Chapter 4 : Tanda Tanya

66 10 1
                                    


Sebelumnya

"Yang merasa calon prajurit, datang ke lapangan barat pukul setengah lima dini hari. Terlambat sedetik pun akan dihukum berlari mengitari lapangan utama sampai 50 putaran," Daiki yang mengambil alih microphone memberikan pengumuman pendek.

"Sementara para perawat silahkan datang ke lapangan utara pada pukul delapan tepat!" ujar Angelina menimpali.

***

Entah sudah berapa kali Keyle menghela napas lega pagi itu. Ia benar-benar bersyukur karena penderitaannya baru dimulai esok hari. Ia berniat berjalan-jalan mengitari mal seharian penuh. Tapi karena security menyeramkan menjaga gerbang sekolah yang tertutup serapat-rapatnya ia segera banting setir ke plan B: membaca novel, maraton K-Drama favorit, mengagumi ketampanan personil boyband Korea, lalu mencorat-coret buku sketsanya dengan berbagai rancangan busana yang terlintas di pikiran.

Pokoknya, hari ini ia akan bersenang-senang!

===

04


Saat ini lapangan barat tengah dilanda kerusuhan. Hampir seluruh siswa perempuan mengerumuni pojok lapangan tempat gadis oranye itu terkapar lemah. Ia terus memegangi betis kirinya sembari merintih kesakitan.

Ditengah kericuhan seorang gadis raven menggendong gadis oranye itu dan segera membawanya ke Ruang Kesehatan. Tiga sahabat setianya turut mengekor di belakangnya.

BRAK!!

Keempat gadis yang tengah nongkrong di Ruang Kesehatan terlonjak kaget. "Hoi, hoi! Apa-apaan ini?" tanya seorang di antara mereka.

"Gadis ini membutuhkan pertolongan!"

***

"Karin ...! Kau menghilangkan buku komikku lagi ya?!" Yuki segera membentaknya saat ia baru saja memasuki kamar. Dahinya berkerut sebelum akhirnya ia menyahut.

"Tidak, kok! Kemarin pagi sudah kuletakkan di ranjangmu!" bantahnya cepat.

"Lalu ada di mana benda itu sekarang! Sejak tadi sudah kucari sampai ke koper-koper kalian!" Yuki berseru frustrasi. "Uukh ...! Komiknya 'kan akan dipinjam sore ini!"

"Entahlah! Mungkin salah satu dari kita mengambilnya," sahut Karin asal.

Yuki segera menatap tajam manik Karin. Aura intimidasi menguar dari tubuhnya.

"S-sudah kubilang 'kan! Bukan aku yang mencurinya!"

Yuki mengalihkan tatapan tajamnya ke iris sapphire. Aura intimidasi itu beralih total ke dekat Keyle.

"K-k-kemarin aku menonton drama seharian! Lagipula aku tidak tertarik dengan komik detektif seperti itu!"

Lagi-lagi Yuki mengalihkan tatapannya pada si Poni Rata.

"B-bukan! Kau 'kan tahu aku punya selusin komik begitu di kamar ini!"

Pandangan tajam Yuki segera memudar tergantikan oleh sorot kecewa. "Lalu siapa ...?" tanyanya lemas. Kalau tidak ketemu bisa gawat! Uang sewa beberapa dolar akan gagal didapat! Yuki berpikir keras. Ia berpikir sampai keringat mengaliri pipinya. Asap komikal juga mengepul di atas kepala cokelatnya.

"Alice!" batinnya segera. Matanya berbinar dan seringai lebar terukir di wajahnya. "Nah ..., dimana anak itu sekarang?"

***

TOK! TOK! TOK! TOK! TOK!

Karin menggedor pintu kamar 306 dengan ganas.

"Akina ...! Ji Hye ...!" Keyle memanggil-manggil dengan panik.

Shin Sekai [HIATUS]Where stories live. Discover now