One Person
Seperti orang bodoh,
Aku takut perasaanku yang semakin besar ini****
Sehun merasa jengkel melihat keadaan tempatnya yang sudah berantakan. Dia sudah menahan diri untuk tidak memaki ketika mendengar suara pecahan kaca yang berasal dari barang-barang pribadinya.
Dengan cepat dia bangkit dari posisi tidurnya yang bersandar nyaman di punggung sofa, lalu menatap dua orang yang saling kerjar-kejaran di seberang ruangan. Kehebohan ini sudah berlangsung selama 10 menit, tapi semua barang di ruangannya sudah habis menjadi sampah dan berserakan di lantai.
"Hey, kalian merusak barang-barangku!"
Sehun hampir menjegal kaki Jong Il yang berlari melintas di depannya tapi selalu tidak berhasil. Dan Jong Il beberapa kali menjadikannya tameng ketika Soo Jung ingin melempar balok mainan (jenga).
Jong Il bahkan sudah mematahkan kaki meja bilyarnya saat berlari ke sana tadi, dan Sehun merasa puas ketika lemparan Soo Jung mengenai dahi Jong Il yang menantang.
Sehun segera menyingkir sebelum hidung kesayangannya terkena lemparan.
"Bab..." Jong Il merajuk.
"Jangan memanggilku seperti itu!"
Senjata Soo Jung berubah menjadi bola bilyar. Dan lemparan Soo Jung mengenai sisi kanan Jong Il dan menjatuhkan vas yang bertengger di meja.
"Sweetie,"
"Menjijikkan sekali!"
Lemparan ke dua berhasil di hindari Jong Il lagi dan kini mengenai figura di dinding sampai kaitannya terlepas sebelah dan miring.
"Sugar pai?"
"Kubilang jangan memanggilku dengan nama menjijikkan seperti itu!"
Lemparan selanjutnya Jong Il sudah tiarap.
"Honey,"
Soo Jung berdesis kesal dan tetap tidak menurunkan level kemarahannya.
"Krys!"
Jong Il memberikan usaha terakhirnya dengan wajah memohon ampun, dia juga sudah menyebut nama Soo Jung dengan panggilan seperti biasanya, Krysta.
Jong Il tahu Soojung geli mendengar sebuatan-sebutan manis seperti yang Jong Il sebutkan tadi, tapi Jong Il hanya ingin memperlakukan Soo Jung dengan manis. Menurutnya tidak ada yang salah dengan nama-nama itu.
"Sehun, kunci pintunya!" Soo Jung mengabaikan Jong Il yang memasang pupy eye dan meminta Sehun untuk mendukung upayanya menghakimi Jong Il yang mata keranjang. Tapi detik berikutnya yang keluar adalah suara ancaman. "Kalau kau membiarkannya keluar kupatahkan juga kakimu!"
Ancaman itu bukan hanya sekedar omongan. Sehun ingat bagaimana kaki Soo Jung menendang pahanya ketika Sehun kalah dalam permainan. Rasanya benar-benar menyakitkan. Bagaimana seorang perempuan memiliki tenaga badak seperti itu? Tubuh Soo Jung bahkan tidak lebih besar darinya.
Tapi omongan Soo Jung tidak diharaukan Sehun. Dia terlanjur kesal karena tempatnya menjadi berantakan. Coba saja hitung berapa kerugian yang dia dapat saat kedua orang itu menghancurkan barang-barangnya. Tapi setelah urusan mereka selesai dan Sehun meminta pertanggung jawaban, Jong Il hanya mengatakan bahwa nanti dia akan membayar. Tapi pada akhirnya kata nanti itu terlupakan oleh waktu yang mereka habiskan bersama.
Seharusnya Jong Il membiarkan tubuhnya remuk saja kan? Itu mungkin akan membuat Soo Jung puas dan cepat melupakan kemarahannya. Tapi Jong Il si pembuat onar tidak pernah membuat Soo Jung bisa duduk dengan tenang. Katanya menyenangkan menjahili Soo Jung, tapi terkadang Jong Il tidak menduga seperti apa resikonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
√ SECRET [SEHUN] - Proses EDIT
Novela Juvenil[COMPLETED 1-35 bab] - sebagian proses edit Sehun berpikir dia bisa mendapatkan segalanya termasuk memiliki seorang wanita keras dan berstatus sebagai adiknya. Bagaimanapun caranya dia harus memilikinya sekalipun dia harus membuat kedua orangtuanya...