Chapter 2

3.9K 66 0
                                    

"Siapa yang telah mencuri handphone Putri di kelas ini?" tanya Ibu Guru kepada seluruh siswa, namun semuanya menggelengkan kepala.

"Tidak ada yang mau mengaku? Baik, untuk seluruh siswa, berdiri dan letakkan tasnya di atas meja!"

Akhirnya seluruh siswa yang berada di dalam kelas tersebut diperiksa tasnya satu per satu.

Saat semuanya sudah diperiksa termasuk Mardi, kini giliran tas Edo yang diperiksa. Waktu Ibu Guru memeriksa tas Edo, Ibu Guru terkejut ketika Ia telah menemukan handphone Putri di dalam tas Edo.

Sontak, Mardi terkejut karena Ia tidak menyangka, bahwa Edo lah yang mencuri handphone Putri.

"Edo, apa ini?" tanya Ibu Guru sambil memegang handphone milik Putri.

"Ibu, ini cuma salah paham, Aku gak tau kenapa handphone Putri ada didalam tasku, Aku gak mencuri handphone Putri, Bu" bantah Edo.

"Tapi ini buktinya sudah ada, Edo, salah paham bagaimana?" ujar Ibu Guru.

"Ini benar-benar salam paham, Bu, Aku gak tau kenapa handphone Putri bisa ada di dalam tasku" bantah Edo kembali.

"Cukup Edo! Ibu gak mau lagi mendengar alasan Kamu. Sekarang Kamu ikut Ibu ke ruang BK!" perintah Ibu Guru.

"Tapi Bu-,"

"Sudah! Ayo ikut Ibu ke ruang BK!" Ibu Guru dan Edo pun pergi ke ruang BK.




Sesampainya Edo dan Ibu Guru di ruang BK...

"Edo, kenapa Kamu mencuri handphonenya Putri?" tanya Ibu Guru.

"Aku berani bersumpah, Bu, Aku benar-benar tidak tau bagaimana bisa handphone Putri ada di dalam tasku" Edo terus saja membantah.

"Edo, jelas-jelas handphone Putri ada didalam tasmu. Begini saja, sebagai hukuman Kamu, Ibu akan mencabut jabatanmu sebagai Ketua OSIS dan Ibu akan memanggil orang tuamu untuk datang kemari!" kata Ibu Guru.

"Tapi Bu-,"

"Tidak ada tapi-tapi" mendengar hal itu, Edo sangat sedih dan marah terhadap siapa yang telah menjebaknya.





Pada saat istirahat, Mardi, sahabat Edo datang menemuinya.

"Edo, apa yang Ibu Guru katakan padamu?" tanya Mardi.

"Aku diberi hukuman" jawab Edo dengan murung.

"Hukuman apa?" Mardi kembali bertanya.

"Ibu Guru mencabut jabatanku sebagai Ketua OSIS dan orang tuaku dipanggil untuk datang ke sekolah" ujar Edo yang semakin murung.

"Sudahlah Edo, Kau harus tetap sabar dalam menghadapi cobaan ini. Dan Aku masih percaya kok, kalau Kamu bukan orang yang mencuri handphone Putri. Kamu yang sabar ya?" Mardi mencoba menegarkan Edo.

"Ya Mardi, terima kasih, sahabatku?" Edo pun sedikit tersenyum. Mardi menganggukkan kepala sambil tersenyum.

Setelah itu datanglah Eva.

"Edo, kata orang-orang Kamu sedang terkena kasus?" tanya Eva.

"Iya, Eva, Edo sedang terkena kasus" namun Mardi yang menjawab.

"Kata orang-orang juga Kamu mencuri handphonenya Putri? Edo, kenapa Kamu lakukan itu? Kenapa Kamu sampai tega mencuri handphone sahabat kita sendiri?" Eva kembali bertanya.

"Ini semua hanya salah paham, Aku gak berniat untuk mencuri handphonenya Putri, Eva. Aku jadi curiga, pasti ada seseorang yang menjebakku, supaya nama baikku tercemar sampai keseluruh kelas dan Anggota OSIS lainnya. Aku penasaran, kira-kira siapa orang yang telah memasukan handphone Putri ke dalam tasku?" Edo penasaran.

Tiba-tiba datanglah Putri dan Kak Maya sambil marah-marah kepada Edo.

"Edo, kenapa Kamu mencuri handphone adikku?" tanya Kak Maya sambil marah-marah.

"Adik? Jadi, Kak Maya menjadikan Putri sebagai adik Kak Maya?" Eva sedikit kaget.

"Ya, dan Putri menganggap Kakak sebagai kakaknya Putri" kata Kak Maya.

"Putri, maafkan Aku, Aku tidak mencuri handphonemu. Dan Aku juga tidak tau bahwa handphonemu ada didalam tasku" ujar Edo sambil memohon kepada Putri agar mau memaafkannya.

"Kamu bohong, Edo, jelas-jelas handphoneku ada didalam tasmu" kata Putri sedikit marah.

"Sumpah demi Allah, Aku tidak mencuri handphonemu, Putri, dan Aku yakin, pasti ada seseorang yang sedang menjebakku"

"Sudah Edo, Kakak tidak mau mendengar lagi alasanmu. Tapi, Kakak kecewa sama Kamu, Edo. Ayo Putri, kita ke kantin!" ujar Kak Maya lalu pergi bersama dengan Putri.

"Putri, dengar dulu penjelasanku!!" teriak Edo.

"Sudah, Edo, biarkanlah Dia! Mungkin Dia lagi terpengaruh oleh Kak Maya. Sekarang, Kamu dan Eva ikut Aku!" Mardi menahan Edo yang ingin berlari menyusul Putri.

"Kemana, Mardi?" tanya Eva.

"Kalian ikut saja, ayo!"

Retaknya Sebuah PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang