu yang payah. Lagaknya aja yang sok jadi pemandu pro. Nyatanya? Dia sudah tanya rute ke Pantai Kuta ribuan kali ke penduduk setempat maupun pengguna jalan yang lain.

"Dimas, tolong putar pujian-pujian rohani. Aku nggak yakin bisa kembali ke hotel dengan selamat," kata Wendy ngeri. Kematian kami tampak jelas di depan matanya.

Dimas mendengus kesal, merasa diremehkan. "Stay cool, My lady. We'll happy ever after. Yeah~" ucapnya sedikit bergurau.

Beberapa menit kemudian.

Mesin depan mobil berasap karena menabrak pohon Kamboja yang tumbuh kokoh di depan rumah penduduk. Penyebab utamanya karena Dimas yang ngebut dan hilang kendali. "So, Dimas. Apa kata-kata terakhir lo?" ucap Jeje dingin. Dimas salting, hanya mampu tertawa gugup. Takut dikremasi hidup-hidup sama Jeje.

Akhirnya, sisa perjalanan pertama mereka habiskan dengan berdesakan di dalam angkutan umum.  "Stev, ingetin aku untuk menyalib Dimas, nanti." dengus Wendy kesal. Firasatnya hampir terbukti benar.

***

Hari kedua.

Karena trauma dengan hari pertama, mereka sepakat untuk menyewa pemandu asli bukan KW. Menerima kenyataan ini, Dimas sedikit manyun. Eksistensinya sudah hancur lebur di depan majikan dkk.

Tapi yang namanya masalah dan pembuat masalah, selalu akan hadir diantara mereka. Setelah Dimas, sekarang Tito. Jangan dikira bocah SD itu nggak mewarisi sifat cabul bapaknya ya.

Singkat cerita, ketika mereka berada di Pantai Sanur, Wendy membebaskan Tito bermain bersama Jeje dan Steve. Alasan utama? Dia ingin berjemur tanpa rengekan Tito.

Sayangnya, namanya dimabuk cinta. Steve dan Jeje (yang ditugasi menjaga Tito) malah asyik pacaran. Akhirnya, mereka menerima balasan yang sangat buruk.

Dimulai dari teriakan melengking seorang bule perempuan, mereka yang reflek menoleh ke sumber suara, dan menemukan tangan Tito bertengger manis di atas bikini kerang si bule yang sedang berjemur. Kemudian dengan tepisan kasar si bule pada tangan mungil Tito dan makian dalam bahasa Inggris.

Jeje dan Steve langsung berlari ke arah Tito. Menghampirinya dan menanyakan apa yang terjadi.

Dengan polosnya Tito menjawab, "kerangnya lucu, Daddy. Aku ingin punya itu. Jadi aku ambil."

Jeje sampai melongo ke arah Tito, berbalik melihat bentuk bra si bule, lalu menatap Steve prihatin. "Anak lo...dalam bahaya." Ucapnya. Tiba-tiba..

Bugh!

Tendangan berkekuatan super mendarat di selangkangan Steve. "Hollyshit. Fuck you and your son!" Maki bule itu dan meninggalkan Steve dalam keadaan terhuyung ke belakang. "What the hell are you!" Balas Steve kesakitan. Itu nya terasa cenat-cenut, bahkan dia pikir itu akan putus.

Jeje hanya menyaksikan kejadian barusan dengan pandangan kagum. "Ck, ck, ck... Di saat tertentu cewek emang mengerikan." Batinnya.

Setelah cukup pulih dari rasa sakitnya, Steve menasehati anak semata wayangnya. "Tito, sayang. Itu bukan kerang. Itu bra."

"Bra? Apa itu bra?" tanya Tito penasaran. Dia belum pernah mendengar istilah itu sebelumnya. Steve bingung, otaknya berputar cepat, "Hmmn... bra adalah...tempat untuk.." Steve kehabisan ide. Rasanya sulit menjelaskan kepada balita.

Sugar ChauffeurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang