Prilly menyeret kopernya. Ia melewati pintu kedatangan dengan wajah sumringah.
Ia tidak sabar bertemu seseorang, eh, dua orang yang berarti dalam hidupnya.Saat melihat mereka, Prilly melambaikan tangannya. "Aldoooo!!"
Prilly berlari menuju mereka. Ia lepas pegangannya pada koper birunya. Ia mengelus kepala anak kecil bernama Aldo yang berumur 5 tahun.
"Siniii, bunda gendong!"Yap, Aldo adalah buah hati seorang Prilly Meliana.
"Ngg... Nggak.. Mau sama ayah aja..""Kamu, sih, ninggalin Aldo terus.. Dia jadi gamau kan, sama kamu." ucap seseorang mengejutkan Prilly.
Orang itu adalah orang yang sedang menggendong Aldo, yaitu ayah Aldo sendiri yang berarti suami Prilly."Ayah apa, sih. Yaudah, yuk, pulang! Bunda kangen rumah!"
---
Prilly memangku sang buah hati. Sementara suaminya, Aliando Ardiansyah atau Ali, menyetir.
"Jadi gimana kerjaan kamu di Jerman?" tanya Ali dengan suara dingin. Ya, Prilly baru saja pulang dari Jerman untuk menghadiri acara International Writer, yaitu acara dimana para penulis dari berbagai penjuru dunia berkumpul. International Writer diadakan selama 5 hari.Mereka juga mengadakan seminar yang biasa dilakukan selama 3 hari, membuat buku bersama, dan lain-lain. Prilly adalah salah seorang penulis novel yang handal dan terkenal, jadi ia diundang secara resmi oleh WriteGroup, yaitu perusahaan yang mengurus acara International Writer ini.
Tetapi, deadline dari Pak Obi--atasannya--yang harus selesai dua minggu lagi, membuat Prilly tidak bisa menghadiri acara International Writer dan berjalan-jalan saja disana. Setelah menghadiri acara International Writer, Prilly akan melanjutkan menulis salah satu karyanya, kurang lebih dua sampai lima halaman.
Baik, kembali ke laptop.
"Emm.. Asyik!! Seru banget. Meskipun aku sempet pusing gara-gara kerjaan numpuk."
"Oh."
"Aldo, gimana tujuh hari bunda tinggal, dek?" Prilly berpaling pada buah hati yang ada di pangkuannya, tanpa mempedulikan jawaban singkat dan dingin suaminya.
"Mm... Aldo.."
"Aldo kesepian. Lagian kamu, bukannya di rumah aja ngurusin anak, malah kerja. Udah gitu kerjanya keluar negri, sambil jalan-jalan tanpa peduliin keadaan anak suami di rumah. Lebih baik kamu di rumah ngurus Aldo daripada kamu kerja tapi kelayapan." Ali menyahut dingin.
"Ayah, apa, sih? Aku nanya sama Aldo, kok." Prilly mulai risih.
"Yah.. Aldo laper," rengek Aldo tiba-tiba. "Aldo laper? Mau dimasakin apa nanti di rumah? Mau ay--"
"Aldo mau makan apa?" Ali memotong ucapan Prilly. "Eum... I want pizza, dad. Give me some pizza."
"Ya ampun, anak bunda. Baru ditinggal seminggu aja udah pinter banget bahasa Inggris." puji Prilly sambil mengacak rambut Aldo.
"Liat, kan, waktu kamu nggak ada pun, dia bisa menguasai bahasa Inggris dalam waktu seminggu. Kemana aja kamu?"
"Ayah, udah ih." desis Prilly kesal.
---
Setelah membeli pizza, mereka pun pulang. "Rumah!!" Prilly memekik girang.Ia mengangkat kopernya dari bagasi. Berat, batin Prilly.
Mau minta tolong sama Ali, gengsi ah, dia lagi dingin gitu sama gue."Kalo keberatan tuh, minta tolong. Daripada kamu jatoh keberatan ngangkat koper, ntar aku juga yang repot." Suara Ali menginterupsi.
"Iya." cicit Prilly.
Ali membawa koper Prilly dari bagasi sampai ke dalam rumah. Prilly menutup bagasi mobil lalu masuk ke dalam rumah.