Dalam gaib kulihat banyak sekali berpasang-pasang sepatu-sepatu kecil tanpa terlihat wujudnya.. hanya sepatu saja.. lucu sekali.. sepatu kecil untuk kaki anak bayi yang baru berjalan.. dengan model yang lucu-lucu dan imut-imut.. tak jarang ada sepasang sepatu yang menginjak tali sepatunya sendiri dan nampak sepatu itu seperti terbirit-birit..
Di sebuah padang rumput yang hijau dan sangat luas.. terdapat semacam traktor di sana dilewati dengan sepatu-sepatu kecil yang berjalan itu. Semua berkumpul dan kemudian mereka memisah masuk dalam mainan seperti mangkuk besar yang muat untuk 3 anak dan mainan itu berputar-putar terus hingga anak itu terbuai dan tiba-tiba muncul wajah kanak mereka yang lambat laun menjadi menua dan bussss..... seperti serpihan-serpihan hitam terbang memenuhi langit.
Kulihat pula, banyak butir padi ditanam di sawah, nampak ditanam dengan sangat hati-hati tapi ujung padi itu ditutupi, sempat aku buka sebutir untuk tahu apa isinya dan kenapa ditutupi, seorang anak kecil meringkuk di dalam padi itu, sementara hijau dan sinar mengelilingi tubuhnya. Padi itu membusuk dan menghitam... busss... seperti serpihan hitam dan terbang ditiup angin.
Kulihat pula seorang bayi diletakkan pada buaian, dan sebuah kaki mengayun-ayun buaian itu sambil sesekali mengganti botol susu bayinya..
Aku bertanya-tanya, "Apa arti penglihatanku itu?".
Dan Hidir-pun menjawabnya:
"Anak-anak yang dilahirkan seharusnya mendapatkan kesempatan untuk mempergunakan akal, hati, jiwa dan raganya. Diberi kesempatan untuk belajar dan mengenal dirinya dan lingkungannya".
"Anak-anak dibiarkan mencari pengalaman hidupnya dan diberikan pelajaran tentang apa saja yang bisa dicari dan didapatkannya untuk dikembangkan dan dikelola agar dirinya bisa bertahan hidup dan memilih sendiri kehidupannya".
"Kenyataannya anak-anak sekarang, diberikan kasih sayang berlebihan".
"Anak-anak diletakkan dalam buaian dan dipenuhi semua kebutuhannya tanpa pernah anak dibiarkan lepas dari buaian hanya karena tak ingin anaknya menangis, kelaparan, kehausan, dan ketakutan".
"Anak-anak dikurung dan diberi pengawasan tanpa sedikitpun diberi ruang kepadanya untuk melakukan hal yang mengasah akal, hati, jiwa dan raganya menjadi terampil, cerdik dan pandai".
"Anak-anak dijadikan seperti yang orang tua kehendaki. Ketika anak hendak melakukan sesuatu dilarangnya, karena ketakutan yang tidak beralasan".
"Anak-anak dibelenggu dalam buaian, dikurung dalam keterasingan dan akhirnya membusuk saat dewasa karena tak pernah dirinya diberi kesempatan melatih dirinya sendiri".
"Akalnya berjalan bersama raganya seolah dirinya hidup sendiri tanpa bisa mengenal orang lain, bahkan orang tuanya sendiri".
"Jiwanya yang hampa tak mampu membimbing anak ini menjadi manusia seutuhnya, semua seperti yang dilihatnya dicontohkan dan diperintahkan oleh kedua orang tuanya atau pengasuhnya".
"Seolah jiwanya diletakkan, semata untuk membiarkan jiwa orang lain yang menguasainya memasuki raganya".
"Anak-anak ini kelak akan menjadi dewasa, tapi hanya raganya, jiwanya masih seperti anak-anak seperti di usia berapa anak ini memutuskan untuk meletakkan jiwanya karena keputus-asaan saat dirinya tak pernah diijinkan untuk menjadi dirinya sendiri".
"Anak-anak yang lemah dan tak berdaya tak pernah mendapatkan penghargaan di saat dirinya dianggap nakal, melanggar norma, dan tidak bisa menjadi anak yang seperti orang tuanya kehendaki".
"Generasi anak saat ini adalah anak-anak yang dibuat dan dikuasai oleh orang tua dan pengasuhnya".
"Menyalahi kodrat seorang anak yang telah dilakukan orang tua adalah kesombongan".
"Bukan orang tua yang menciptakan anak dan sudah seharusnya orang tua ini menyadari bahwa dirinya diberi amanah oleh Tuhannya untuk memelihara anak ini dengan mengajak anak mempergunakan segala yang dikarunia akan Tuhan (Akal, Jiwa, Hati dan Raga) untuk kemudian menjadikan anak-anak ini menjadikan anak-anak yang mensyukuri atas pemberian Tuhan kepadanya yang telah menciptakan dirinya dan memberikan kesempatan padanya untuk hidup dan berbuat kebaikan bagi dirinya sendiri dan orang lain".
"Lalu kenapa orang tua atau pengasuh itu berusaha menguasai anak dan meyakinkan kepada anak bahwa dirinyalah yang telah melahirkan, merawat dan membesarkannya?".
"Kesombongan para orang tua atau pengasuh yang seolah dirinya lebih daripada yang menciptakannya yaitu Tuhan".
"Anak-anak dijejali hal-hal yang rancu dan salah meski dibalut oleh keyakinan yang keliru. Anak-anak dibungkus norma-norma dan mengabaikan naluriahnya bahwa mereka juga manusia yang bisa paham akan dirinya bila mereka dibimbing dengan benar".
"Bagaimana orang tua bisa membimbing dengan benar bila dirinya sombong, merasa paling tua dan lebih berpengalaman hingga hal buruk yang pernah terjadi di masa kanaknya dulu kembali dijadikan ajaran/norma bagi anak-anaknya".
"Biarkan anak bertanya dari hasil pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari keseharian. Biarkan anak jujur dan terbuka dan berilah dia penghargaan meski dia telah merusak sesuatu karena rasa ingin tahunya".
"Haruskah generasi anak saat ini hanya dijadikan padi yang busuk saat baru disemai tanpa pernah dapat tumbuh dan hasilnya bisa dipanen sebagai buah hasil dari usahanya yang mengembangkan diri?".
"Biarkan anak-anak belajar mengenal, mana baik dan mana buruk. Mana keadilan dan mana ketidak adilan. Biarkan anak belajar berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dan diarahkan dengan benar".
"Ajarkan anak kesopanan baik tutur kata dan perbuatan agar dirinya mudah bergaul dan diterima oleh siapapun dan dimanapun dirinya berada".
"Beri kesempatan anak tumbuh menjadi anak-anak yang memang menunjukkan kepribadiannya dan bukan anak-anak tapi dengan kepribadian orang tua atau pengasuhnya".
"Tugas orang tua hanya memfasilitasi tanpa mempengaruhi apapun hak dan kodrat anak. Biarkan anak menjelaskan dengan bahasanya dan pahamilah, karena hanya itu yang anak-anak kehendaki".
"Tuntunlah anak untuk mengenal Tuhannya bahwa dirinya, orang tua itu sendiri diciptakan olehNya hanya untuk berbuat kebaikan yang dipersembahkan untuk Tuhannya. Jangan jadikan anak menjadi anak-anak yang penuh kesombongan padahal dia belum tahu apa-apa seperti yang diajarkan orang tuanya".
Salam Damai Sahabatku, kasihku untukmu semua
Hanya UntukMu Tuhanku, kusampaikan kebenaranMU

KAMU SEDANG MEMBACA
Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2011 (September-Desember) Jilid 5
Non-FictionPetunjuk Kebenaran Tuhan adalah kisah perjalanan gaib maupun nyata seorang utusan di masa ini untuk menyampaikan Kebenaran Tuhan kepada seluruh umat manusia di seluruh dunia