PINOCIA 6

69 7 1
                                    

Tania in mulmed.

-oOo-

Dress biru navy polos melekat di tubuh rampingnya, moodnya kembali membaik mengingat malam ini ia akan menghadiri party Gilang. Tak henti-hentinya ia mematut dirinya sendiri di depan kaca kamarnya, wajahnya telah dipoles dengan make up tipis yang membuat wajahnya semakin cantik.

Setelah merasa siap, ia meraih tas sling bag dan ponselnya lalu keluar dari kamarnya. Ketika melewati ruang keluarga, ia melihat Tania dan tante Intan yang sedang menonton televise.

"Tan, Cia pergi dulu." pamitnya, tante Intan dan Tania menoleh ke arah Cia. "Hati-hati di jalan." ujar Intan, Cia mengangguk dengan senyum tipis.

"Kak Pino, Tania ikut ya." melas Tania.

Cia menautkan sebelah alisnya, kemudian berbalik dan melihat Pino yang mengenakan jas hitamnya. Seketika oksigen di sekitarnya terasa menipis, jantungnya berdetak lebih kencang seakan ingin melompat dari tempatnya.

"Siap-siap sana kalo mau ikut." ucap Pino sembari memasang arlojinya.

Tania melompat senang, ia buru-buru pergi untuk mengganti pakaiannya. Cia melongo tak percaya, Pino mau mengajak Tania? hancur sudah moodnya.

Pino diam-diam melirik ke arah Cia yang membelakangi dirinya, sepertinya gadis itu terlihat kesal. Hal itu dapat dibuktikan, dengan jelas saat gadis itu menghentak-hentakkan kakinya saat berjalan keluar.

-oOo-

"Lo bete aja dari tadi pagi, ntar tua nggak ada yang mau loh sama lo." cibir Jessy

Cia mencebikkan bibirnya kesal, lalu melempar bantal milik Gilang ke arah Jessy yang tengah merapikan lipstic di bibirnya. Mereka berdua kini berada di kamar Gilang, sembari menunggu acara yang akan dimulai 15 menit lagi. Jangan heran, mereka sudah terbiasa main ke rumah Gilang.

"Anjir lu, cemot nah jadinya." Jessy meraih tissue lalu membersihkan lipstick-nya yang keluar dari jalur seharusnya.

"Lo kenapa kunyu?" tanya Gilang lembut. "Ih jijik tau nggak lang dengernya!" kata Cia dengan tampang jijik ketika mendengar suara Gilang yang sok dibuat lembut.

"Haha, udah lang ntar Cia baper." Jessy nimbrung membuat Cia tambah kesal.

"Lo berdua rese banget." gumam Cia lalu melangkah menuju balkon kamar Gilang yang mengarah langsung ke taman berlangsungnya acara.

Pandangannya terus saja mengamati orang-orang yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, dari lantai dua ia bisa melihat pria menggunakan jas hitam yang terlihat pas untuknya. Wajah yang tampan, menambah nilai plus bagi pria itu. Siapa lagi kalau bukan Pino, kakaknya.

Cia kembali memasuki kamar Gilang, dan melihat kedua sahabatnya sibuk dengan penampilan mereka masing-masing. Dengan langkah super malas, Cia keluar dari kamar Gilang menuju dimana acara berlangsung.

Tamu undangan terus berdatangan, kebanyakan siswa-siswi dari GHS. Matanya menjelajah keramaian, tidak ada yang dapat di ajak berbicara di sini. Cia mendekati meja yang sudah terletak minuman, ia meraih segelas sirup lalu meneguknya pelan-pelan.

Sementara itu, Pino yang tak jauh dari Cia tengah asik berbincang dengan sahabat-sahabatnya tak lupa juga dengan Tania yang selalu mengekorinya.

"Kak Pino, Tania mau ambil minum dulu, kakak mau nggak?" tanya Tania yang sedari tadi diam membisu, Pino mengangguk pelan.

Tania berjalan mendekati Cia, yang membelakanginya. Senyum sinisnya sudah terpampang di wajah cantiknya, ketika berdiri tepat di belakang Cia, Tania langsung berdehem keras.

Cia yang mendengar suara dari belakangnya, sontak memutar tubuhnya untuk melihat siapa orang tersebut. Dan sial, seseorang yang ia tidak suka berada di dekatnya sekarang.

"Apa?" tanya Cia jutek, "Sendirian aja, nggak punya temen ya? oh yaiyalah lo nggak punya temen, gaya lo aja masih kalah sama gue." cibir Tania.

Cia mengeryit, "Masalah buat lo?" ucapnya ketus. "Aneh banget ya lo bisa diundang di party bergengsi ini." cibir Tania lagi yang membuat Cia ingin menonjoknya segera.

Tanpa membalas perkataan Tania, Cia melenggang pergi meninggalkan Tania yang menatapnya sinis. Cia tak perlu berdebat panjang dengan nenek tangled versinya itu, jika ia meladeni percuma saja Tania tetap saja tidak mau kalah.

-oOo-

Semua tamu berkumpul mengelilingi Gilang dan kedua orang tuanya yang berdiri di belakang meja kecil yang terdapat kue ulang tahun yaag besar di atasnya. Cia dan Jessy berada di paling depan, begitu pula ketua osis Pino dan rekannya.

Acara pertama dibuka dengan berdoa, dilanjut membuat harapan lalu meniup lilin dan memotong kue. Cia berusaha menghilangkan rasa kesalnya dengan Tania demi Gilang yang saat ini berulang tahun.

"Potongan kue pertama buat papa dan mama." ucap Gilang menyerahkan potogan kue yang berada di atas piring kecil, semua orang bersorak.

"Dan yang kedua.." ucap Gilang menggantung membuat tamu undangan bersorak lagi dengan penasaran, banyak yang mengira potongan kedua buat orang yang special di hatinya atau bisa dibilang pacar.

Namun, semua pemikiran itu melayang kelain ketika Gilang berjalan maju.

"Buat sahabat aku, Cia dan Jessy." lanjutnya membuat orang-orang bersorak lagi dengan kagum.

Gilang tidak memiliki pacar, ia hanya memiliki kedua sahabatnya yang paling ia sayangi setelah kedua orang tuanya, siapa lagi kalau bukan Cia dan Jessy. Cia dan Jessy tersenyum haru, lalu menerima suapan kue dari Gilang.

Tania melongo tak percaya, Cia yang melirik sekilas Tania langsung menyunggingkan senyum miringnya. Tania yang melihat itu menggerutu kesal.

"Selamat ulang tahun Gilang, semoga nambah cakep, pintar, baik, dan sukses." ucap Cia memeluk Gilang, Jessy yang melihat itu langsung ikut memeluk kedua sahabatnya itu.

Sungguh persahabatan yang indah di mata para tamu undangan. Pino melihat Cia berpelukan dengan sahabatnya merasa aneh, bayangkan saja sejak mereka masih kecil tidak ada adegan peluk memeluk sampai sekarang. Lagi pula, Pino tak begitu peduli dengan Cia. Pino hanya merasakan benci jika berada di dekat Cia.

"Okay guys, saatnya berpesta!" seru Gilang di susul suara dentuman musik yang membuat semua orang meliuk-liukan badannya.

Cia terkekeh ketika kedua sahabatnya itu menarik lengannya untuk menari di dekat kolam renang. Tawa mereka tak tertahan ketika Jessy menunjukkan breakdances nya.

Tak bertahan lama kesenangan mereka ketika Tania mendekati Cia dan menyenggolnya ke arah kolam renang. Namun naas, Tania lah yang malah tercebur ke kolam renang ketika Cia berhasil menghindar.

Seketika semua menjadi hening, pengatur musik yang berada di dekat kolam renang ikut mematikan musiknya. Semua pandangan menatap ke dalam kolam renang, melihat Tania yang tercebur.

Akal licik Tania memenuhi otaknya, ia langsung berteriak minta pertolongan. Sebenarnya ia bisa berenang, namun hal ini bisa ia jadikan rencana kedua setelah rencana pertamanya gagal.

Pino yang melihat itu langsung menceburkan diri ke dalam kolam renang untuk menyelamatkan Tania. Cia yang melihat itu seakan tengah menonton sinetron secara langsung, ia membeku melihat Tania yang seakan-akan telah lemas.

Pino berhasil menggapai Tania, ia langsung membawa ke pinggir kolam. Setelah membawa Tania ke pinggir kolam, ia menatap tajam ke arah Cia yang masih membeku.

"CIA!"

-oOo-

Kasian ya Cia nya. Dont forget for Votemen ya.

@zersall

PINOCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang