5.Fifth

137 67 10
                                    

HAPPY READING♡

Vidna POV

2 weeks ago.

Sudah 2 minggu ini Vadni belum bangun juga. gue khawatir. siapa sih yang gak khawatir kalau saudara kandungnya koma? ayolah bangun Vadni! gue tuh kesepian tau gak sih! dasar truk sialan.

Sudah sejak 3 hari kemarin Vadno sadar. teman-temannya banyak yang menjenguk. dan lo tau? gue harus terpaksa bersembunyi. karna apa? karna gue gak mau misi gue kebongkar.

Sekarang jam besuk udah abis. gue berjalan ke arah kamar Vadno, dan sialan! gue nabrak salah satu temennya dia. mungkin.

*

BRUK

"eh? sorry ya..." ucap gue sambil memasang wajah bersalah.

"jalan liat-liat, bego!" bentaknya.

"dih! gue kan udah minta maaf!" bantah gue

"terus lo mau dapet maaf gue gitu? gak segampang itu!"

"gak di maafin juga gapapa! gak peduli!" bentak gue sambil berdiri untuk pergi dari hadapan dia.

"mau kemana lo?!" ucapnya menahan pergelangan tangan kiri gue.

"bukan urusan lo!" bantah gue melepas tangan dia kasar.

"kasar banget jadi cewe! pasti gak punya cowo." sindirnya.

"peduli apa?!" ucap gue sebelum meninggalkan dia.

*

Gue masuk ke ruangan Vadno dan dia menyambut gue dengan senyuman.

"hai No! hehe" sapa gue.

"hai, sini...duduk sebelah gue" gue pun duduk di sebelah dia.

Vadno menatap gue dengan tatapan yang entah apa artinya. I hate this moment. Awkward.

"kenapa?" tanya gue.

"lo kenapa gak ada disini pas temen gue jengukin gue?" tanyanya

"kan gue ga mau ada yang tau kalau gue keluarga Gleralt hehe" jawab gue.

"hmm gitu, yaudah" jawabnya mengacuhkan bahu.

"Vidno kemana ya?" tanya gue.

"ke kamar Vadni. by the way gue mau ngomong serius nih de." ucapnya. aneh, biasanya gak pake embel-embel 'de'.

"apaan deh tumbeh banget pake de? hahaha" ucap gue terkekeh.

"gue serius, Na." jawabnya dengan wajah serius.

"iya okey, ngomong apa?"

"gue gak bisa pergi, na..." ucapnya. gue hanya terdiam menunggu kelanjutan ucapan Vadno.

"dan gue juga gak bisa stay..." lanjutnya

"stay? stay apa? maksudnya apa? yang jelas dong, No hahaha" tanya gue terkekeh sementar Vadno masih menatap gue datar.

"gak bisa stay bareng kalian lagi. gue gak bisa menetap di dunia lagi, mau bagaimana pun ya jalan gue emang harus pergi. lo liat Vadni? lo tau kenapa dia gak bangun? karna kecelakaan ini emang parah. parah banget." jawabnya bangun daru posisi tidurnya untuk duduk menghadap gue.

"Vadni pasti bangun! buktinya sekarang lo udah bangun, No! lo kalau ngomong jangan ngaco! jangan bikin kesel!" bentak gue.

"lo sama ya kaya Vidno ha-ha. kenapa lo gak mencoba sama seperti mami dan papi? kenapa lo gak mencoba ikhlas seperti mami dan papi? kenapa lo gak mencoba mengerti seperti mami dan papi? kenapa lo gak mencoba membiarkan gue pergi? ha?!" tanyanya sinis.

"No! lo apaansih! bahkan lo baru sadar 3 hari lalu! kalau emang jalan lo pergi kenapa lo bisa bangun sekarang?! ngotak!" ucap gue gak kalah sinis.

"karna itu, gue dan Vadni gak bisa tenang kalau kalian begini. relain gue, ikhlasin gue, biarin gue hidup di sana, dan gue sama Vadni akan biarin lo sama Vidno hidup disini. gue mohon... please.." jelasnya.

apa apaan coba? maksudnya dia mau pergi? ninggalin dunia? pergi selamalamanya? gue gak tau gimana jadinya gue dan Vidno nanti kalau hidup tanpa mereka.

"coba lo omongin sama Vidno dulu. gue butuh mikir." jawab gue menenggelamkan wajah di pelukan tangan gue.

"udah, dia lagi mikir untuk mengambil keputusan juga. makanya tadi dia ke kamar Vadni. berundinglah sama Vidno, lo gak mau gue dan Vadni bahagia ya?" ucapnya

"ok. gue ke Vadni dulu. nanti gue omongin bareng Vidno." ucap gue.

"yaudah" jawabnya tersenyum paksa.

Gue pun keluar dari ruangan Vadno dan segera ke ruangan Vadni, sudah ada Vidno disana. Vidno langsung berdiri dan segera memeluk gue lemas.

"i need to talk, Na" ucapnya nyaris berbisik.

"iya, gue juga. tapi gue perlu ngobrol sama Vadni sebentar" balas gue lemas.

"gue tunggu di rooftop ya.." ucapnya mencium kening gue sebelum menghilang dari balik pintu.

Jangan egois, Vidna!

Bismillah!

"hai Vadni! hehe, apa kabar?" ucap gue terkekekeh pelan untuk mencairkan suasana.

"gue udah tau semua dari Vadno, gue yakin lo bisa denger omongan gue kan dari alam bawah sadar lo? hehe." ucap gue.

"Ni, mungkin mami sama papi bisa ikhlas kalau lo sama Vadno pergi. karna mereka sibuk, Ni! terus gue sama Vidno, gimana? kita berdua masih butuh seorang kakak! bukan kita yang egois! tapi lo dan Vadno! lo dan Vadno egois! kalau lo dan Vadno sayang sama kita berdua pasti lo akan berusaha untuk tetap hidup bersama kita! bukan dengan cara meminta kita berdua untuk mengikhlaskan kalian pergi!" ucap gue dengan nada tinggi.

Tanpa sadar satu persatu air mata gue berjatuhan. gue gamau kehilangan mereka! kalian ngerti gak sih?! rasanya ditinggal oleh orang yang kalian sayang, apa enak?! JAWAB!

"sorry gue emosi, Na. hikss.. gue gak bisa, Na. gue gatau nanti gue sama Vidno gimana. gue butuh lo, na! GUE BUTUH LO DAN VADNO! hikss hikss" ucap gue menangis.

"LO BISA GANTIIN NYOKAP BUAT GUE DISAAT NYOKAP SIBUK! VADNO BISA GANTIIN BOKAP DISAAT BOKAP SIBUK! TAPI LO MIKIR GA?! SIAPA HIKSS.. YANG BISA GANTIIN LO?! HIKSS SIAPA YANG VISA GANTIIN VADNO?! HA?! HIKS..LO MIKIR DONG! GUE TAU LO DENGER GUE HIKSS GUE TAU!" ucap gue sesenggukan.

Gue segera keluar ruangan dan berlari kearah rooftop. gue harus ngomong ke Vidno. gue gak bisa ambil keputusan sendiri. its not easy!

Begitu sampai di rooftop, gue langsung berlari memeluk Vidno dari belakang. sambil menangis. Vidno segera memutar badan gue agar menghadap dia. gue gak mau Vidno melihat gue menangis.

"sstt ah, jangan nangis dong adikku sayang... sini kita omongin dulu ya.." ucapnya mengusap punggung gue.

"hikss.. hikss.. gue gak bisa! GAK BISA." ucap gue.

"gue udah ambil keputusan..." jawabnya menghembuskan nafas.

"apa?" tanya gue.

"gue udah mutusin buat..." Vidno menghentikan ucapannya dan..

x

HAYOLO!!! HAHAHA.

ga dapet feelnya ya? yaudahla gue emang ga jago begituan wkwk

NEXT>>

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang