Cia in mulmed.-oOo-
"CIA!" bentak Pino dengan raut wajah yang mengerikan, hingga membuat Cia menjadi ketakutan.
Dengan pakaian yang sudah basah kuyup, Pino melangkah mendekati Cia. Cia yang melihat Pino mendekatinya, memasang tampang ketakutan dengan telapak tangannya yang mulai berkeringat.
Pino menatap tajam Cia dari jarak yang sangat dekat, membuat mata bulat Cia tambah melebar. "Kalo lo nggak suka sama Tania, jangan sampai bahayain nyawanya. Lo tau, lo itu gadis yang paling munafik yang pernah gue lihat seumur hidup." Ucap Pino dengan penekanan di setiap katanya.
Cia bergetar hebat, ia ingin bersuara namun lidahnya terasa kaku untuk digerakkan. Semua mata memandang ke arah Cia, menganggap bahwa gadis itulah yang bersalah atas kejadian ini.
Pino memundurkan kepalanya, kemudian mengangkat tubuh Tania pergi. Cia masih terdiam, otaknya masih terasa berat untuk merespon perkataan Pino.
"Cia?" panggil Jessy pelan memegang bahu Cia.
Cia hanya diam dengan mata yang mulai berair, mengapa ia terlihat salah, bukannya ia tidak melakukan apapun? apa dunia mulai tidak berpihak kepada dirinya?
Gilang segera mencairkan suasana, menyuruh agar semua orang agar kembali berpesta. Musik pun kembali berdentum kencang, suasana kembali cair walaupun masih terasa agak canggung .
"Jessy.." lirih Cia langsung memeluk erat Jessica, air matanya mengalir deras.
"Jess bawa Cia ke kamar, biar tenang dulu." ucap Gilang, Jessy mengangguk.
"Ayo masuk." ucap Jessy sembari mengiring Cia ke kamar Gilang.
Sesampainya di kamar Gilang, Jessy mendudukan Cia ke ranjang besar Gilang. Begitu pula Gilang yang duduk di depan mereka, di sofa kecilnya.
"Jess, lang lo berdua liat kan tadi kalo gue nggak salah." lirih Cia dengan air mata yang tak dapat dibendung lagi, kepalanya sudah bersender di bahu Jessica.
"Iya, tadi kita berdua liat kok siapa yang salah. Kenapa sih cewek tadi mau ngedorong lo?" heran Jessica, Gilang nengangguk.
"Mungkin kalian harus tau, cewek tadi itu namanya Tania. Tania itu anak temen mama, sekarang tante Intan sama Tania tinggal bareng di rumah gue." sebelum melanjutkan ucapannya, Jessy memberikan tissue untuk mengelap air matanya.
"Dan sesuatu yang paling penting yang harus kalian tahu adalah Pino itu kakak gue." lanjutnya
Jessy dan Gilang membulatkan matanya terkejut, mengapa mereka tidak pernah menyangka bahwa Cia adalah adik Pino.
"Pino nggak pernah suka sama gue, adiknya sendiri. Pino lebih peduli sama Tania, padahal Tania itu sejak kecil udah jahat banget sama gue." kata Cia dengan tangisan yang mulai mereda.
"Tapi sekarang, gue bukan lagi Cia yang lemah."
Cia berdiri dengan tatapan datarnya. Gilang dan Jessy hanya bungkam melihat Cia. Cia tersadar lalu segera mengalihkan topik.
"Gue balik dulu, maaf ya lang." pamit Cia, kemudian melenggang pergi.
Sesampainya di dalam mobil, Cia menghela nafas kasar lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
-oOo-
PLAK
Tamparan mulus mendarat di wajah Cia yang baru saja menginjakkan kaki di rumahnya, ia memegang pipinya dengan tatapan tak percaya. Intan menamparnya, atas segala yang terjadi di rumah Gilang.
"Kau!"
Intan mengeram marah, jari telunjuknya mengarah ke Cia.
"Beraninya kau mencelakai Tania, apa kau ingin membalas dendam dengan membunuhnya?!" bentak Intan menatap penuh amarah ke arah Cia, Cia membalas tatapan itu dengan tajam.
"Ingat satu hal! Gue bukan orang yang sejahat Tania dan gua nggak bakalan lupain tamparan ini " ucap Cia dengan penekanan di setiap perkataannya.
Cia melangkah lebar meninggalkan Intan yang masih dengan amarahnya.
Ketika melewati kamar Pino, ia melihat Tania yang terbaring di atas ranjang Pino dengan Pino yang terduduk di sofa dekat ranjang. Cia menendang pintu kamar Pio dengan keras hingga terbanting ke belakang menabrak dinding dan membuat sang empu kamar terkaget.
-oOo-
Cia bangun awal pagi ini, ia melangkah seribu kali lebih cepat dari biasanya ketika melihat Tania yang rapi dengan seragam yang mirip dengannya. Apa gadis itu akan satu sekolah dengannya? hancurlah hidupmu Cia.
Saat ia melewati Intan yang tengah menatap tajam ke arahnya, ia hanya pura-pura tidak melihat siapa pun.
Setelah itu, Cia buru-buru pergi ke halaman depan rumah lalu menaiki mobilnya.
-oOo-
Cia termenung di dalam kelasnya, masih ada 20 menit lagi bel masuk berbunyi. Cia memanfaatkan waktu ini untuk mengosongkan pikirannya. Tiba-tiba saja Jessy yang duduk bersebelahan dengannya melempar gulungan kertas ke arahnya, dan langsung mengenai tepat di pelipisnya.
Cia menoleh dengan tatapan bertanya, "Gue belum ngerjain pr matematika gara-gara acaranya Gilang tadi malam." ucap Jessy, Cia mengeryit.
"Terus?" tanya Cia heran, Jessy mengerucutkan bibirnya kesal.
"Ih gimana sih lo, nggak ngerti apa itu kode." gerutu Jessy, Cia terkekeh pelan.
"Ya lo kan tau kalo gue itu nggak peka." ucap Cia lalu menyerahkan bukunya yang sedari tadi dijadikannya kipas.
"Nah gitu kek." ujar Jessy lalu meraih buku Cia.
Suasana kembali hening, hanya mereka yang berada di kelas datang lebih awal. Jika tidak karena Cia menyuruhnya turun cepat, Jessy pasti saat ini masih memeluk gulingnya.
"Jess.." panggil Cia, Jessy berdehem.
"Tania, dia satu sekolah sama kita hari ini." Cia meringis ketika mendengar Jessy yang berlebihan merespon ucapannya.
"What? cewek palsu tadi malam mau sekolah di sini? oh my my." seru Jessy.
"Lo lebay tau nggak." gerutu Cia.
"Biarin, wle." ujar Jessy dengan lidah yang menjulur di akhir kata.
Jessy kembali melanjutkan perkerjaannya menyalin buku Cia, sedangkan Cia menelungkupkan wajahnya di meja.
Beberapa menit kemudian, bel berbunyi di seluruh penjuru sekolah menandakan semua siswa-siswi harus memulai kegiatan pembelajaran mereka.
Sementara di kelas Cia terjadi acara gosip menggosip tentang sesuatu, yang membuat Cia penasaran hingga bertanya kepada siswa yang selalu bergosip.
"Ada apa sih? kok rame banget." tanya Cia heran kepada seorang gadis dengan wajah yang di dandan menor, ini terpaksa okay.
"Tadi bu Elle bilang ada anak baru yang masuk di kelas kita, cewe sih katanya." jawab Leoni, gadis tersebut.
Cia hanya mangut-mangut lalu pergi kembali ke tempat duduknya dengan otak yang masih berpikir. Anak baru? cewek? apa Tania? Cia terkejut.
"Ya tuhan, semoga saja bukan si nenek tangled." doanya dalam hati.
Seorang guru dengan postur tubuh yang bisa di bilang gemuk memasuki kelas di susul seorang perempuan, Tania menutup matanya takut melihat jika itu Tania.
"Selamat pagi anak-anak, kita kedatangan siswa baru. Ayo perkenalkan dirimu." ujar Bu Elle, gadis tersebut mengangguk dengan senyum lebarnya.
"Hai, perkenalkan nama gue Tania Stefani. Kalian bisa panggil gue Tania, semoga kalian senang berteman dengan si cantik Tania." ujar gadis tersebut yang menimbulkan suara sorakkan yang heboh, si cantik Tania?
Ya Tuhan, doa Cia tak terkabulkan.
-oOo-
You guys, Votement nya jangan lupa ya.
@zersall_ Instagram
KAMU SEDANG MEMBACA
PINOCIA
Teen FictionIni bukan kisah tentang pinocchio, tapi ini kisah tentang Pino dan Cia yang merupakan saudara tiri. Namun, setiap langkah kehidupan mereka selalu saja tak ada yang namanya kasih sayang. Pino benci Cia, Cia menyukai Pino. Namun, hingga akhirnya Cia t...