Prilly menutup mulutnya menggunakan tangannya.
Ia tidak percaya akan pemandangan yang dilihatnya kini.
Itu bukan Ali, itu bukan Aliiii, Prilly membatin sembari menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
Saat kelas di kampusnya selesai, Prilly mendapat pesan dari salah satu temannya. Temannya berkata bahwa ia melihat Aliㅡkekasih Prillyㅡsedang berada di perpustakaan kampus bersama seorang perempuan berambut pendek.
Prilly yang tidak percaya, bergegas menuju perpustakaan untuk membuktikannya. Selama perjalanan menuju perpustakaan, Prilly sudah menyangkal hal itu dalam hatinya, berharap kekasihnya tidak sedang bersama dengan perempuan lain.
Dan…
Sayangnya harapan itu tidak terkabul.
Ia melihat Ali sedang mengobrol sambil sesekali tertawa, dan mengusap rambut perempuan itu.
Prilly terkejut.
Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi stalker.
Ia berjalan pelan, menyusuri rak-rak perpustakaan, dengan mata yang masih tertuju ke arah kekasihnya.
Setelah berada dalam jarak yang cukup dekat dengan kekasihnya, Prilly menajamkan telinga, berusaha mendengar perbincangan antara keduanya.
"Li, apaan sih' jangan ngelus-ngelus rambut gue gini napa. Nanti gue baper." Suara si perempuan membuat Prilly agak memanas.
"Hahaha, santai aja kali, Ras."
"Santai apaan maksud lu? Denger-denger lu udah punya pacar."
Ya emang udah! batin Prilly menyahut.
"Kata siapa? Duh jangan didengerin deh yang kayak gitu, hahaha.." Prilly melihat Ali menepuk-nepuk pundak perempuan yang tadi ia sebut 'Ras'.
Prilly semakin panas, rasanya ia akan meledak saja.
"Bener nih jangan didengerin? Berarti gak apa-apa dong, kalo gue baper sama lu?"
"Ya gapapa kali elah." Ali menarik kepala si perempuan untuk disenderkan ke bahunya.
Gilaaaaaa! Prilly menjerit dalam batinnya. Keterlaluan nih Ali. Terus gue dianggep apaan?!
Prilly meninggalkan perpustakaan dengan cepat.
---
Drrrt! Drrrt!
Ponsel Prilly bergetar.
Ia mendengus saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Dengan cepat, Prilly menggeser ke arah warna hijau.
"Halo, sayang??"
Dih abis baperin orang lain, masih berani aja manggil gue sayang.
"Halooo?? Prilly sayangku??"
Prilly menarik napas sebelum menjawab. "Iya, kenapa Li?"
"Yang aku laper tau."
Prilly memutar bola matanya. "Terus kenapa?"
"Yang, ayo temenin aku makan di kafe depan."
"Ck, ya udah tunggu."
Prilly memutuskan sambungan telepon dan bergegas menuju kafe depan kampusnya.
---
"Hai, sayang." Ali menyapa sambil nyengir saat Prilly duduk di depannya.
"Sana pesen makan, yang."