Pearl

16 6 0
                                    

Menghitung lamanya waktu yang telah dilalui bukanlah pernyataan yang harus disesali karena kesalahan itu ada pada diri kita yang membiarkan waktu tersebut terbuang sia-sia tanpa kita sadari.

------------------------------------------------------

Matahari baru saja menyinari kota tersebut, namun Danny sudah sibuk diperpustakaan bersama seorang gadis polos yang terlihat jelas usia diantara mereka berbeda jauh. Danny mengenakan kemeja hitam dengan rapih dan formal, tidak biasanya. Sedangkan gadis tersebut mengenakan baju putih dan jaket hitam.

"biar ku tebak,... 5 tahun sepertinya." perempuan tersebut duduk dimeja sambil memainkan kuku jarinya.

Danny mengitari ruangan, "60 bulan, lebih tepatnya" seperti ada sesuatu yang ia cari.

"aku hampir lupa, kau pintar dalam matematika"

"mungkin juga tidak. Dari awal aku hanya menebaknya" ucap Danny. Tak terasa suara langkah kaki terdengar pelan dan semakin lama suara tersebut semakin keras dan menggema sampai kedalam perpustakaan. Knop pintu yg terputar seperti membuyarkan pikiran mereka.

David masuk sambil membenarkan posisi kacamatanya. Ia berjalan menuju sebuah meja yang dipakai perempuan tersebut sebagai tempat duduk dan mengambil tumpukan buku-buku yang berada tepat disampingnya, "semuanya telah diatur, kuberitahu tugas kalian masing-masing."

"apa maksudmu? Kita tidak pernah bekerjasama dalam hal apapun. Cukup seperti biasanya. Kau kerjakan apa yang menjadi pekerjaanmu, dan aku mengerjakan apa yang menjadi pekerjaanku." Entah mengapa Danny marah secara tiba-tiba.

Namun bukannya membalas perkataan Danny, David menarik jaket perempuan tersebut untuk ikut dengannya keluar dari perpustakaan.

Dengan cepat Danny membukakan pintu mobil untuk perempuan itu dan menetupnya kembali. David menatap mata Danny melewati atap mobil. Ia ingin memastikan sesuatu.

"apa?" Tanya Danny sinis. Namun, David hanya menggelengkan kepalanya dan masuk kedalam mobil melalui pintu depan sebelah kanan. Danny dengan heran ikut masuk.

"pakai sabuk pengaman! sedikit guncangan kali ini" setelah semua terlihat nyaman dengan sabuk dikursinya masing-masing, David mulai mengendarai mobilnya.

Namun sebelum melewati pos satpam, David dengan sengaja menjatuhkan secangkir kopi yang diletakan diantara kursi pengemudi dan kursi penumpang.

"HEY!!" perempuan itu menundukan kepalanya untuk mengambil cangkir yang terjatuh dan membersihkan kopi yang tumpah dengan tissue. Setelah selesai perempuan tersebut kembali keposisi semula.

"Bodoh! Kau tidak lihat warna bajuku putih!" Perempuan itu mulai mengamuk dan terus memaki David yang sibuk mengemudi.

"Berapa harganya?" ucap David yang membuat perempuan tersebut semakin jengkel.

"Damn!"

------------------------------------------------------

Waktu terasa semakin singkat, Lissa membenarkan tali sepatunya.
Danny duduk disebuah kursi kafe sambil membaca koran. sedangkan David berdiam dimobil.

Lisa mulai berjalan kembali dan pada persimpangan jalan, entah mengapa Lissa memilih arah kanan.

David pun berdecak heran dan mulai bertanya-tanya, "apakah dia umpan yang bagus?" gumamnya sambil meraih handphone-nya yang tergeletak disamping kursinya dan mengetuk layar itu sebanyak dua kali.

Dengan wajah yang malas David menunggu jawaban dari Danny.

"aku tahu, jangan katakan!" setelah menjawab telfon tersebut, Danny bangkit dari tempat duduknya dan meletakan koran yang sejak tadi ia pegang. Dengan agak terburu-buru Danny berjalan kearah yang sama dengan perempuan tersebut.

Awan tiba-tiba menggelap. Danny pun mempercepat langkahnya dan menemukan Lissa yang terjatuh dengan goresan dipergelangan tangannya.

"Lisa! Lisssa!!" panggil Danny. Namun ia belum berani untuk mendekatinya dikarenakan bebatuan kecil membentuk lingkaran mengelilingi Lissa. Tak lama kemudian, bebatuan itu bergerak memutar mengitari Lissa yg masih tak sadarkan diri. Dengan ragu-ragu Danny menghampirinya.

"Lisa, can you hear me?" Tanya Danny memastikan Lissa masih bisa mendengar. Pikirannya hanya terpuncak pada pertolongan, tak perlu berpikir jauh-jauh. Danny memilih untuk menghubungi David.

"Hallo,..."

------------------------------------------------------

"sedang apa dia dilorong ini?" gumam Danny melihat goresan dilengan Lissa dan segera mengambil tissue dari ransel milik Lissa. Udara terasa membeku. Suasana sunyi seketika.

"Danny!" panggil David yang masih melangkah menghampiri mereka.

"butuh penjelasan?" Tanya Danny. Tanpa berbincang terlalu jauh, David menutup jaket Lissa dan membawanya pergi.

"David!" bisik Danny. Semua pikiran hilang seketika. Semua pandang mata menuju pada satu hal. Angin berhembus semakin lama semakin kencang. Bebatuan kecil mengikuti arah angin. Danny memperhatikan arah jalannya batu-batu tersebut. Suara retakkan dinding menjadi sebuah tanda.

"Dia takkan bisa bertahan hidup" ucap David yang menggenggam tangan Lisa. Dengan cepat api mengitari mereka. Udara hangat menyelimuti. Namun, Lisa semakin pucat.

"Danny, bawa dia!" Ucap David, melepas jaketnya dan memberikannya pada Lisa.

"jam 12.30" ucap Danny seraya mengangkat Lisa dan membawanya pergi. Sebagian api meredup memberikan jalan untuk mereka.

David mengepalkan tangan kirinya dan membiarkan angin berhembus semakin besar dan meredupkan api yang mengelilinginya. Bebatuan menggelinding kearah yang sama dan berkumpul tepat dibawah tangannya.

"aku tahu kau ingin bermain denganku." Ucap David dan angin membawa sekumpulan batu itu melayang keudara. Angin membawa bebatuan itu kearah selatan dan tiba-tiba menghantam sesuatu. Seseorang muncul dan tejatuh. David hanya tersenyum kecil.

------------------Semoga Suka----------------

*Note :
Maaf, ya... Terlalu lama updatenya :D
Maaf, maaf dengan sangat (peace)

HOMER (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang