Chapter 10 : Dunia Milik Mereka

30 9 3
                                    

Sebelumnya

Karin terus berlari sambil membopong Yuki di tangannya. Dibelakang, Keyle dan Hana juga ikut berlari menuju Ruang Kesehatan.

Begitu mereka sampai di depan Ruang Kesehatan, perhatian Karin segera teralihkan.

"Apa itu?" tanyanya sambil terus memandangi lingkaran berwarna putih dengan cahaya-cahaya biru terang.

Tanpa sadar, Karin berjalan ke arah lingkaran yang mengambang di udara itu.

"KARIN!"

Sampai akhirnya ia tak sengaja masuk ke dalam lingkaran itu.

===

10

Sementara warga sekolah berperang, sedari tadi Ji Hye, Akina, Anne, dan Amanda tengah berputar-putar di dunia aneh dengan langit merah pekat.

"ADEL ...!" Akina yang memiliki suara paling nyaring—sekaligus melengking—bertugas untuk terus menyerukan nama Adeline.

"Percuma."

Ketiga gadis yang lain menghentikan langkah ketika mendengar suara gadis yang lain dan segera menatapnya.

"Kau terlalu pesimis, Amanda! Kalau kita mencari terus pasti Adel akan ditemukan!" seru Akina dengan telunjuk teracung.

Amanda menghela napas. "Bukan masalah itu .... Masalahnya, sekarang ini kita sedang tersesat! Di dunia lain yang bahkan tak kita ketahui! Tak ada manusia yang kita kenali, kita harusnya memikirkan cara untuk keluar daripada menemukan Adel!"

Tiba-tiba saja, keheningan menyelubungi mereka. Bahkan Akina yang biasanya selalu—garis bawahi, selalu—ribut dalam keadaan apa saja. Sampai akhirnya sebuah suara tegas memecah hening.

"Aku tak pernah memaksa kalian untuk masuk ke dalam sini. Harusnya kalian sudah cukup dewasa untuk mengerti resiko yang akan dihadapi. Dan satu lagi, tujuan kita masuk ke dalam sini adalah untuk menyelamatkan Adel."

Amanda bungkam sambil diam-diam membatin kecewa. Aku mengkhawatirkanmu ....

"Aah ...! Daripada kalian menghabiskan waktu dengan mengoceh begitu lebih baik kita segera pergi!" seru Akina sambil menghentakkan kaki.

Jreg ...!

Dan itu membuat ubin di bawah kakinya ambles sedikit.

"Kyaa ...!" Lantaran ngeri, lekas-lekas Akina menarik kakinya. Dan ubin itu kembali naik ke permukaan seperti lift yang sedang naik ke lantai atas.

"Apa itu tadi?" Tanya gadis Jepang itu dengan kekhawatiran yang tercetak jelas di wajahnya. "Aku tidak menginjak tombol rahasia 'kan?"

"Aku tak yakin ada benda seperti itu disini. Lebih baik kita lanjut mencari," respon Anne sambil mengambil langkah.

Namun tiba-tiba terdengar deruan mesin, tepat dari bawah kaki mereka.

"Apa itu?"

"Cepat! Kita harus segera per—"

"AAA ...!"

Tanpa sempat menjawab pertanyaan, keempat gadis itu terjatuh setelah ubin-ubin yang tadi mereka tapaki mendadak terbuka.

***

"AAAA ...!"

BRUK!

Suara berdebum itu mengalihkan perhatiannya dalam sekejap. Surai pirang pucat itu bergerak kala empunya menggerakkan kepala. Pemandangan di depannya membuat gadis itu segera membekap mulutnya sendiri. Dengan antusias gadis bermanik abu itu beringsut mendekati jeruji besi di sebelah kanan dan berbisik. "Anne ...."

Shin Sekai [HIATUS]Where stories live. Discover now