Ada yg aneh sama tingkah laku Revan seharian ini. Lelaki itu sama sekali ga berbicara saat di tanya gue, biasanya Revan paling getol berdongeng ga penting. Apalagi di saat baikkan kaya gini.
Gue menatap Brian, maksud hati ingin bertanya lewat tatapan 'bocah gemblung satu itu, kenapa?' tapi emang dasarnya bloon, Brian hanya membalas dengan mulut terbuka lebar tanda ga ngerti.
Dengan kesal gue memperdekat jarak bangku setelah menempeleng kepalanya keras, "si Revan kenapa?" tanya gue melirik sang Objek yg tengah asik mendengar musik lewat headset dengan kepala yg di topang tangan kanannya. Sehingga kepala lelaki itu menghadap keluar jendela.
Kayanya tuh anak ga sadar di jadikan topik rumpi sama gue dan Brian. Hmmm...
"kayanya galau" jawab Brian ikut memandang Revan. Gue mengernyitkan dahi bingung, "galau?" bisik gue pada diri sendiri. Tapi kuping Brian memang tajam, setajam piso Wak Abah.
Dengan alis di naikkan tanda menyetujui, Brian masih menatap Revan. "yo'a, dia broken heart" sahut Brian mengangguk-angguk. Tangannya sibuk memainkan ujung rambut gue yg sedikit keriting.
"udah jangan di liatin gitu, nanti juga baik sendiri. Dia kan ga bisa jauh jauh dari kita -ehm, dari gue sih sebenernya" katanya membuat gue bergidik geli.
"pantes aja kalian keliatan ga wajar, taunya homo" Brian tergelak sampai bahunya terguncang.
Lupakan Brian, sekarang gue hanya bisa bertanya dalam hati. Revan patah hati kenapa?
XXXXX
Siang itu kantin tengah ramai di isi oleh puluhan siswa/i sekolah.
"yah gila! androk gue! Lo sengaja atau mata lo buta, hah?"
"gue buta, karena lo. Gue gila, karena sikap lo"
Dan gadis itu hanya memandang sang lelaki kaget.
Ia bahkan tak sadar akan posenya yg kini sangat tidak keren untuk di pandang.
Dengan kesal, gadis itu menumpahkan jus ke seragam lawannya. Ia menyeringai melihat maha karyanya, wajah lelaki itu memandangnya sebentar dengan tatapan yg-gila-itu-elo lalu berganti menatap seragamnya.
Dalam hati gorillanya bersorak kesetanan, antara tak tega dan bahagia. Somplak, labil, atau entahlah sebenarnya otak gorilla satu itu.
"aha, impas kan?" seringai gadis itu masih terlihat jelas. Membuat yg melihatnya bergidik, membayangkan gadis itu menjadi psychopath.
Ingin hati memberi pelajaran, lelaki itu malah tersenyum manis bak manusia gula. "ah, kalo yg gila orangnya cantik kaya gini mah ga apa apa. Makin bikin penasaran jadinya" katanya tersenyum usil. Sebelah mata lelaki itu mengedip menggoda.
Ya Allah, ganteng banget....
Sadar. Gadis itu menggelengkan kepala kuat kuat, menghilangkan fikiran buruk tadi di otaknya. "lo kira gue arwah bikin penasaran orang?! Minggir, gue mau jalan. Awas ya lo muncul lagi, gue patahin tuh idung" ancamnya penuh permusuhan. Lelaki itu menyingkir setelah memberi ciuman jarak jauh dan di balas jari tengah, "FUCK YOU, ASSHOLE!" umpatnya tulus lalu berjalan setelah menendang kursi kosong.
XXXX
Gue manatap sekeliling kamar dengan nafas memburu, menengguk ludah dalam dalam beberapa kali.
Gue di kamar kan?
Rasa parno ga secepat itu hilang. Padahal itu cuma mimpi, heloooww ada apa dengan gue? Bahkan, setiap mimpi ini muncul -terakhir kali empat tahun yg lalu- gelagat gue masih aja sama. Sama-sama panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fentika Love
Teen FictionCinta? satu hal yg menurut gue ga penting untuk di pahami, di teliti, di ingat. Hidup gue berubah sejak gue kenal tiga orang sekaligus walau dalam waktu yg berbeda. Mencintai, Dicintai, Takdir. Mereka mempunyai pilihan masing-masing. Semua ini bermu...