Chapter 8 : Di Malam Hari

43 7 4
                                    

Sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelumnya


"Karin!"

"Eh? Kau tidak apa-apa?" tanya Yuki heran.

"Ya ..., berkat dia aku tidak apa-apa ...," jawab Karin sambil melirik pemuda yang sudah ingin beranjak itu dengan tidak suka.

"Eh ..., tunggu sebentar .... Mungkinkah kau ..., senior Rendy!" seru Keyle sambil menunjuk pemuda itu.

"Ya ..., kau benar ..., sudah ya. Kalian jaga baik-baik bocah ini," Rendy melambaikan tangannya sejenak lalu pergi.

===

08


Matahari sudah lama beranjak dari langit New York ke belahan Bumi yang lain. Bersamaan dengan menggelapnya langit malam, para pasukan monster itu berangsur berkurang.

Kini lapangan utara sudah sepi. Hanya tersisa para mayat yang begelimpangan dan beberapa orang yang masih berlalu-lalang. Terang saja, jarum pendek di arloji Hana kini telah menunjuk ke angka 1. Para siswa dipaksa masuk ke dalam kamar-kamar atau ruangan di lantai dasar kedua gedung (asrama dan sekolah). Pintu-pintu dibiarkan terbuka agar mudah mengawasi keadaan.

Kini, para siswa tengah berkumpul di koridor atas panggilan kepala sekolah.

"Untuk menjaga keamanan, kami memutuskan untuk membuat 7 regu yang akan bergantian mengawasi keadaan saat malam hari. Nah, sekarang silahkan maju ke lapangan dan ambil sebuah kertas dari kotak ini, setelah itu duduklah dengan rapi," ujar Sir Andreas singkat. Tanpa mic, tanpa sapaan, tanpa bercanda yang tidak lucu, benar-benar tidak seperti dirinya.

Para murid berbondong-bondong maju ke lapangan lalu kembali duduk dengan sebuah sobekan kertas yang terbuka.

Yuki mendapat angka 4, Karin dapat angka 2, Keyle angka 3, sedangkan Hana angka 6.

Setelah semuanya duduk dengan rapi, tahu-tahu petugas keamanan sekolah dibantu beberapa OB membagikan makan malam yang sederhana.

"Semua orang selain regu 1 boleh masuk ke dalam kamar!"

***

"Huaaah ...! Membosankan! Mengapa tidak ada monster yang tiba-tiba muncul ya ...?" keluh Akina sambil meregangkan tangan.

Tuk!

"Hush! Kau tidak boleh begitu, Akina! Harusnya kau bersyukur keadaan kita aman terkendali tahu! Memangnya kamu mau dimakan monster!" tegur Ji Hye setelah memukul pelan kepala Akina.

"Aku tidak akan dimakan! Aku yang akan mencincang mereka lalu memakannya, tahu!" balas Akina sengit.

"Hih, ternyta ada juga makhluk di dunia ini yang suka pada daging monster, hiiy ..., mengerikan ...," goda Ji Hye sambil menahan tawa melihat wajah marah Akina.

Shin Sekai [HIATUS]Where stories live. Discover now