"Katanya kau akan jadi pasangan Zayn di VC mereka" ujar Key.
"WHAT? Kata siapa?"
"Simon"
"Kenapa dia tidak memberitahu ku?"
"Idk. Why Tiff? Zayn cukup tampan kok"
"Bukan itu Key. Dia pacar sahabatku"
"So? Lagipula itu kan hanya akting sayang" Key tersenyum tipis.
"Tidak. Aku tidak mau" Aku menggeleng sementara Key hanya mengangkat bahunya.
Oh ya, Ashley sudah mengetahui tentang rumah baruku namun ia belum tau aku akan berangkat ke Paris besok. Aku harus menelfonnya"
*On The Phone*
"Hai Ash"
"Eh hai Tiff. Ada apa? Kau sudah selesai manggung?"
"Kau nanti malam tidur dirumahku tidak? Ada yang ingin kuceritakan"
"Umm baiklah jika tidak merepotkanmu"
"Okay bye Ashley"
"Bye Tiffany"
Telfon dimatikan. Aku menatap keluar jendela mobil dan berfikir apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. I hope everything's gonna be okay.
***
"Jadi kau akan ke Paris besok? Kenapa baru memberitahuku?" tanya Ashley kaget. Kini dia sudah berada dirumah baruku.
"Aku juga baru diberitahu Simon kemarin. Dan kau kan tidak tidur disini kemarin"
"Ya baiklah. Lalu?"
"Aku disuruh Simon menjadi model VC terbaru boyband itu" Aku menundukkan kepalaku.
"One Direction?"
"Siapalagi. Nah yang lebih buruknya.." Aku takut Ashley akan marah mendengar kalimatku selanjutnya.
"Apa?" Ashley mengerutkan keningnya.
"Aku menjadi pasangan Zayn"
"Lalu apa masalahnya?"
Aku mengangkat alisku. "Kau tidak marah?"
"Hah? Marah atas dasar apa?"
"yaa Zayn kan pacar mu"
"HAHA aku bukan wanita pencemburu Tiff! Lagipula Zayn tidak suka cewek yang over-protective. Dia tidak akan selingkuh denganmu kan? Aha I trust him" Ashley mengedipkan matanya.
"Tapi aku tak mau berpasangan dengan dia.." keluhku.
"Why?"
"Aku hanya tak mau berhubungan dekat dengan Zayn"
"Jalani saja. Semua akan berjalan dengan baik. Trust me" Ashley memelukku erat. Pelukan seorang sahabat seperti inilah yang bisa menenangkanku disaat aku sedang ada masalah.
"Thanks Ash. Kau ikut kan ke bandara besok?"
"tentu saja" Ia tersenyum.
"Okay time to sleep. Good nite Ashley Beautiful" Aku menenggelamkan wajahku kedalam selimut karena aku benar benar ngantuk.
***
Aku menatap keluar jendela mobil. London. Kota dimana banyak peristiwa mengejutkan untukku. Kota dimana aku bisa dikenal banyak orang. Kota dimana Claire menemui tuhan.
"Mau?" suara Harry mengagetkanku. Dia menyodorkan sebungkus roti coklat untukku. Ya, sekarang aku sedang berada di 1 mobil dengan One Direction, Simon dan Ashley.
"Ah tidak terimakasih" Aku menggeleng sambil tersenyum.
"Tiffany"
"Hmm?"
"Jika salah satu dari kami suka padamu, bagaimana reaksimu?"
"Hah? Apa maksudnya?" Tanyaku heran.
"Jawab saja" Harry tersenyum tipis.
"Tergantung siapa orangnya"
"Kalau aku?" tanya Harry.
Aku melirik Harry. Apa isi pikiran anak ini..
"Entahlah. Memangnya kenapa?"
"Tak apa. Hehe" Tiba tiba dia mencium pipiku.
"WHOPS HARRY CURI CURI KESEMPATAN" Seru Niall keras.
"Shut up Nialler. Kenapa kau menciumku?" Aku menunduk untuk menutupi mukaku yg memerah.
"Cie blushing" Harry tertawa melihat mukaku.
"Badboy" gumamku pelan.
"Hah? Dia yang badboi Tiff!" Harry menunjuk Zayn yang sibuk mengobrol dengan Ashley.
"Oh ya?"
"Ya. Kau marah padaku?" tanya Harry.
"ya" jawabku singkat.
"eh Tiffany gaasik. Gitu doang marah. Cewek cewek kalo ku cium malah kesenangan sampe pingsan" Harry memasang muka cemberutnya.
"Tapi aku tidak termasuk cewek cewek itu"
"Maafkan aku Tiff. Yayayayayaya? Please" Senyum yang sangat....lucu-menurutku-keluar dari mulutnya.
"HAHA Aku tidak tahan melihat wajahmu cupcake! Aku tidak marah padamu!" Aku menepuk lengannya pelan.
"Thankyou gorgeous" Ia tersenyum. Namun kali ini senyum yang benar benar tulus dari hatinya.
"Uncle Simon, Demi Ariana dan Taylor berangkat bersama kita kan?" tanyaku.
"Tidak. Mereka masih ada jadwal jadi mereka akan pergi sendiri sendiri"
"Baiklah"
***
Paparazzi menyerbu kami saat kami keluar dari mobil. Namun Simon dan beberapa security mencoba menghalangi mereka hingga akhirnya kami sampai didepan tangga pesawat.
*Ashley's POV*
"Ayo" ujar Simon.
"Tiff, aku akan merindukanmu. Jaga dirimu" Aku memeluk Tiffany yang dibalas dengan anggukan pelan dari Tiffany.
Setelah memeluk Tiffany, aku berjalan ke arah Zayn dan memeluknya.
"Sampai jumpa babe. I'll miss you" ujarku dipelukan Zayn.
"I'll miss you too. Jaga dirimu baik baik. Jangan selingkuh"
"Harusnya aku yang bilang begitu" aku menjulurkan lidahku.
Ups, sebuah bibir hangat mendarat di bibirku. Aku dan Zayn berciuman cukup lama hingga Louis berbicara.
"Woi jangan buat iri" ujar Louis.
"Ah maaf babe aku menciummu tiba tiba" Zayn tersenyum padaku.
"No problem" Aku membalas senyumannya.
"Baiklah bye babe" Zayn mengecup keningku dan melambaikan tangan kepadaku.
"Zayn!" seruku.
"ya?"
"I Love You" Aku kembali tersenyum.
"Love you more" Zayn mengedipkan matanya.
"Tiff, jangan lupa telfon aku" ujarku pada Tiffany.
"Tentu saja. Byee Ash"
*Tiffany's POV*
Aku melangkahkan kakiku memasuki pesawat. Bisa dibilang pesawat pribadi One Direction.
Tunggu aku, Paris!
To be continued, maaf aneh lagi gaada ide serius-__-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes (IN EDITING)
Fanfiction"Apa yang kau lakukan disini?" "Apa urusanmu?" "Aku pacarmu!" "Wanita bodoh, aku bukan pacarmu" PLAK! *** Matahari bersinar memancarkan sinarnya yang menawan. Sebagian besar manusia berlomba lomba melangkahkan kakinya ke pantai untuk berjemur atau s...