PINOCIA 2

143 7 5
                                    

Jessica in mulmed.

-oOo-

Lima hari berlalu, masa orientasi Cia telah selesai. Sekarang adalah hari minggu, Cia tengah membantu mamanya membuat sarapan di dapur. Ayahnya sedang sibuk dengan koran paginya di teras depan, dan Pino sibuk dengan ranjangnya.

"Cia," panggil Melina, mamanya.

"Ya ma?" jawab Cia

"Bangunin Pino gih, biar mama aja yang rapiin meja makannya." ujar Melina

"Oke ma."

Cia berlari kecil menaiki tangga ke lantai dua, kemudian mengetuk pintu kamar Pino.

"Kak Pino, bangun, sarapannya tuh ntar dingin." panggil Cia dari luar, namun nihil tak ada jawaban.

"Kak Pino!" panggilnya lagi, masih tetap tak ada jawaban.

Dengan sedikit kesal, Cia mendobrak pintu kamar Pino yang ternyata tidak dikunci. Mata gelapnya menyapu segala penjuru ruangan gelap itu, dengan meraba-raba di dinding Cia mencari saklar lampu.

Dapat, Cia segera memindahkan saklar lampu tersebut dari off menjadi on.

"Ya Tuhan!" serunya terkejut ketika mendapati segala benda berserakkan di lantai, dan mendapatkan si empu kamar yang tengah terlelap dengan pulas.

Cia berjalan dengan melopat-lompat untuk melewati segala barang yang berserakkan, takut jika ia akan terpeleset jika menginjak salah satu diantara barang-barang tersebut.

Ketika sampai di tempat tujuanya, Cia segera membuka gorden kamar sehingga membuat cahaya matahari langsung memasuki kamar yang berantakan itu. Pino yang terlelap pulas, merasa terusik dengan cahaya yang menusuk matanya yang tertutup. Cia menatap Pino dari depan jendela, ia baru sadar bahwa kakaknya itu begitu sempurna. Oh Cia, kemana saja kau selama 10 tahun ini? Ya Tuhan.

Pino bergerak sedikit, lalu matanya perlahan terbuka. Untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil matanya, Pino mengerjapkan matanya berulang kali. Pino tersadar jika Cia berada tak jauh darinya, tengah menatapnya.

"Lo bisa nggak, nggak ganggu gue sehari aja? gue muak liat muka lo terus." gerutu Pino kesal, lalu beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Cia terdiam sejenak, memikirkan perkataan Pino barusan. Memangnya dirinya sebegitu menyebalkankah di mata Pino, mengapa Pino begitu tidak menyukai dirinya.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, memunculkan Pino yang tidak mengenakan baju hingga memperlihatkan perut sixpack-nya itu. Cia yang melihat itu langsung menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya, tak lupa jeritan kecil yang meluncur dari mulutnya itu.

"Lo mau ngapain lagi diam di sini, pergi sana." ujar Pino kesal, wajahnya sudah menekuk kesal.

Cia merengut, "Iya iya gue pergi. Mama suruh turun, sarapannya udah siap."

Cia kembali melompati barang yang berserakan tersebut, lalu berjalan dengan santai ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Pino.

Sesampainya di dalam kamar, Cia meraih iPhone-nya yang berbunyi. Layar ponselnya menampilkan nama Gilang , salah satu sahabatnya saat di SMP. Cia mengeryit sebelum menggeser layar ponselnya, untuk mengangkat panggilan tersebut.

Cia: Hallo?

Gilang: Hallo kunyu, pa kabar lo? kangen banget gue sama lo.

Cia: Cie yang kangen, gue baik kok. Kalo lo?

Cia melangkah mendekati tempat tidurnya, lalu merebahkan tubuhnya.

Gilang: Me too

Cia: Lang lo kapan balik?

PINOCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang