"Li, ini Prilly. Kakak baru kamu." Mama memperkenalkan cewek mungil dengan tampang songong ke gue. Dia dikuncir satu. Pake kaos hitam dan jeans biru. Penampilannya sih, oke. Sayang aja tampangnya songong.
Dia ngulurin tangannya. "Prilly Arletta."
Dengan terpaksa, gue sambut uluran tangannya dia. "Aliando Mashar.""Li, tunjukkin kamar kakak baru kamu. Dan kamu sama Mang Ujang bantuin Prilly pindahin semua barangnya ke kamar barunya! Kalo kamu gak bantuin Prilly, jatah es krim kamu mama kurangin!" Ah, sial si mama. Harus banget apa ngancem soal es krim? Duh, ntar gue bisa dinilai anak yang bergantung pada es krim sama si cewek songong!
"Iya, ma."
"Ya udah, mama mau arisan. Akur-akur sama kakak baru kamu!"
"Hai bocil!" Dia nyapa gue dengan nada mengejek membuat gue mendengus. "Mending lo ngaca deh yang bocil siapa!" seru gue ngajak ribut.
"Gue lebih tua dari lo."
"Emang. Tapi coba lo liat dari segi fisik."
"Gue gak ngomongin fisik. Gue ngomongin umur. Dari segi umur, lo lebih muda kan' dari gue? Gasalah dong gue manggil lu bocil?!"
"Ya tapi'kan--" ucapan gue kepotong sama ucapannya Mang Ujang.
"Neng, den, kata ibu saya disuruh bantu den Ali pindahin barang neng Prilly. Bisa dimulai sekarang?"
"Yuk! Eh, bocil, dimana kamar gue?!" Si cewek songong nanya penuh antusias ke gue. "Tuh." Gue nunjuk pintu cokelat. "Yang itu kamar mandi. Dan di seberang kamar lo, itu kamar gue." Gue nunjuk kamar mandi, lalu nunjuk kamar gue.
"Gue ambil koper dulu. Ayo, mang."
----
"Waaahhh! Gilaa, asik parahh ni kamarr!" Cewek songong banting badannya ke kasur. Dasar. Dia enak-enakkan menikmati kasur empuknya, sementara gue sama mang Ujang susah-susah bawa kopernya yang berat.
"Kopernya segini aja, neng?" tanya mang Ujang. Cewek songong ngangguk. "Koper saya 4, mang. Lengkap?"
"Iya, neng. Ada yang bisa dibantu lagi, neng?"
Si cewek songong gelengin kepala dengan sok. "Ga ada, mang. Kalo yang bantuin beresin kamar, ada si boc---dicil maksudnya.." Dicil? Apaan lagi tuh?
"Kalo gitu saya permisi."
"Makasih, mang."
"Heh! Dicil?! Apaan lagi, tuh?!" gertak gue. Dia ketawa. "Adik kecil. Biar kesannya lebih... manis." Dia nyolek dagu gue, terus ketawa ngakak.
"Prilly! Gue itung sampe tiga--"
"Apa?! Prilly?! Panggil gue kakak." Dia nekenin kata kakak.
"Dih? Kakak? Ngimpi lu?" ejek gue. "Ya udah, cepet--" ucapan gue kepotong lagi pas denger teriakan mama dari bawah.
"Aliiii!!! Kamu udah bantu kakak kamu beresin barangnya, belum?!?!"
Si cewek songong tersenyum puas. "Kakak, ya, Li. Gue ada di dunia 11 hari sebelum lo keluar dari rahim nyokap." Dia lalu nyamperin kopernya dan ngebuka kopernya.
Gue mendengus.
"Yang ini taro mana?!" seru gue sambil nunjuk lampu tidurnya dia. "Nakas!"
Gue jalan ke nakas samping kasur dia, trus naro tu lampu dengan perasaan gak ikhlas.Gue nengok ke arah dia. Dia lagi beresin bajunya dia di lemari.
"Ali! Nanti selesai beres-beres anterin gue jalan-jalan ke sekitar kompleks, ya."