[7] Damn!

23.1K 1.3K 75
                                    

Bahkan setelah lama tinggal di rumah itu Hyemi masih belum terbiasa dengan tempatnya yang baru. Hal itu membuatnya tidak nyenyak saat tidur. Dia selalu terbangun setelah beberapa jam. Seperti sekarang ini, saat Hyemi baru menapaki alam mimpi dan dia tiba-tiba terbangun karena perasaan khawatir.

Hyemi beberapa kali membalikkan badan ke kanan dan ke kiri. Dia juga sudah memejamkan matanya. Saat mencoba untuk memaksa pikirannya beristirahat, sekeras apapun dia mencoba, dia masih sibuk memikirkan ini dan itu.

Saat tinggal di rumahnya yang dulu, Hyemi selalu mengeluh karena tempatnya benar-benar berisik. Dia tinggal di lingkungan yang dekat dengan tempat pembangunan. Banyak sekali suara-suara dari alat beban yang membuat konsentrasinya belajar terganggu. Terkadang hal itu membuatnya susah tidur. Pada dasarnya Hyemi memang tidak bisa tidur kalau mendengar suara berisik. Kebiasaannya itu mungkin menurun dari ayahnya. Berbeda dengan ibunya yang walaupun ada guncangan sedikitpun ibunya tidak akan terbangun.

Keadaan ruangan yang sunyi seharusnya memudahkan Hyemi untuk terlelap. Hyemi merasa lebih nyaman karena suasana tenang saat malam hari, dia tidak perlu mengkhawatirkan ketika urusan belajarnya diganggu, tidak perlu menyumpal lubang telinganya dengan kapas atau mengunci rapat-rapat kamarnya agar gangguan dari suara luar tidak terdengar begitu jelas.

Hyemi menyibakkan selimutnya dan bangun dari tempat tidur. Matanya melirik kearah jendela. keadaan kamarnya yang remang-remang membuat Hyemi sedikit tidak tenang. Dia kemudian menyalakan lampu duduk di sebelah tempat tidurnya, mengambil guling dan memeluknya sebentar sambil mengamati bahwa dia berada di tempat itu sendirian tanpa ada yang mengawasi.

Sehun selalu datang entah darimana. Tiba-tiba saja saat Hyemi membuka mata Sehun sudah duduk di sebelahnya, atau terkadang membaca buku koleksi Hyemi di rak, atau berbaring di sebelahnya sambil meniup-niup matannya. Padahal Hyemi sangat yakin kalau dia sudah mengunci pintu, tapi Sehun yang adalah pemilik rumah selalu memiliki cara untuk menyusup ke dalam kamarnya, entah melalui jendela atau menggunakan kunci duplikat.

Wajah Sehun yang memerah karena sedang sakit membuat Hyemi tidak bisa berhenti memikirkannya. Dia meraba pada jantungnya yang berdetak cepat seiring bayangan Sehun yang muncul di dalam pikirannya. Mengusiknya seperti nyamuk yang berterbangan di dekat telinga.

"Hemm, tapi sekarang sudah lebih baik karena kau di sini."

Satu tangan Hyemi meremas ujung bantal yang ditindih saat terbaring menyamping, membayangkan kembali tubuh Sehun yang terbaring nyaman di sampingnya dua hari yang lalu membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Bahkan ucapannya masih terdengar di telinganya sampai saat ini.

Malam itu dengan susah payah Hyemi akhirnya berhasil keluar dari kamar Sehun. Genggaman tangannya waktu itu begitu erat, Hyemi sampai takut kalau Sehun akan terbagun karena gerakan sekecil apapun. Beberapa kali usahanya untuk melepaskan diri juga gagal, perhatian Hyemi malah terfokus pada otot tangannya yang menyembul keluar. Beberapa kali igauan Sehun menyadarkan Hyemi dari fantasinya yang tidak masuk akal. Dia mendengar Sehun memanggil nama ibunya dan Hyemi merasa kasihan pada bocah malang itu (Sehun). Melihat keadaan Sehun seperti itu perasaan bersalahnya kembali muncul. Bersalah karena keberadaannya dan ibunya yang bagaimanapun sudah mengambil alih posisi seseorang yang teramat penting dalam hidup Sehun.

.

Hyemi baru akan memasukkan sendok kedalam mulut ketika ibunya dari arah belakang memanggil dan membuat sebuah perintah.

Anna datang saat meletakkan makanan lain diatas meja. Reaksi Anna saat menatap Hyemi yang mencebik hanya tersenyum geli. Anna, pasti tahu apa penyebabnya. Pelayan itu hampir selalu mendampingi ibu Hyemi menyiapkan makanan dan selalu tahu reaksi Hyemi saat mendapat perintah melakukan hal yang paling tidak disukainya, membangunkan Sehun.

√ SECRET [SEHUN] - Proses EDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang