♂Part 17 : Under the sea

7.5K 760 30
                                    

Hai, dengan Steve disini.

Sudah lama rasanya aku tidak  menginjakkan kaki di tanah kelahiran. Sekarang, aku tinggal di Australia dan mendirikan restoran khas makanan Jawa disana.

"Thank you." Ucap salah satu pelanggan tetap restoranku.

Aku balas tersenyum. Mengucapkan "You're welcome", kemudian sibuk kembali dengan pekerjaanku.

Aku membuka restoran ini sejak tahun pertama kepindahanku. Semua modal berasal dari Mami. Orangtua itu...bahkan rela menjual semua perhiasan yang dia miliki demi aku. Dengan berbekal rasa nekat aku ikut kursus online koki Jawa. Awalnya sangat menyebalkan. Bagaimana tidak, yang biasanya pegang kemudi berganti menjadi pegang wajan. Kalian tidak akan menduga betapa frustasinya aku saat itu.

Untungnya Jenny bersedia membantu. Setelah tau rencanaku tentang membuka restoran jawa disini, dia langsung terbang ke Australia 1 bulan kemudian hanya untuk mengajariku bagaimana memasak aneka makanan Jawa yang baik. Aku sangat mengapresiasikan hal itu, mengingat kursus online tidak membantu banyak (karena aku kesulitan mengenali tiap-tiap bumbu dapur).

Dan selanjutnya, seperti yang aku bayangkan. Aku membuka restoran ini kira-kira 3 bulan setelah kursus singkat bersama Jenny. Waktu yang lama. Pertama kali dibuka, aku bekerja sendirian. Sistemnya seperti warung di Indonesia. Aku yang memasak, melayani, sekaligus sebagai kasir seorang diri. Namun, lambat laun, karena mulai banyak pelanggan tetap restoranku, aku merekrut 2 orang pekerja untuk membantu. Hal ini sedikit memudahkan, aku jadi bisa fokus menjadi koki-nya.

"Bos, ada surat." Itu suara Fret, salah satu pekerjaku.

Aku menerima amplop coklat surat mungil itu dari tangan Fret, "Siapa pengirimnya?" Tanyaku.

"Entah, di amplopnya hanya tertulis 'untuk Steve' tanpa keterangan lebih lanjut. Coba buka aja, barangkali di dalamnya ada jejak pengirimnya?" Balas Fret.

Benar juga, pikirku. Aku membuka amplop itu. Mengambil isinya, dan mulai membaca.

"Halo, Steve..

Di dalam amplop ini terdapat kartu reservasi sebuah hotel bawah laut di Singapura khusus untukmu. Kartu ini berlaku tanggal 18 Mei. Datang dan konfirmasi dengan resepsionis. Kau akan mendapat kamarnya. Terima kasih.

Aku menunggumu."

Aku heran, tidak salah?

Kira-kira seorang dermawan seperti apa yang rela membuang uangnya untukku? Tidak ada nama pengirim disini. Apa aku ditipu?

Aku mencoba melongok ke dalam amplop dan.. bravo! Ada kartu reservasi hotel bawah tanah itu sungguhan. Asli!

"Bos, apa itu.. oh shit, reservasi hotel bawah laut Singapura berharga jutaan dolar?! Bagaimana bisa kau mendapatkannya?! Fuck, I wanna get one!" Itu suara Midi, karyawanku selain Fret. Bahkan, Midi yang biasanya kalem, berubah jadi bringas dan membelalakkan matanya shock.

Aku belum percaya sepenuhnya, ini seperti mimpi di siang bolong. I mean, siapa yang bakal menolak berkah dari langit? Singapura hanya soal jarak, aku bisa terbang kesana dalam sekali jalan.

Dan dengan lucunya melupakan pencarian 'sang pengirim' lebih lanjut.

*** 

2 hari berikutnya, aku sampai di Hotel bawah laut Singapura. "Saya ingin mengecek apa kartu reservasi hotel ini masih aktif," ucapku pada resepsionis.

Sang resepsionis, wanita berwajah Asia itu menjawab dengan bahasa Inggris beraksen British yang sexy, "Mohon tunggu sebentar, tuan." Aku menggangguk. "Benar, kartu reservasi hotel atas nama Mr. Steve Youth resmi masih dapat digunakan."

Sugar ChauffeurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang