♂Part 2 : Aku Menyerah!

15.4K 1.4K 85
                                    

"You're drunk now. Please, don't do it. Nanti Mas bisa menyesal," ucapku panjang lebar melawan desahan dan birahiku sendiri. Yang bener aja, nih bocah baru 18 tahun. Tapi napsunya.. mengalahkan bapak-bapak impoten.

"Gue nggak bakal nyesel, gue lagi butuh pelampiasan sekarang," balasnya cuek.

Udah jelas kan? Mas Je lagi di mode keras kepalanya. Kalau udah gini, dijamin Mas Je nggak bakalan berhenti. Melawan percuma, dipecat iya.

Akhirnya setelah menganalisis, menimbang, dan memutuskan, aku, Steve Youth bersedia meladeni kelakuan Mas Jeje dengan lebih berani. Ha-ha-ha.

Kukaitkan tanganku di lehernya. Menarik tubuh Mas Jeje lebih dekat sampai menghimpit dadaku. Aku menjambak rambutnya pelan, kode untuk memperdalam ciuman kami.
Menangkap sinyal positif yang aku kirim, Mas Jeje balas menggigit bibirku kasar. "Ahhh..sakit, Mas." Keluhku pelan. Mendengar lenguhanku, ciuman Mas Jeje sedikit melembut. Bisa kudengar suaranya mengucapkan 'maaf' di sela ciuman panas kami. Meski begitu, tempo ciuman kami tetap cepat dan tidak teratur. Tangan Mas Jeje berpindah dari dada ke pinggangku. Dia memeluknya erat dan posesif.

Belum puas dengan bibirku, Mas Jeje meminta akses untuk memasukkan lidahnya ke mulutku. Aku buka mulutku perlahan, malu-malu. Ini pengalaman pertama kali aku bercumbu dengan laki-laki. Jadi wajar kan kalau aku merasa sangat kaku. Spontan, dia memasukkan lidahnya ke mulutku.

Geli, batinku.

Dia menggerakkan lidahnya sensual, mengajak lidahku hanyut bersama gairahnya. Tak ingin dianggap remeh, aku balas menghisap lidah Mas Jeje penuh napsu. Dia mendesah meminta lebih, "lebih keras..dan ahhh..panggil..ahh..nama..gu..ehhh."

Mas Jeje terus mendesah tertahan saat kuhisap lidahnya kasar. Dia gelagapan ketika ciuman kami kubuat semakin liar dan tak bertempo. Aku yang dari awal menjadi pihak di bawah, tak lantas menyerah begitu saja untuk menjadi Top! Meskipun nggak tau apa-apa tentang hubungan badan sesama laki-laki, setidaknya aku punya jurus andalan. Insting.

Dan sekarang instingku mengatakan, aku harus jadi yang lebih dominan -menusuk. Karena dilihat dari sisi manapun badan sixpack Brad Pitt ku lebih unggul daripada badan krempeng Mas Jeje.

Hmm..sudah kuduga. Hanya masalah gengsi mengapa Mas Jeje sampai maksain buat jadi Top. Huuuuuuu~ *demo*

Posisi ini harus segera ditukar.

Tanganku mencoba bergerilya dari leher ke punggungnya. Setelah itu kupindahkan tangan Mas Jeje dari pinggang ke leherku. Menyuruhnya untuk mengaitkan tangannya. Mas Jeje hanya menurut tanpa protes, tumben?

Aku memeluk pinggang Mas Jeje, lalu menariknya untuk bangkit. "Kita sambil duduk. Kakiku sakit Mas kalau ditekuk terus," kataku dengan logat Malang.

Mas Jeje hanya mengangguk lemah. Aku ikut duduk. Kuposisikan Mas Jeje diatasku. Kakinya menghimpit pangkal pahaku. Mungkin karena menyadari, baik milikku atau miliknya sudah sama-sama tegang, pipi Mas Jeje langsung blushing. Aku ngakak dalam hati, siapa yang menyangka, bocah ini ternyata tipe pemalu?

Aku menarik kepalanya mendekat ke arahku. Kusentuhkan ujung hidung kami perlahan. Aku tidak suka bercinta dengan tergesa-gesa. Bagiku, setiap hubungan badan harus benar-benar punya taste. Yaaah, meskipun tanpa cinta dan hanya dorongan napsu.

Lalu kucium bibirnya pelan. Tanganku yang bebas, menarik pinggangnya ke tubuhku. Closer..

Mulut Mas Jeje yang beraroma alkohol semakin membuatku bergairah. Setelah cukup lama bermain dengan lidahnya dan bertukar air liur, aku mencium dagunya. Semakin ke bawah, lehernya.

Leher Mas Jeje jenjang dan sangat putih. Ingin menjahilinya, aku menggigit lehernya pelan dan meninggalkan banyak kissmark disana. Haha, biar malu dia besok.

Mas Jeje menyenderkan kepalanya di bahuku. Memeluk leherku erat. Bisa kurasakan milikku semakin berdenyut. Saat aku berniat membuka bajunya, di situlah terjadi keanehan.




Mas Jeje ngorok.

Ya ampuuuun!!!

Ini anak, suka kali ya bikin orang menderita!

Karena milikku sudah terlanjur berdiri, terpaksa kutuntaskan sendiri urusanku. Dengan perasaan dongkol aku menurunkan Mas Jeje yang terlelap dengan tidak elitnya dari atas pangkuanku.

Sial! Meskipun awalnya aku tidak mengharapkan ini, setidaknya kalau sudah mengajakku bercinta jangan ditinggal sendirian gini dong?? Kan gak enak juga. *kibarkan bendera kuning*

***

Hai-hai. :v

Kembali bersama saya di minggu penuh kejonesan ini :D Haha.

Mohon maaf kalau part ini sangat-sangat-sangat-sangat-sangat mengecewakan :v

*Sengaja bikin reader ngamok biar comment:v*

Ya biarlah, apalah dayaku. Mas Jeje terlalu polos untuk itu. Wkwkwk..

Udah ah, makasih ya buat yang udah setia nungguin//emang ada?

Please vote and comment. 1 vote dan komentar anda, sangat berarti bagi saya -promosi:v-

Bubyee~

Sugar ChauffeurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang