[9] First Meet

15K 1K 78
                                    

Musim gugur, Dua tahun lalu.

Sehun membuka matanya dan merasa jengkel saat mendengar suara yang membuat waktu tidurnya terganggu. Dia pergi dari kelas dan datang ke ruang kesehatan untuk mendapatkan ketenangan, menjauh dari Kim Jong Il adalah tujuan utamanya, tapi sepertinya sekarang ada yang menggantikan posisi Jong Il yang terbiasa menggagu ketenangannya.

Ranjang yang di tempatinya berderit saat dia bangkit dan beralih ke sisi jendela. Matanya awas seperti mencari sesuatu dan hal itu dia temukan saat melihat dua wanita berdiri di bawah sana. Sehun tidak begitu jelas melihat wajah mereka, posisinya tidak memberinya kesempatan melakukan itu, jadi Sehun hanya bersandar di bingkai jendela sambil melipat kedua tangannya dan mengamati.

Acara gosip murahan rupanya.

Sehun bahkan tidak mengerti dengan mereka—para wanita—yang hobi membicarakan laki-laki di belakang. Selalu berkata manis di depan dan mengutuknya di belakang, itu persis seperti dua wanita yang dilihatnya sekarang. Sehun penasaran pertunjukan apa yang akan dia lihat kali ini? Mungkin pernyataan cinta lagi.

Sehun menahan langkah kakinya saat mendengar namanya di sebut, dia mengurungkan niatnya untuk pergi dan malah menikmati percakapan mereka.

Rupanya itu bukan mengenai pernyataan cinta, melainkan posisinya sebagai peringkat satu di sekolah yang nyatanya masih saja di pertanyakan. Alasannya sudah jelas karena Sehun lebih sering membolos dan hal itu sama sekali tidak mempengaruhi nilainya — terlebih peringkatnya. Siapapun akan menduga kalau Sehun berbuat curang, tidak hanya kali ini saja karena beberapa hari yang lalu juga tersebar gosip kalau Sehun menggunakan uang untuk mempertahankan posisinya.

"... banyak anak-anak mengatakannya juga."

Sehun melirik ke bawah. Melihat gadis bersurai gelap itu menyugar rambutnya dengan kasar.

"Berhenti membuat gosip, kau pikirkan saja nilaimu itu." Ucapan seperti itu sama sekali tidak membuat Sehun terkesan, sekalipun Sehun tahu gadis yang tampak kesal itu sedang mati-matian membelanya.

Tidak ada perdebatan lagi setelah itu karena gadis yang tampak membela Sehun tadi sudah berjalan meninggalkan satu temannya yang masih bergeming. Sehun meliriknya sekilas, dan tahu kalau gadis itu adalah salah satu teman sekelasnya—tapi tidak dengan teman satunya yang sudah lebih dulu menghilang.

Kedudukan selalu menjadi masalah utama, tuduhan dan kesalahpahaman tidak lepas dari hal tersebut, dan kalaupun Sehun bisa memilih dia lebih suka bertukar posisi dengan Bekyun yang hidup sederhana dan tidak pernah mencicipi sendok emas di dalam mulutnya. Rasanya itu lebih menyenangkan, sekalipun Bekyun harus merasakan susahnya mengumpulkan uang.

"Kelasku kosong, jadi kutemani saja kau di sini."

Bekyun berkata seperti itu dan menghilang lima menit kemudian, sekarang sudah hampir dua puluh menit dan Bekyun belum juga kembali saat mengatakan akan membeli cemilan. Ponsel sudah dalam genggamannya dan bersiap menghubungi Bekyun, tapi sesuatu mengalihkan perhatian Sehun. Di sana, jauh ke arah pagar pembatas di dekat pohon. Dua orang sedang mencoba melewati tembok pagar dan berusaha masuk ke halaman sekolahnya.

"Aku pasti sudah gila, setelah ini kupastikan aku tidak mau menemuimu lagi." Hyemi melompat ke bawah setelah puas mengomeli temannya yang meringis penuh kemenangan. "Aku bahkan akan meminta ganti rugi untuk sepatu baruku. Lihat ini jadi kotor," tambahnya, seraya menunjukkan sepatunya yang semakin usang karena cipratan lumpur. Padahal baru dua hari dia membeli sepatu itu dengan menyisikan uang jajannya.

"Baiklah, lakukan apapun. Yang jelas kita sudah sampai di sini, see?" Sulli merentangakan tangannya, menunjukkan keberadaan mereka yang berhasil sampai di halaman sayap kiri sekolah. "Aku berhasil membuat kita masuk sekolah ini tanpa satu orang pun yang tahu."

√ SECRET [SEHUN] - Proses EDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang