FROM THE INVISIBLE WORLD (IN REALITY)

19 1 0
                                    

Perjalananku kali ini aku jalani dalam kehidupan nyataku, semua terkesan begitu natural, membawa perasaan dan begitu banyak kejadian yang harus aku jalani. Tepat 30 hari tugasku pun diakhiri, selain aku sudah terlalu kelelahan, aku menjadi tidak punya waktu untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas utamaku.

30 hari yang lalu, aku ditawari kerja oleh seorang sahabat. Aku mengiyakan dan kudatangi tempat yang dimaksud sahabatku, meski sempat terpikir, kenapa aku harus memasuki tempat hiburan yang di sana seringkali banyak orang-orang mabuk, para pria yang menyewa purel untuk menemani mereka bernyanyi dan minum-minuman keras, ya sebuah tempat karaoke. Aku hanya memperkenalkan diri pada managernya dan meninggalkan tempat itu cepat-cepat.

Kutanya pada Hidir sahabat gaibku, "Ngapain aku kerja di tempat seperti itu, semua orang di sana hanyalah orang-orang bermasalah yang mencari hiburan, lagian aku juga gak bisa nyanyi. Apalagi aku nantinya jadi manager operasional merangkap jadi kasir, la wong aku gak pernah menghitung berapa uang yang aku punya dan aku sangat gak suka dengan angka, bisa kamu bayangkan berhitung adalah pekerjaan paling membosankan. Lebih baik aku jadi konselor, penulis atau psikolog deh".

Hidir menjawab, "Tuhan sudah menunjukmu untuk melakukan pekerjaan itu atas kehendakNYA dan pastinya di sana ada kekeliruan yang dilakukan oleh orang-orang di tempat itu, yang mengingkari Tuhan atau bahkan sama sekali tidak mengenal Tuhannya dan tugasmu adalah mendatangi tempat yang dianggap tempat buruk atau maksiat itu untuk mengajak mereka mengenal Tuhan".

Aku berpikir, "Gimana caranya, bisa dipukuli orang aku kalau gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba aku bicara tentang Tuhan pada mereka yang lagi mabuk".

Hidir mengerti, "Kerjakan dan jalani saja, tugasmu hanya melakukan dan bukan menilai mana yang baik dan mana yang salah".

Akhirnya kumulai pengabdianku pada Tuhan di sebuah tempat yang masih dalam pengerjaan akhir dan tak akan lama lagi akan menjadi sebuah tempat karaoke yang merupakan cabang dari tempat karaoke di mana aku melamar sebelumnya.

Seminggu pertama, aku hanya berteman dengan para tukang, mulai dari tukang batu, tukang cat, tukang besi, dan teknisi. Setiap hari pria yang menjadi "bos" manager area tempat karaoke itu menyempatkan diri untuk datang dengan berbicara keras dan kasar kepada semua tukang-tukang di sana. Bahasa Misuh menjadi bahasa yang dipergunakan oleh semua orang di sana meski mereka masih muda hanya karena bosnya biasa bicara seperti itu. Dapat dibayangkan bahasa misuh (bahasa kotor) itu hanya membuat nyaman bagi yang melontarkannya tapi yang menerima menjadi marah tapi tak bisa membalas balik karena takut nanti dipecat bosnya.

Perlahan-lahan aku memberikan contoh kepada mereka untuk berbicara sopan dan santun kepada siapapun dan aku berkata perkataan kasar hanya akan membuat orang menjadi sombong dan lupa bahwa dirinya sebenarnya membiarkan dirinya sendiri dicela. Kalau tidak ingin dicela ya jangan mencela. Kalau tahu orang memberi contoh yang jelek ya jangan ditiru.

Setiap hari aku hanya bercerita tentang pengalaman hidupku, bagaimana aku mengenal Tuhan, bagaimana seharusnya manusia dengan Tuhannya apapun agama yang diyakini. Hanya dalam waktu 2 minggu, aku mampu menciptakan suasana kekeluargaan di tempat itu dan saling menghormati. Meski kedudukanku secara struktural sebagai manager tapi aku mendudukkan diriku sama dengan mereka, yang berbeda hanyalah fungsi perannya saja.

Ternyata Pria yang menjadi BOS itulah yang dimaksudkan oleh gaib, pria arogan yang suka makan berlebihan dan berbicara kotor dan kasar inilah yang menjadikan seluruh tempat karaoke yang ditanganinya menjadi tempat terburuk.

Akupun menyelidiki pria ini, seorang pria yang mengaku menduda karena ditinggal mati istrinya, tapi dilain cerita dia menikahi banyak perempuan di berbagai kota, di mana cabang tempat karaoke itu berada. Perlakuan kasar dan keras juga dilakukannya kepadaku meski sudah aku tanyakan berkali-kali, kenapa dia membentakku dan apa salahku? Tak cukup dengan hanya membentak dia mulai memukul kepalaku.

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2011 (September-Desember) Jilid 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang