Selalu kusisihkan waktuku untuk bisa menemui anak-anak tercintaku, kubawa serta anak sulungku yang sangat mengasihi adik-adiknya. Sengaja kucari waktu libur agar aku bisa lebih banyak meluangkan waktu dengan si kecil Bram-Bagas. Selalu kucari waktu malam hari untuk pergi ke Bojonegoro untuk menghindari macet dan hawa terik.
Tapi selalu saja menjadi masalah tatkala aku sampai di sana, meski aku tak memberitahukan kedatanganku karena putriku melarang aku memberitahu ayahnya karena pasti tidak akan diijinkannya. Aku berpikir iya juga sich, ngapain aku ngasih tahu kedatanganku meski sekedar permisi toh dia juga tak tinggal dengan anak-anak lelakiku. Dia tinggal bersama istri keduanya, seorang janda yang memiliki anak tapi dipelihara orang lain.
Anak-anakku tinggal dengan keluarga Pak De-nya, sebuah rumah tua milik mantan suamiku memang sudah lama dihuni keluarga itu. Rumah tua, tak terawat dan mungkin dulunya merupakan rumah terbaik di zamannya.
Anak-anak lelakiku sehari-hari tinggal di rumah itu, lingkungan pedesaan yang sangat menyenangkan, udaranya yang masih belum terlalu banyak tercampur polusi. Wajah kanak dan polos, mereka bermain dan memiliki banyak teman sekampungnya. Selalu kuperhatikan cara anak-anakku mengatasi setiap permasalahan hidupnya.
Keduanya sangat luar biasa, di saat dirinya membutuhkan bantuan, mereka tak segan-segan meminta bantuan orang lain dengan cara yang sangat ramah dan lucu. Mereka juga suka menolong dan berbagi.
Setiap aku datang selalu kubawakan oleh-oleh buat mereka dan tentunya aku juga harus menyiapkan juga untuk semua teman-temannya yang banyak. Kuabaikan perasaan sentimentilku karena aku tahu anakku sedih bila melihatku menangis.
Saat bersama mereka, bermain, bercanda dan setiap kali kutinggalkan mereka, tak pernah aku mengatakan selamat tinggal dan aku hanya berkata, "Nanti ibu ke sini lagi ya" dan kupeluk mereka satu persatu.
Semalam aku kembali pulang setelah hujan usai, meski aku masih ingin berlama-lama dengan anak-anakku karena mereka selalu merengek aku menginap tapi mantan suamiku sudah menelpon putriku dan berkata, "Sak enak'e dewe ae" (yang mungkin artinya seenaknya sendiri).
Kata-kata menyakitkan ini selalu jadi serangan agar aku segera meninggalkan anak-anakku dan dia sangat tahu kalau aku selalu berusaha untuk tidak membuat orang lain merasa terganggu olehku. Pria yang pernah menjadi suamiku itu dan ayah dari anak-anakku sebenarnya adalah orang terpilih, di dalam dirinya terdapat reinkarnasi dari Asmoroqondi atau orang lebih mengenal sebagai Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim. Dulu dirinya sempat menjadi raga terpilih bila aku ingin memanggil jiwa reinkarnasinya.
Tapi karena dia sangat jahat padaku dan sering membuatku bingung, akupun tak ingin menjadikan dirinya sebagai raga terpilih, meski akhirnya diapun menolak jiwa reinkarnasinya karena perceraiannya denganku, diapun berusaha meyakinkan putriku yang menjadi saksi saat aku memanggil jiwa reinkarnasinya dengan menyatakan, "Gaib itu gak ada nduk, ibumu itu sudah sesat"
Aku dengan tenang mengatakan pada putriku, "Suruh ayahmu membaca Surat Al Baqarah ayat 2, bahwa untuk mengimani Tuhannya haruslah mengimani gaibnya".
Aku hanya meminta kepada pria yang pernah menjadi suamiku itu untuk mendengarkan hatinya dan menjauhkan dirinya dan kesombongan dan keangkuhan. Rupanya permintaanku ini ditolaknya karena dia tak suka aku mengetahui keburukannya.Akupun tak mau memaksa karena tugasku hanya menunjukkan saja dan semua karena Tuhanku. Terus menerus dia mendera jiwaku dengan penggalan-penggalan ayat untuk membenarkan perbuatannya, seolah dialah yang menjadi Tuhan dan pemberi rejekiku, seolah dialah yang menanggung segala kekeliruanku (dosa-dosaku) pada Tuhanku.
Aku jawab, "Tidak sama sekali, saat aku mati maka aku sudah bercerai (cerai mati) itu berarti aku yang mempertanggung jawabkan semua perbuatanku pada Tuhanku dan bukan dia, dan rejeki itu sudah diberikan Tuhanku sejak ruhku ditiupkan di rahim ibuku, dan pria itu hanyalah menjadi perantara atas rejekiku dan dia bukan Tuhanku".
Dia tahu aku seorang yang lugu dan polos, dia tahu aku selalu jujur dan kalaulah aku berbohong diapun tahu aku melakukannya hanya untuk melindungi orang lain.
Berapa waktu lalu kupanggil jiwa reinkarnasinya Asmoroqondi dalam raga terpilih sahabatku karena aku ingin tahu mengapa dia selalu mempersulit aku untuk bertemu dengan anak-anakku, dulu alasannya aku tidak boleh ke sana karena nanti calonnya akan lari kalau tahu aku sering menemui anak-anakku hingga aku mengalah menunggu dia menikah dulu, sekarang dia sudah menikah kok masih tetap saja tidak diperbolehkan (yang alasan etika-lah, norma-lah, agama-lah dll) dan Asmoroqondi menjelaskan, "Dia (mantan suamiku), merasa kecewa dan tidak bahagia dengan pernikahannya, istrinya ternyata tidak se-kaya yang dikiranya dan perempuan itu selalu melarang suaminya ini-itu. Perempuan itu ingin mengambil anak-anaknya sendiri yang sekarang dirawat saudara-saudaranya dan itu berarti akan menjadi tanggungan mantan suamimu. Saat ini perempuan itu hamil lagi setelah keguguran. Mereka menikah karena perempuan itu hamil tapi terus keguguran dan sekarang hamil lagi, aku juga tidak tahu dulu sebelum menikah perempuan itu hamil oleh siapa, mengingat dia sudah cukup lama menjanda. Bisa kamu bayangkan beban yang harus ditanggungnya. Istrinya tak pernah mengunjungi anak-anakmu, dia hanya mendatangi saudara-saudara mantanmu yang perempuan dan anak-anakmu menganggap perempuan itu hanyalah teman ayahnya. Mantan suamimu itu takut kamu akan menertawakannya karena kebodohan yang dilakukannya dan ternyata dia tidak bahagia"
"Dia sering menanyakanmu pada anak perempuanmu. Aku sendiri diabaikannya, aku hanya bisa menemaninya saja, aku berharap masih ada waktu bagiku untuk bisa menebuskan kesalahanku melalui dia yang kesalahannya juga kesalahanku, kalau dia sudah sadar nanti, semoga saja Tuhan memberikan kesempatan itu sebelum waktu berakhir" terangnya sambil tersenyum getir dan akupun mengerti.
Ternyata..... Ah sudahlah... aku berharap mantan suamiku bahagia karena kalau dia bahagia, pasti dia dan istrinya akan menerimaku dan anak-anakku secara adil dan bijak. Dan dia juga tak perlu repot-repot mengataiku seolah aku ini orang yang tak punya etika, moral dan agama. Tuhanku, hanya Engkau yang Maha Benar dan Maha Suci dan kami hanyalah hambaMu yang penuh salah dan keliru. Berilah kemudahan bagi hamba untuk menuju jalanMU. Kupasrahkan keadilan itu hanya kepadaMU Tuhanku, adil bagiku, adil bagi anak-anakku dan adil baginya.
Maha Suci Engkau Allahku,
Salamdamai
![](https://img.wattpad.com/cover/63210233-288-k618116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2011 (September-Desember) Jilid 5
Non-FictionPetunjuk Kebenaran Tuhan adalah kisah perjalanan gaib maupun nyata seorang utusan di masa ini untuk menyampaikan Kebenaran Tuhan kepada seluruh umat manusia di seluruh dunia