*Tiffany's POV*
"Harry...Bisa lebih cepat?" tanyaku tak sabar.
"Sabarlah babe. Ini sudah kecepatan tinggi"
***
BRAK!
Aku membanting pintu mobil Harry setibanya dirumah sakit dan bergegas menanyakan kamar Ashley kepada perawat di bagian informasi.
"Ashley Robertson?"
Perawat itu meneliti buku yang ada dihadapannya lalu berkata, "Lantai 2 nomor 102 miss"
"Baiklah terimakasih. Ayo haz" Aku menarik tangan Harry dan mengejar pintu lift yang hampir tertutup. Huft, untungnya sempat.
Kami sampai dilantai 2 dan aku langsung mendapatkan kamar no 102. Aku melihat Danielle dan Liam berada didepan pintu ruangan tersebut.
"Dani!" seruku lalu memeluk tubuh Danielle yang terlihat lemas karena cemas.
"Bagaimana Ashley?" tanyaku panik. Sangat panik.
"Aku...aku tak tahu..aku menemukannya pingsan dikamar dengan hidung yang mengeluarkan darah..aku..takut..Tiff" Danielle memberi jeda disetiap kalimatnya dan mengatur napasnya.
"Berdoa saja Ashley tidak kenapa napa" Aku kembali memeluk Danielle namun ini dengan durasi yang lebih lama dari yang pertama.
"Tenanglah babe..." Aku merasakan sebuah tangan mengusap bahuku. Harry.
Air mataku meluncur lagi. Sudah 2 kali aku menangis hari ini. "Aku tak bisa tenang. Dia sahabatku"
"Kami terduduk di kursi tunggu didepan ruangan dan terhanyut kedalam pikiran masing masing.
KREK...
Pintu ruangan dibuka dari dalam oleh seorang dokter yang didampingi oleh seorang suster setinggi bahunya. Serentak kami berdiri dan menghamburkan pertanyaan kepada dokter yang telah menangani Ashley. Aku bisa melihat di name tag nya, Dr. Alex Spellacy.
"Ah dokter! Bagaimana Ashley?"
"Keadaan dia memburuk. Kanker darahnya sudah mencapai stadium 4" ujar dokter Alex sambil menghela napas panjang.
Aku membelalakkan mataku kaget. "Kanker darah? Sejak kapan?"
"Kalian tidak mengetahuinya?" tanya dokter heran.
"Dia tidak pernah memberitahu penyakitnya kepada kami. Dia bilang hanya demam biasa. Oh god.." Aku terduduk kembali di kursi dan menutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku. Aku melihat Harry berjalan ke sebelahku dan mengusap punggungku pelan.
"Don't cry baby" gumam Harry pelan.
"Lalu apakah kami boleh melihat dia?" tanya Dani cepat.
"Sure. Don't make noise please" dokter Alex mengangguk lalu meninggalkan kami menuju ruang kerjanya.
Aku dituntun Dani masuk kedalam ruangan itu. Harry dan Liam mengikuti kami dari belakang. Hal pertama yang aku lihat, Ashley terkulai lemas dengan wajahnya yang sangat pucat seperti orang yang sudah tidak mempunyai nyawa.
"Hei...Kenapa kau berbohong padaku?" tanyaku pelan meskipun aku tahu Ashley tidak akan mendengarku karena ia sedang pingsan.
Deg. Aku baru teringat aku juga berbohong kepadanya selama ini. Zayn. Tapi aku berbohong untuk kebaikannya. Berarti aku tidak salah bukan? Entahlah.
Tiba - tiba, bola mata Ashley yang ditutupi oleh kelopak matanya terlihat bergerak. Dia bangun! Thanks god!
Perlahan Ashley membuka matanya dan menatap wajah kami berempat satu persatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes (IN EDITING)
Fanfiction"Apa yang kau lakukan disini?" "Apa urusanmu?" "Aku pacarmu!" "Wanita bodoh, aku bukan pacarmu" PLAK! *** Matahari bersinar memancarkan sinarnya yang menawan. Sebagian besar manusia berlomba lomba melangkahkan kakinya ke pantai untuk berjemur atau s...