*Tiffany's POV*
Wow...Paris. Kota sejuta Cinta. Kota paling romantis. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki disini.
"Tiff kau sudah pernah kesini?" tanya Simon.
Aku menolehkan kepalaku dan menggeleng. "Aku belum pernah diundang kesini"
"wow baiklah sekarang kita harus ke hotel. 3 hari lagi syuting dimulai"
"What? 3 hari lagi? Lalu mengapa uncle menyuruh kami kesini buru buru?" tanyaku heran.
"Haha aku tau kalian butuh liburan. Jadi aku memberi kalian libur disini 3 hari. Menyenangkan bukan?" kelima personil boyband itu berteriak gembira mendengar jawaban Simon.
Kami berjalan keluar bandara dan melihat kerumunan paparazzi menunggu kami.
"Hai Tiffany apa yang akan kau lakukan disini?" tanya salah satu paparazzi.
"Uhm hanya syuting" aku tersenyum kecil lalu melirik kesebelahku. Aku melihat One Direction juga sedang dikerumuni oleh beberapa paparazzi dan fans.
"Apakah betul kau berpacaran dengan Harry Styles?" pertanyaan itu sontak membuatku kaget. Berita darimana ini?
"Hei tentu saja tidak. Kami hanya berteman baik" jawabku santai.
"Alright guys. Mereka harus kembali ke hotel" Simon menarik tanganku pelan menjauh dari paparazzi.
***
Sudah sehari aku disini dan aku hanya berdiam di hotel tanpa pergi kemanapun.
Aku berjalan keluar dari kamar mandi seusai membersihkan tubuhku. Tiba tiba iphone ku berbunyi. Aku melirik layarnya dan disana tertera nama Ashley.
"Hei sis" ujarku pelan.
"Ah hei. Kau sibuk?"
"Tidak. Kami diberi waktu libur 3 hari dan aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan disini"
"Itu saat yang tepat. Aku dibandara sekarang. Jemput aku"
"hah? Maksudmu?" aku terheran mendengar ucapannya.
"Aku menyusulmu Tiff. Ada yang ingin kuceritakan. Ayolah"
"Kenapa tiba tiba Ash?" sayangnya telfon sudah dimatikan Ashley. Aku bergegas mengganti baju dan menyambar kunci mobilku untuk menjemput Ashley.
***
"Sekarang ceritakan padaku. Kenapa kau menangis?" tanyaku. Saat aku menjemputnya tadi, ia langsung memelukku dan menangis. Ia tidak mau menceritakan sebabnya sebelum kami sampai di hotel.
"....." Ia menundukkan kepala dan menutup mukanya.
"Ayo Ashley"
"Aku....Zayn...." Ia mencoba berbicara dengan jelas.
"ada apa dengan kalian?"
"Over"
Sontak mataku langsung membulat. Bukankah mereka pasangan yang sangat romantis?
"You must be kidding me. Kalian pasangan yang sangat menghargai satu sama lain! Walaupun aku kurang suka dengan Zayn"
"Tidak tiff. Aku serius" Ashley mulai menangis lagi.
"Bagaimana bisa?" tanyaku.
"Entahlah, kemarin dia menelfonku dan mengatakan bahwa ia harus mengakhiri hubungan ini karena dia takut aku terluka. Entah apa maksudnya, aku tak mengerti" Isak tangis masih keluar dari mata Ashley.
"Oh astaga..sungguh dia lelaki brengsek. Itu sebabnya aku memnbencinya" Aku memeluk Ashley.
"no. He's a romantic guy"
"Disaat seperti ini kau masih membela dia? Ada apa denganmu?"
"Idk. I just love him. Only Zayn"
"Tapi disaat dia sudah menyakitimu apakah kau masih mencintainya? Ashley kau sungguh bodoh!" Nada suaraku meninggi.
"Apa? Kau berani menyebutmu bodoh? Kau sahabat paling kejam!" Ashley menatapku tajam.
Aku tersadar dengan omonganku tadi dan terdiam. Aku segera memeluk Ashley. "Maaf, maafkan aku. Sungguh emosiku sudah naik tadi. Aku hanya tidak bisa diam jika sahabatku disakiti. Apalagi orang itu adalah orang yang pernah menyakiti adikku! Aku sayang padamu Ash! Maafkan aku"
"I know Tiff. Aku juga sayang padamu" Ia membalas pelukanku.
"Tunggu. Kau kesini hanya untuk bercerita atau ada hal lain?"
"Tentu saja ada hal lain. Aku ingin menemui Zayn. Kau pikir aku sekaya kau yang bisa bolak balik ujung dunia?"
"Tidak. Aku tidak sekaya itu" Aku tertawa kecil.
"so, dimana Zayn?"
"Kau yakin akan menemuinya sekarang?" aku menatap matanya.
"ya. where's him?"
"Umm, 2 kamar disebelahku. Nomor 607"
Ashley berjalan keluar kamarku dan aku mengikutinya dibelakang.
KNOCK KNOCK.
"Haii.....Ashley?" Tepat, Zayn lah yang membuka pintu.
"Ada apa denganmu?" tanya Ashley dingin.
"Kenapa kau menyusulku? Astaga" Zayn terlihat kaget.
"Jawab pertanyaanku"
"Soal apa?"
"You know. Quickly Zayn"
Zayn menundukkan kepalanya. "I'm sorry"
"Aku tidak butuh permintaan maaf. Kenapa kau mengakhiri hubungan kita?"
"Baiklah" Zayn menghela napas lalu mulai menjelaskan semuanya. "Perasaan ku yang dulu, hilang. Semua nya pergi"
"Perasaan apa?" tanya Ashley. Sementara aku hanya mengintip mereka dari depan kamarku.
"Cinta. Untukmu"
Ashley membuang muka. "Why?"
"Entahlah. Aku...aku mencintai gadis lain" ujar Zayn pelan.
"APA?" Ashley membelalakkan matanya. PLAK! Sebuah tamparan mendarat dipipi Zayn.
"Maaf" Zayn masih mendudukkan kepalanya.
"Siapa gadis itu?"
"I dont know"
"Bagaimana bisa?" suara Ashley meninggi.
"Aku tidak bisa memberitahumu sekarang"
"Seharusnya aku mendengarkan perkataan Tiffany. Kau lelaki brengsek" Ashley berlari meninggalkan Zayn dan masuk ke kamar hotelku.
Aku melirik Zayn tajam dan ia hanya mengangkat bahunya.
Ashley menghempaskan tubuhnya ditempat tidurku dan menangis.
"Benar ku bilang" Aku berjalan mendekati Ashley dan mengusap punggungnya.
"Ya. Dia lelaki bodoh" ujar Ashley disela tangisnya.
"Jangan pikirkan dia lagi. Tenang, aku selalu disampingmu"
Ashley memandang ku lalu memelukku. Sangat erat.
"Kau sahabat terbaik di dunia ini" Ashley tersenyum kecil walaupun air matanya masih keluar.
"Kau juga Ashley" Aku membalas senyumannya lalu kembali mengusap pundaknya.
***
To be continued..
Yey Finally this chapter posted! Hope you like it
Sorry absurd, masih amatir(:
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes (IN EDITING)
Fanfic"Apa yang kau lakukan disini?" "Apa urusanmu?" "Aku pacarmu!" "Wanita bodoh, aku bukan pacarmu" PLAK! *** Matahari bersinar memancarkan sinarnya yang menawan. Sebagian besar manusia berlomba lomba melangkahkan kakinya ke pantai untuk berjemur atau s...