PINOCIA 3

96 7 3
                                    


Sudah 1 jam lebih Cia dan Jessica mengelilingi mall, Cia mulai merasakan jika kakinya akan segera remuk. Jessy? ia tidak merasakan lelah atau semacamnya. Cia menggerutu kesal mengikuti Jessy yang terlalu fanatik dengan brand baru, tanpa berpikir panjang untuk membelinya. Hingga sling bag keluaran terbaru ia beli dengan harga puluhan juta, tanpa memikirkan berapa uang yang telah ia keluarkan.

"Cia makan yuk, gue laper sama capek juga nih."

Jessy memutar tubuhnya untuk melihat Cia yang sudah berjalan terseok-seok, untung saja Cia menggunakan sepatu.

"Gue baru tau kalo lo tau capek juga." sindir Cia

"Ye.. gue juga kan manusia, kayak lo." kata Jessica kesal

Cia dan Jessy melangkah memasuki sebuah restaurant, setelah mengambil tempat duduk mereka memesan makanan dan minuman.

Selama menunggu pesanan mereka datang, Cia dan Jessy hanya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Tak lama Cia membuka suaranya.

"Jess, lo udah ditelpon sama Gilang?" tanya Cia, ponselnya sudah ia letakkan di meja.

"Belom, emang Gilang kenapa?"

Jessica mengalihkan pandangannya dari ponselnya, melihat Cia dengan tatapan bertanya.

"Gilang besok masuk sekolah, satu kelas lagi sama kita." jawab Cia

"Wih, bareng lagi dong kita." ucap Jessy dengan senyuman yang mengembang, Cia tersenyum sembari menganggukkan kepalannya pelan.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang. Jessy hanya memesan macaroni dan juice apple, sedangkan Cia tidak perlu ditanya ia pasti akan memesan makanan yang menambah berat badannya.

"Cia?"

"Napa?"

"Coba deh lo liat ke sebelah kita, itu bukannya ketua osis kita bukan? yang namanya.." bisik Jessy terhenti, ia berusaha mengingat nama pria tersebut.

"Pino." ucap Cia pelan tanpa ingin menoleh ke sebelah meja mereka.

"Ya itu, tapi doi sama siapa tuh? pacar kali ya?" bisik Jessy

Kali ini Cia tertarik untuk melihat meja di sebelahnya. Cia mendapati Pino dan seorang perempuan yang sebelumnya tak pernah ia lihat.

Cia hanya mengangkat bahunya tidak tahu, Jessy hanya membalas dengan raut wajah sedikit kecewa.

-oOo-

KRING KRING KRING

Alarm terus berbunyi mengusik ketentraman sang pemilik, dengan kesal sang pemilik meraba-raba meja nakas yang berada di sebelah ranjangnya.

Dapat, setelah mendapatkan alarm yang berbunyi tersebut Cia langsung menekan tombol mati. Dengan mata yang mengerjap-ngerjap, Cia memfokuskan pupil matanya ke arah jarum jam yang menunjukkan angka 6.30.

Sangking terkejutnya, Cia langsung melopat dari ranjangnya. Dengan secepat kilat, ia berlari memasuki kamar mandi.

Setelah rapi dengan seragamnya, Cia bergegas keluar dari kamar. Ketika melewati kamar Pino, Cia melambatkan langkahnya untuk melihat apakah Pino masih berada di kamarnya. Namun nihil, tidak ada tanda-tanda seseorang di dalam kamar tersebut.

Cia kembali melanjutkan langkah lebarnya menuruni tangga, lalu meraih roti sandwich di atas meja makan. Cia memakan sandwich-nya sambil berjalan, hingga sebuah suara memberhentikan langkahnya.

"Cia, mama sama papa ada acara penting di luar kota hari ini sampai satu minggu mendatang. Kamu jaga diri ya, tadi Pino sudah turun pagi banget. Jadi kamu diantar sama mang Ucup aja ya, jangan marah ya." Ujar Melina hampir tak ada jeda untuk mengambil nafas, Cia hanya mengangguk lalu menciun punggung tangan Melina.

Setelah itu ia melenggang pergi keluar rumah, dan melihat mang Ucup yang tengah mengelap kaca mobil.

"Ayo mang, udah telat ni." ujar Cia seraya masuk ke dalam mobil, lalu diikuti mang Ucup.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Cia langsung melompat turun dari mobil tanpa babibu lagi dengan mang Ucup.

TET TET TET

Hampir saja ia terlambat, jika itu terjadi mau di taruh di mana mukanya nanti di depan guru bk.

Cia tidak bisa berjalan santai mengingat kelasnya berada di lantai 3, dan semua siswa sudah mulai berkumpul di lapangan untuk melakukan upacara hari senin.

-oOo-

Upacara telah selesai, kini semua siswa berada pada kelasnya masing-masing. Begitu juga dengan kelas Cia yang telah kedatangan seorang guru wanita dengan kacamata lebarnya dan juga tampang yang menyeramkan.

"Baiklah anak-anak sekalian, perkenalkan nama saya Berty Darniata. Panggil saja Ibu Berty, saya mengajar pelajaran fisika." guru yang bernama bu Berty tersebut memperkenalkan diri.

"Ibu akan menyebutkan nama-nama yang menjadi pengurus kelas." lanjutnya dengan lantang yang membuat siapa saja tak berani menatap langsung ke matanya.

"Ketua kelas Muhammad Alif, wakil ketua Olivia Rani, sekretaris Ciara Tan, dan bendahara Jessica Putri. Ada yang ingin bertanya?" tanya Bu Berty dengan pandangan menyapu ke seluruh ruang kelas.

"Gak bu.." jawab satu kelas serentak.

"Okey bagus, sekarang sekretaris Ciara maju, tulis di papan tulis indikator ini." perintah Bu Berty, Cia langsung berdiri lalu meraih buku dan spidol yang diberikan.

Kondisi kelas menjadi hening, hanya ada suara gesekan spidol di papan tulis dan suara kertas yang dibalik.

TOK TOK TOK

Seketika seluruh perhatian siswa beralih ke arah pintu kelas yang terdapat satu perempuan dan satu laki-laki. Cia menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh melihat siapa yang datang. Matanya terpaku seketika melihat pria dengan jaket osis yang terlihat keren jika digunakan.

"Pino?" batinnya

Pino yang melihat Cia menatap dirinya dari depan papan tulis, turut terdiam sejenak menatap Cia dari jauh. Seketika ia sadar, untuk apa ia datang ke sini.

"Permisi bu, kami ingin menyita waktunya sebentar." ucap Pino ramah, Bu Berty mengangguk sembari tersenyum tipis.

Pino bersama perempuan yang bernama tag 'Laura Cintya' itu melangkah menuju depan papan tulis membuat Cia terpaksa menggeser tempatnya berdiri.

Suara bisikkan dan desas-desus memenuhi kelas, dengan cepat Pino bersuara hingga menghentikan suara-suara tersebut.

"Maaf kami pinjam waktunya sebentar. Kami dari perwakilan osis ingin meminta sumbangan untuk membangun taman di belakang gedung sekolah yamg tidak terpakai, diharapkan partisipasinya untuk membantu." ujar Pino dengan lantang, lalu perempuan bernama Laura itu memutari kelas dengan membawa kardus untuk mengambil sumbangan siswa-siswi tersebut.

Tak lama suara bedebuk terdengar, hingga membuat kelas menjadi hening seketika.

Tak lama suara gelak tawa tak tertahankan meluncur dari mulut seluruh siswa di dalam kelas, kecuali Pino dan Cia yang diam menatap kaget.

Setelah tawa seluruh siswa mereda, tawa keras meluncur dari mulut Cia yang menimbulkan tatapan heran yang dilemparkan ke arahnya.

-oOo-

Dont forget for Votement, right?

@zersall

PINOCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang