[14] Because of You

12.2K 929 61
                                    

HYEMI

Saat Soojung mengatakan pesta itu artinya benar-benar pesta.

Bau bir, asap yang mengepul dari panggangan, dan kembang api yang meletup-letup dari tangan mereka membuat pesta semakin bertambah meriah.

Orang-orang berkumpul di pinggir kolam, menikmati pesta dengan jumlah makanan yang bahkan sanggup memuaskan 50 orang sekalipun. Padahal aku yakin yang ada di sini tidak lebih dari 20 orang. Chan Yool hanya mengajak beberapa teman club bisbolnya; Woohyun, Minhyuk, Min Ho dan Hyunsik. Tentu saja ke empat orang itu juga mengajak teman wanitanya, tapi tidak semuanya.

Bekyun sudah pasti menjadi orang pertama yang harus ikut serta, Dokyun tidak ketinggalan karena pasti Bekyun akan menyeretnya dengan paksa sekalipun Dokyun membuat banyak alasan. Dan Jong Il—yang aku rasa akan mengambil kesempatan ini untuk berduaan dengan Soojung—jelas tidak akan menolak.

Mereka sibuk bercengkrama, saat aku hanya berdiri di ambang pintu dengan lima piring kosong di kedua tanganku yang entah kenapa itu terasa berat. Semua orang rasanya menikmati pesta ini dan hanya aku saja yang sibuk dengan memikirkan orang di luar sana.

Sehun tidak ada di sini dan entah apa yang dia lakukan seharusnya sudah menjadi kebiasaanku untuk tidak menyebut namanya di dalam hati, tapi itu adalah sebuah ketidak sengajaan ketika namanya tiba-tiba muncul di pikiranku dan menyedot semua perhatianku. Aku seharusnya mulai terbiasa tapi memang benar, semakin banyak menyangkal malah semakin sering memikirkannya.

Kenyataan mengenai keberadaannya di Jeju bersama Irene membuatku semakin memikirkannya. Gadis itu—orang yang selalu Sehun panggil dengan sebutan Nuna—bagaimanapun membuatku merasa iri. Entah kenapa, semua hal yang ada pada diri Irene—wajah, tubuh, caranya berjalan, caranya tersenyum, rasa percaya dirinya, semuanya—membuatku merasa kecil.

Aku masih ingat.

Saat itu Irene berkunjung di malam tahun baru. Bersama nenek Sehun. Melewati satu malam di akhir tahun. Mereka jelas tidak terlihat seperti saudara—ya, aku tahu—mereka memang bukan saudara dan kenyataan itulah yang membuatku merasa iri. Aku masih tidak menyukai Sehun saat itu, hanya sebatas mengagumi tanpa membawa perasaan lebih jauh seperti sekarang ini. Tapi tetap saja yang mereka lakukan entah kenapa membuatku tidak nyaman. Kesal. Marah.

Sehun terbiasa mengangguku, dan malam itu dia sejenak melupakan diriku dan menganggap Irene adalah satu-satunya orang yang bisa diajaknya bicara.

Irene sebenarnya tidak terlalu menyebalkan. Sifatnya memang sedikit arrogant, itu jelas terlihat saat berada di dekatku. Aku tidak tahu kenapa dia seperti itu. Menatapku dengan tatapan tidak suka tapi adakalanya dia tersenyum dengan begitu ramah dan bersahabat. Lalu aku tahu, saat aku berada di dapur dan Irene menghampiriku dengan kata-kata yang sampai sekarang tidak akan aku lupakan, bahwa dia tidak seperti yang aku pikirkan.

"Sehun menyukaimu, aku sudah tahu—jadi jangan memandangiku seolah aku sudah merebutnya darimu. Dia yang sekarang bersamaku, dengan sifatnya yang seperti anak kecil, dan dia yang selalu bersamamu, dengan sifatnya yang seperti pria brengsek, adalah orang yang sama. Dia pria yang baik, jadi jangan membuatnya terluka."

Aku harap Irene bicara yang sebenarnya. Mendengarnya mengatakan itu membuatku berpikir kalau perannya sebagai kakak benar-benar luar biasa. Sadar atau tidak, orang-orang yang melihat kedekatan merekap pasti akan berpikir mereka cocok satu sama lain.

Orang-orang mulai bernyanyi dan membuatku sadar dimana aku sekarang. Mendengar kegaduhan di luar sana sepertinya semua orang begitu menikmatinya. Mungkin hanya aku yang terlalu banyak khawatir dan memikirkan banyak hal, tapi keramaian itu tetap membuatku tidak ingin bergabung dan memilih untuk menikmati kesendirian.

√ SECRET [SEHUN] - Proses EDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang