7.Goodbye Happiness

94 42 7
                                    

HAPPY READING♡

Vidno POV

"gue udah mutusin buat..."

"APA?!" tanya Vidna menangis.

"'iya'" jawab gue nunduk.

"MAKSUD LO IYA TUH APA?! TERUS NANTI GUE GIMANA?!" bentak Vidna.

"Ada gue, Na. ada gue." ucap gue.

"Kalau gue kangen Vadno dan Vadni, gimana? COBA LO PIKIRIN! ANJING! GUE GAK BISA!"

"Lo gak kasihan ya sama Vadno dan Vadni? Mereka serba salah tau gak?! Mereka mau stay tapi Tuhan mau mereka kembali ke alam, mereka mau kembali ke alam tapi kita mau mereka stay. Kita ikutin aja apa yang udah Tuhan rencanain. Lo ikhlasin mereka, apa enak kalau lo ada di posisi mereka? Coba pikirin itu, Vidna." ucap gue mengelus pelan puncak kepala Vidna.

"Gue... Gu-Gue gak tau, No. hikss sebagian gue mau mereka tenang tapi sebagian lagi gue mau mereka stay. Gue gak mau kehilangan Vadno dan Vadni hikss" ucap Vidna menangis.

"Vidna sayang... Mami dan Papi aja bisa mengikhlaskan mereka. Coba kita ikutin cara pemikiran Mami dan Papi. Tau gak apa pemikiran Mami dan papi?" tanya gue dan Vidna pun hanya menggeleng.

"Mereka gak mau orang yang mereka sayang itu gak tenang akibat ulahnya. Emang lo mau Vadno dan Vadni gak tenang? Na, mereka pasti selalu ada di sisi kita untuk jagain kita walau mereka gak terlihat, trust me." ucap gue tersenyum

Vidna pun menunduk dan kembali terisak. Bukan hanya lo yang gak mau kehilangan mereka, gue juga. Kita gak bisa memaksakan kehendak tuhan, bukan?

Gue gak boleh lemah! Gue harus bisa menjadi seorang kakak seperti Vadno dan Vadni! Gue harus jagain Vidna! HARUS.

"No... gue mau ketemu Vadno. Gue mau kasih tau jawaban gue ke Vadno sekarang hehe" ucap Vidna tersenyum.

"Lo yakin? kalau masih belum yakin yaudah jangan di paksain" ucap gue

"Iya ih! gue yakin kok! serius deh hehe" ucapnya yang entah kenapa membuat gue sesak. God!

"Ya-Yaudah yuk" ucap gue merangkul pundak Vidna.

*

Sesampainya di depan ruangan Vadno kami berdua hanya diam menatap kosong pintu berwarna putih ini. Gue gak siap. really! i can't!

"Nanti lo dulu yah No yang ngomong, gue belakangan aja.." ucap Vidna masih menatap pintu dengan tatapan kosong.

"Oke. Lo masuk juga, kan?" tanya gue. Vidna pun hanya membalas dengan anggukan disertai senyum palsunya itu.

CKLEK

Gue memberanikan diri membuka knop pintu. Terlihat jelas Vadno yang menyambut kita dengan senyuman yang mungkin tidak akan pernah terlihat lagi untuk hari-hari gue selanjutnya.

"Vidno Vidna! sini..." ucap Vadno semangat.

Kami pun hanya mengangguk dan mendekat ke kasur Vadno.

"No, kita jalanin bareng ya.. ayo sekarang lo bilang duluan" ucap Vidna seakan tau apa yang gue pikirkan sekarang.

"Vadno" ucap gue.

"Yeah? why?" tanyanya

"Gue dan vidna udah punya jawaban..." ucap gue menunduk.

"Apa?" tanya Vadno tidak sabar.

"Gue iya. Gue ikhlas." jawab gue yang membuat Vadni tersenyum.

"Thanks bro! Vidna? lo udah apa belum? kalau belum gapapa kok" ucap vadno memalingkan padangannya ke Vidna.

"Gue juga. Gue ikhlas. Itu hak lo, gue dan Vidno gak bisa maksa kehendak Tuhan, gue dan Vidno gak bisa menghalangi jalan lo maupun Vadni. So, kita ikhlas" ucap Vidna tersenyun lemah.

"Gue percaya kalau Tuhan memiliki rencana yang sangat indah di balik ini semua. Lo yang tenang disana."

Gue gak tau. Air itu mengalir begitu saja di pipi gue, Vidna pun menangis. Seolah mengerti isi hati gue, Vidna mengajak gue ke kantin untuk menenangkan hati dan pikiran gue.

"No, gue sama Vidno ke kantin dulu ya...laper nih kita hehe" Ucap Vidna menarik tangan gue lembut dan hanya dibalas anggukan oleh Vadno.

x

NEXT>>

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang