Chapter 4

2.9K 59 0
                                    

Semenjak Putri sudah dianggap oleh Kak Maya sebagai adiknya, disinilah Putri mulai berubah sikap dan perilakunya. Kak Maya yang selalu mengajaknya jalan-jalan terus membuat Putri lupa akan ketiga sahabatnya. Lalu Putri mulai bersikap kasar terhadap teman-temannya termasuk sahabatnya sendiri, hal inilah yang membuat Mardi, Edo dan Eva merasa Putri sudah melupakan mereka. Perubahannya terlihat nyata ketika Putri yang tidak mau lagi berdekatan dengan Edo dan Mardi dengan alasan kulitnya sensitif terhadap kulit laki-laki, Mardi terheran-heran melihat sikap Putri yang berubah itu. Lalu, Eva pun bertanya sama Putri saat Ia didalam kelas sambil memainkan handphonenya.

"Putri, Aku ingin bertanya kepadamu" kata Eva.

"Kenapa Kamu disini?" kata Putri sedikit nada tinggi.

"Putri, Kamu gak usah ngotot gitu dong, biasa aja, Aku nanya baik-baik kok. Putri, kenapa semenjak Kamu berteman dengan Kak Maya, Kamu tidak mau memperdulikan kami lagi? Ingat Putri, kita sudah 4 tahun bersahabat. Tapi...Aku kecewa sama Kamu Putri. Kamu sekarang sudah berubah, Kamu bukan Putri yang kukenal" kata Eva mulai kesal.

Kemudian Putri berdiri dan marah-marah.

"Eva, Kamu gak usah ikut campur urusanku dengan Kak Maya. Kalau Kamu gak setuju Aku berteman dengan Kak Maya, mulai sekarang, persahabatan kita putus!! Minggir!! Aku mau ke kantin dengan Kak Maya" perkataan dari Putri membuat hati Eva seakan-akan tersambar petir yang menyakitkan hatinya, karena Ia tidak akan menyangka, bahwa Putri akan mengeluarkan kata-kata kasar sekejam itu dari mulutnya.

Namun saat Putri mau pergi ke kantin, tiba-tiba di depannya ada Mardi sambil membawa sebatang coklat untuk Putri. Dan ternyata, hari ini adalah anniversary persahabatan mereka.

"Putri, ini untuk Kamu, ini kan hari anniversary persahabatan kita yang ke 4 tahun, ini, ambilah hadiahku untukmu" kata Mardi.

Namun Putri malah bertambah marah.

"Aku tidak butuh ini, Mardi, kalian bertiga itu adalah pecundang dan sahabat yang sangat bodoh!! Dan mulai sekarang, persahabatan kita bubar!! minggir!!" kata Putri kemudian menjatuhkan coklat ditangan Mardi dan mendorongnya hingga terjatuh.

"Mardi, Kamu tidak apa-apa?" kata Eva sambil membangungkan Mardi.

"Iya, Eva, Aku tidak apa-apa" kata Mardi.

Setelah melihat kejadian itu, Mardi langsung kecewa sama Putri, mungkin kalau Edo ada dikejadian itu, mungkin rasa sakit hati mereka pun akan lengkap dengan ucapan pedih yang keluar dari mulut Putri. Kini, Ia pun merasa sedih karena persahabatannya telah hancur seperti kaca yang telah retak dan tidak bisa diperbaiki lagi.





Semenjak itulah, akhirnya Mardi kembali lagi ke dunianya yang dulu yaitu dunia gelap. Dan seperti biasa, Ia meminum minuman keras sambil duduk di atas motor, lalu tiba-tiba datanglah Eva yang kebetulan sedang lewat. sontak, Mardi pun terkejut.

"Mardi, kenapa Kamu ada disini? Dan, apa yang ada ditanganmu itu?" kata Eva sambil menunjuk botol minuman Mardi.

Lalu menyembunyikan botol minumannya.

"Eva, tidak, ini bukan apa-apa" kata Mardi.

"Mardi, kan Aku sudah bilang kepadamu, Kamu jangan minum itu lagi!!" kata Eva.

"Maafkan Aku, Eva, tapi, saat ini pikiranku sedang kacau, karena memikirkan tentang nasib persahabatan kita yang telah lama jatuh bangun kita bina. Tapi, semua itu hanya sia-sia" kata Mardi.

"Memangnya Kamu kenapa, Mardi? Oh Aku tau, pasti Kamu memikirkan Putri kan? Sudahlah Mardi, lupakanlah Dia! Lagipula masih banyak kok yang ingin jadi sahabat kita. Tapi kita harus tetap do'ain Putri, supaya Ia cepat sadar akan kesalahannya" ujar Eva.

"Aamiin, makasih ya, Eva" ujar Mardi.

"Sama-sama, Mardi. Ya sudah, sekarang Kamu buang tuh botol! Lain kali, Aku gak mau lagi melihat Kamu minum-minuman itu lagi! Karena itu gak baik untuk Kamu, Mardi" kata Eva.

"Iya, Eva" kata Mardi lalu membuang botol minuman keras yang Ia minum tadi.



Ditempat lain, Edo yang sedang jalan-jalan malam sambil main game di dalam handphonenya, melihat Kak Maya dan Putri sedang menuju ke tempat penginapan. Awalnya Edo hanya melihat, namun karena penasaran apa yang mereka perbuat, akhirnya, Edo pun mengikuti mereka. Setelah Kak Maya dan Putri sampai disana dan menutup pintu, Edo langsung menguping dibalik pintu kamar itu.

"Nah Dek, ini penginapan tempat tinggal Kakak. Oh ya, Putri mau uang kan?" kata Kak Maya.

"Ya mau dong, Kak, siapa sih yang gak mau uang" kata Putri dengan polosnya.

"Ya udah, Kamu tunggu disini ya! Kakak mau ambil uangnya dulu" kata Kak Maya.

Putri tidak sadar kalau Ia sedang dijebak oleh Kak Maya saat ini. Setelah Kak Maya keluar, Kak Maya pun didatangi oleh lelaki hidung belang yang sudah memesan Putri kepada Kak Maya.

"Gimana? Kita jadi deal kan?" tanya lelaki hidung belang itu.

"Iya dong om, sekarang orangnya ada di dalam kamar" kata Kak Maya.

"Ok, ini uang Kamu, dan uang gadis itu akan Saya berikan setelah Saya sudah menikmatinya" kata lelaki hidung belang.

"Baiklah, kalau begitu Saya pulang dulu ya om, selamat bersenang-senang!" kata Kak Maya.

"Oh ya ya, terima kasih ya" kata lelaki hidung belang.

"Sama-sama, om" kata kak Maya.

"Rasain Kamu, Putri. Sekarang, kehormatanmu akan segera hancur berkeping-keping, hahaha" ujar Kak Maya didalam hati.

Ternyata Putri sudah di jual oleh Kak Maya kepada lelaki hidung belang tersebut, mendengar hal itu, Edo pun buru-buru menelpon Mardi dan polisi.

Handphone Mardi berbunyi.

"Edo, halo Edo?" kata Mardi.

"Halo Mardi, Mardi, cepat Kamu kesini!! Putri sekarang dalam bahaya!!!" kata Edo.

"Apa? Putri dalam bahaya? Apa maksudmu?" tanya Mardi terkejut.

Retaknya Sebuah PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang