The Fears

12 1 0
                                    

"Kakak...bangun....,"teriak mamah sambil membuka gorden jendela.

Aku terlonjak kaget mendengar teriakkan mamah itu. Jantungku berpacu dengan cepat,keringat dingin mengucur dari dahiku,dan deru nafasku terdengar seperti habis lari marathon. Mamah langsung panik melihatku seperti itu. Dia memberiku segelas air yang langsung ku minum sampai habis.

Setelah aku lumayan tenang, mamah bertanya apa yang sedang terjadi padaku. Aku lalu memeluk mamah sambil menceritakan mimpiku semalam. Rasa takut benar-benar sedang menguasaiku saat ini.

"Itu cuma mimpi,nak. Ngga usah terlalu di pikirin, Rafi pasti baik-baik aja kok. Mending sekarang kamu siap-siap berangkat ke sekolah deh,"

Aku mengangguk menanggapi perintah mamah itu,lalu bangkit dari kasur menuju kamar mandi dan bersiap-siap ke sekolah.

                                      <3<3<3<3

Pelajaran hari ini sungguh tak ada yang ku mengerti sama sekali. Selama jam pelajaran, otakku masih saja sibuk memikirkan mimpiku semalam. Banyak temanku yang menanyakan perihal keadaanku yang terlihat tak bersemangat hari ini, tapi hanya kutanggapi dengan senyuman.

                                     <3<3<3<3

Sepulang sekolah aku di ajak teman-temanku pergi ke kedai es krim dekat sekolah. Sebenarnya aku sangat malas ikut, tapi melihat muka mereka yang begitu memohon aku untuk ikut, akhirnya mau tak mau aku ikut dengan mereka. Dan disinilah kita sekarang, sedang duduk di kedai es krim saling berhadap-hadapan dengan semangkuk es krim ukuran jumbo ditengah meja yang sangat menggoda untuk segera disantap sebelum meleleh.

"Hmm, berhubung Aileen hari ini lagi keliatan badmood, jadi dia yang pertama kali boleh makan es krim ini dan kalau udah tinggal setengah baru deh kita makan rame-rame, setuju?"tanya Fanya, dan langsung disetujui oleh yang lain.
"Gue ngga setuju, gue maunya kita makan bareng bareng,"tolakku.
"Nih, buka mulutnya. Lo itu kenapa si selalu ngeyel kalo di bilangin. Kalo misalnya ada masalah ya cerita lah sama kita. Kita itu udah kaya sodara jadi jangan ada rahasia rahasiaan di antara kita," ucap Nesya seraya menyodorkan sesendok es krim ke mulutku. Dengan terpaksa aku membuka mulutku lalu menelan es krim itu.

Melihat tindakan Nesya itu, satu persatu temanku yang lain juga ikut menyuapiku secara bergantian dan mereka tak hanya menyuapiku tapi juga memberiku nasehat. Aku terenyuh melihat betapa perhatiannya mereka kepadaku. Tak terasa mataku berair menerima perlakuan mereka yang begitu tulus kepadaku. Akhirnya air mataku luruh juga saat aku menceritakan apa yang dari tadi aku pikirkan.

"Ooh, jadi itu yang bikin lo seharian ini diem aja dikelas. Udahlah, ngga usah dipikirin lagi, itu cuma mimpi, Leen. Percaya deh sama gue, kalo mimpi lo itu ngga bakal jadi kenyataan. Dan yang bakal jadi kenyataan itu, lo sama Kak Rafi bakal bersatu, jadi sekarang jangan sedih lagi ya. Gue kangen sama Aileen yang sukanya koar-koar di kelas," tukas Acelin menenangkanku.

Aku tersenyum mendengar ucapan Acelin itu. Lalu aku memeluk mereka semua sambil mengucapkan terima kasih. Setelah suasana kembali normal, kita melanjutkan acara makan es krim sambil bercanda.

All i ask.. is if this is my last night with you.. hold me like im more than just a friend give me a memory i can use.. take me by the hand while we do what lovers do.. it matters how this end 'cause what if i never love...again..

"Eh handphone siapa tuh yang bunyi?"tanya Adriana.
"Hmm punyaku nih yang bunyi," jawabku seraya melihat layar handphoneku. Ada sebuah panggilan masuk dari nomor yang tak ku kenal.

"Telfon dari siapa, Leen?"tanya Mysha.
"Gatau nih, nomornya gue ngga kenal,"
"Di angkat aja siapa tau penting,"tukas Nesya.

Akhirnya dengan ragu-ragu aku mengangkat telfon itu.

"Halo, assalamu'alaikum," ucap seseorang diseberang sana yang tak ku ketahui namanya.
"Wa'alaikumsalam, maaf ini siapa ya?"tanyaku pelan.
"Ini Rafi, Leen," aku menghela nafas panjang mengetahui ternyata yang menelfonku ini adalah Kak Rafi.
"Ooh, Kak Rafi. Ada apa, kak, nelfon aku?"
"Kamu lagi ada dimana?"
"Aku lagi ada di kedai es krim deket sekolah,kenapa emangnya?"
"Aku jemput kamu di sana ya,"
"Loh emangnya Kak Rafi udah pulang dari Jogja?"
"Iya, aku pulang dari Jogja kemarin. 5 menit lagi aku sampai," lalu sambungan telfon terputus secara sepihak.

Aku mendengus mengingat kelakuan Kak Rafi yang tak pernah berubah. Dia selalu seperti itu, tidak pernah memberitahuku kalau dia sudah pulang dari Jogja. Awas saja nanti saat ketemu.

"Eh, guys, gue balik duluan ya soalnya Kak Rafi lagi njemput gue nih,"
"Ciee, yang mau di jemput mantan gebetan eh salah sekarang udah bukan mantan gebetan lagi ding  tapi calon pacar, hahaha..."ucap Adriana yang mengundang tawa sahabatku yang lain.
"Apaan sih kalian, jangan ngaco deh. Kalo gitu gue mau nunggu di luar ya. Assalamu'alaikum,"

Saat aku keluar dari kedai itu ternyata Kak Rafi sudah sampai di kedai itu sesuai dengan omongannya tadi. Dia memperhatikanku sambil duduk di atas motornya, tak lupa juga dia memamerkan senyumanya yang bisa membuat cewe cewe lumer. Aku hanya memberikan senyum satu simpul untuk membalas senyumannya itu, lalu berjalan mendekatinya.

"Kok senyumnya pelit banget sih?"tanya  Kak Rafi pura-pura kecewa.
"Bodo amat, masalah banget gitu buat lo," balasku ketus.
"Hmm, lagi bete ya?"tanyanya lagi sambil menatap mataku lekat-lekat seakan-akan sedang mencari alasan di balik sikap ketusku ini.
"Menurut lo?"tanyaku balik.
"Iya deh, aku minta maaf ngga ngasih tau kamu kalo aku udah pulang dari Jogja. Kan aku niatnya mau ngasih surprise,"
"Hmm ya aku maafin,"
"Ayo naik, aku mau bawa kamu ke suatu tempat yang pasti bisa bikin kamu ngga bete lagi," ucapnya seraya menyodorkan helm kepadaku. Aku mengangguk mengiyakan, lalu memakai helm dan naik ke atas motornya.

Dia melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju tempat yang aku tak tahu tempat macam apa itu. Tapi aku yakin kemanapun dia membawaku pergi dia pasti akan melindungiku dan tidak akan berbuat hal yang tidak tidak kepadaku. Aku mempercayainya.

Saat ini aku yakin 100%, bahwa aku  mencintainya, bahkan sangat. Aku tak mau menyesal di akhir karena aku terus menyangkal perasaan itu. Kini aku bertekad tak mau kehilangannya dan tak mau melepaskannya lagi.

I'm not fall in love but i'm in love because everything that falls the feels is painful.

                                     <3<3<3<3

You're The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang