Epilog

2.9K 65 0
                                    

Untuk sahabatku Edo, Eva dan Putri.

Aku tau, kalian tidak akan mungkin bisa bersatu lagi, tapi Aku berharap dengan kepergianku ini bisa membuat kalian sadar akan besarnya rasa persahabatanku dengan kalian. Kalian jangan sedih ya! Aku pergi bukan untuk meninggalkan kalian, tapi Aku pergi karena Aku sudah dipanggil oleh Allah Swt.

Terima kasih, karena sudah menjadi pelengkap hidupku.

Wassalam.

Ttd.
Muhammad Mardi Hasanudin.

Eva, Putri dan Edo yang membaca Surat Terakhir dari sahabat mereka itu langsung menangis dan berpelukan meratapi kepergian Mardi yang begitu cepat bagi mereka. Sementara itu, Kak Maya dan lelaki hidung belang itu langsung masuk penjara selama 3 tahun atas kasus penjualan gadis dibawah umur.





Keesokan harinya, Putri masih bersedih sambil duduk di kursi yang dekat dengan pohon bertepatan dengan musim gugur, sehingga angin sepoy-sepoy membuat bunga yang ada diatas pohon jatuh melayang semua. Disinilah, Mardi sering duduk sambil menulis kata-kata cinta untuk Putri yang kini dipegang olehnya, karena kemarin Ia diberikan langsung oleh Ibunya Mardi.

Flashback.

"Ini, Ibu berikan buku ini untukmu, Putri" kata Ibunya Mardi yang memberikan sebuah buku bersampul kulit berwarna biru tua berukuran A5.

"Ini buku apa, Bu?" tanya Putri.

"Sebelum kejadian itu, Mardi menitipkan buku ini pada Ibu, Dia bilang berikan buku ini kepada Putri jika Ia datang kerumah nanti"



Namamu selalu ada disetiap hela nafasku, bahkan hatiku pun selalu membayangkan senyum indah diwajahmu yang cantik alami, yang engkau dapat dari anugrah illahi.

Putri pun tak henti-hentinya meneteskan air mata setelah Ia membuka dan melihat isi dari buku itu. Karena isi dari buku itu adalah kumpulan kata-kata cinta yang dibuat sendiri oleh Mardi untuk Putri.



Ketika cinta datang, maka semua mahluk bumi pun akan saling mengasihi dan menyayangi, begitu pula dengan cinta yang terus mengalir di hatiku, bagaikan air yang terus saja mengalir di dalam sungai. Kau lebih cantik dari sang rembulan, sehingga rembulan pun cemburu setiap kali Aku memandanginya seraya berkata "Pandangi saja orang yang Kau cinta, jangan Aku!".



Tak lama kemudian, datanglah Edo menemui Putri yang sedang bersedih.

"Putri?" kata Edo dengan pelan.

Putri hanya menoleh kemudian kembali merunduk.

"Aku tau Kamu masih bersedih karena kepergian Mardi. Tapi, Aku juga tidak akan pernah membiarkan sahabatku bersedih seperti ini" kata Edo kemudian duduk disamping Putri.

"Kenapa Kau dekat-dekat denganku? Bukankah, Kau tidak mau memaafkan Aku?" ujar Putri lalu bergeser sedikit.

"Putri, maafkan Aku, karena Aku terlalu emosi saat itu. Aku telah memaafkanmu Putri" kata Edo yang membuat Putri menoleh ke arahnya.

"Apakah itu benar, Edo?" tanya Putri sedikit tersenyum.

"Iya, sahabat?" menyodorkan jari kelingkingnya ke Putri.

"Sahabat" membalas kelingking Edo dan tersenyum.

"Nah, begitu yang Aku mau, Edo" kemudian Edo dan Putri menoleh kearah suara itu.

"Itu yang namanya sahabat, bisa saling memaafkan" ternyata itu Eva dan menyodorkan kelingkingnya ke kelingking Edo dan Putri.

Akhirnya, mereka pun bersahabat kembali dengan bahagia dan damai.

Disini kita bisa memetik Pelajaran, bahwa kesetiaan seorang sahabat tidak bisa Kamu rasakan, apabila kita tidak menanggapinya dengan cermat. Dan seorang sahabat bukan hanya ada disaat Kamu dalam kesenangan, tapi sahabat juga harus ada saat Kamu sedang kesulitan.

Selesai

Retaknya Sebuah PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang