Prilly mendesah. Ia merasa gelisah. Kemana Ali? Kemana suami tercintanya itu? Padahal ia berjanji akan pulang cepat hari ini.
Ting!
Ponsel Prilly berbunyi. Sayang, maaf aku pulang rada telat hari ini. Tadi aku anterin Tika ke toko buku.
Ia menghembuskan nafasnya. Sudah 3 hari Ali begini. Izin pulang telat karena mengantar perempuan yang berbeda. Padahal ia ingin cepat-cepat memberitahu Ali, bahwa sudah ada kehidupan di dalam perutnya setelah berusaha selama 11 bulan.
----
Sudah pukul 8 malam. Entah mengapa, mata Prilly rasanya berat sekali. Padahal biasanya matanya masih kuat, apalagi saat menunggu suaminya yang pulang telat karena lembur. Dengan mata yang terasa berat, langsung saja Prilly bergegas menyiapkan air hangat untuk mandi, makan malam, serta secangkir teh hangat untuk suaminya. Ia menulis note yang ia tempelkan di meja makan.
Setelah menyiapkan semuanya, Prilly berjalan menuju kamarnya dan Ali.----
Prilly membuka matanya perlahan karena ada benda kenyal yang menyentuh dahinya.
Ali.
Ia sudah berpakaian lengkap dan rapi. "Pagi, sayang." sapa Ali sambil memakai arlojinya. "Nghh.. Jam berapa ini?" tanya Prilly dengan mata setengah tertutup. "Jam 7, sayang. Kenapa?"
"Kamu tumben rapi banget, padahal baru jam segini." cetus Prilly heran. "Aku janji mau jemput Meli soalnya." jawab Ali. Prilly mengerutkan dahinya. "Meli? Siapa lagi itu..."
"Dia cuma temen aku kok, sweet. Kamu jangan khawatir."
"Alah, awas aja kepincut!" ketus Prilly. Ali tertawa. "Aku berangkat sekarang, ya!"
"Ali, aku belum nyiapin sarapan!"
"Gak papa aku sarapan di kantor ajaaa!"
Lagi-lagi keinginan Prilly menyampaikan bahwa ia sudah mengandung malaikat kecil mereka harus tertunda.
Ia hanya bisa mendesah pasrah.----
Pagi ini, Prilly terbangun. Masih dengan keadaan yang sama pada hari-hari sebelumnya, tempat di sampingnya sudah kosong.
Hari ini juga, kandungannya genap 4 minggu atau satu bulan. Hari ini, Prilly berniat mengikuti kegiatan yang dilakukan suaminya.Dengan cepat ia bangkit dan bersiap-siap.
"Pak, saya pergi dulu, ya! Oh ya, pak, kunci mobilnya dong?" kata Prilly pada Pak Rahman, sopir Prilly dan Ali. "Loh, mbak mau kemana?" tanya Pak Rahman, lalu menyerahkan kunci mobil pada majikannya.
"Ada urusan di kantor Ali, pak! Duluan, ya!"Prilly parkir di parkiran yang tidak jauh dari mobil suaminya. Saat ia ingin keluar dari mobilnya, Ali bersama seorang perempuan dan seorang balita perempuan juga berjalan bersama menuju mobil Mercedez milik Ali.
Prilly menajamkan matanya. Ia mengikuti mobil Ali. Ternyata mobil Ali menuju sebuah mall. Prilly mengikutinya dan bersembunyi setiap Ali menoleh ke belakang.
"Wah.. serasi banget mas dan mbaknya."
"Udah berapa tahun anaknya?"
"Lucu banget kalian. Saya jadi iri."
Begitulah kira-kira ucapan atau lebih tepat disebut pujian ibu-ibu yang berpapasan dengan Ali dan perempuan bernama Riri serta anaknya Dira, yang hanya ditanggapi senyuman saja.
Prilly masih setia mengikuti mereka tanpa sepengetahuan Ali. Ia menguntit Ali, Riri dan Dira tanpa komentar dan ekspresi.
----
