-oOo-CIA
Mungkin seperti banyak orang bilang, hari tersial itu memang ada dan gue percaya itu. Parahnya lagi gue alamin di hari ini, hari pertama gue balik ke sekolah. Kurang sial apalagi gue hari ini, udah tadi pagi ban bocor, naik angkot, Jessy pingsan yang musti gue yang angkat, badan bau sosis busuk, guru-guru pada bawel, tugas numpuk, kena hukuman lagi.
Ya Tuhan, cobaan yang begitu ringan untukmu dan tidak untukku. Well, itu udah berlalu dan jam 5 sore beginian gue lagi nonton tv sendiri dan ini adalah saat-saat paling langka. Semua orang sibuk di luar, dan gue sendiri di rumah. Surga dunia, tanpa Tania.
"Ayo masuk, kita ngerjainnya di depan tv aja sambil nyantai." ucap seseorang dari arah belakang sofa yang gue dudukin, dan hell yeah itu suara Pino.
"Iya masuk aja, anggap aja rumah sendiri."
Wait! itu suara Tania, sial again Cia! Tunggu, rumah sendiri? emang ini rumah lo? Tania Tania otak lu di taruh dimana.
Hey, itu pasti temen-temen Pino. Dengan cepat gue meraih topeng spiderman dan entah itu milik siapa gue nggak peduli, yang sekarang adalah pakai topeng dan keluar dari sini.
"No, itu siapa?" tanya salah satu teman pria Pino, Bagas. Pino mengeryit ketika melihat gue yang sudah berdiri dengan topeng spiderman yang akan melangkah keluar.
"Nggak itu anak pembantu, udah nggak usah dipeduliin." ujar Tania, sontak mata gue membulat sempurna.
"Oh.." Bagas ber oh ria lalu ikut duduk di sofa.
"Eh, buatin minuman, yang enak! awas lo kalo kemanisan." suruh Tania seenaknya.
AUTHOR
Cia kembali membulatkan matanya, dengan pasrah ia melangkah keluar dan menuju ke dapur untuk membuatkan minuman.
Selesainya Cia membuat juice melon, ia segera menuju ruang tv dengan nampan yang berisi 6 gelas juice. Dengan mata yang terputar marah, Cia sengaja menjatuhkan segelas juice di kepala Tania yang membuat suara cempreng Tania keluar.
"Heh anak pembantu, lo sengaja kan numpah juice ini ke gue." bentak Tania seraya berdiri dari duduknya, Cia menggedikkan bahu masa bodoh.
"Aduh non makanya jangan nyebelin, nyadar dikit kek jadi manusia." ucap Cia dengan nada mengejek, Tania mencebikkan bibirnya kesal lalu pergi dari hadapan semua orang. Cia yang melihat Tania terkekeh kecil, "Satu kosong, Tania." batin Cia dengan senyum miringnya.
"Eh berani banget lu gituin majikan lu, no kenapa nggak dipecat aja?" kesal Laura yang duduk di sebelah Tania sebelumnya, Pino menatap tajam ke arah Cia yang masih terdiam di tempat.
Cia tersadar lalu berjalan keluar dengan nampan di tanggannya, sebelum keluar Cia berbalik. "Pecat kalo bisa, Wlee." ucap Cia mengejek dengan lidah yang terjulur.
***
Sudah lima hari berlalu setelah insiden Cia menjadi pembantu, dan dimana saat Cia mulai memberi pelajaran kepada Tania nenek tangled versinya itu. Kini ia berada di dalam kelas dengan tangan yang terlipat di atas meja memandang lurus ke arah seorang wanita paruh baya yang tengah menjelaskan tentang atom, materi yang sungguh membuat Cia lebih semangat.
Cia berdehem kecil ketika sebuah pensil menusuk-nusuk bagian belakangnya tanpa sedikit pun niat untuk menoleh. "Cia ntar malam gue ama Gilang mau ke rumah lu, kenalan gitu sama orang tua lo." bisik Jessy dari belakang, Cia hanya membalas dengan anggukan kecil.
"Oiyah, ibu mau memberitahukan sesuatu. Untuk setiap kelas wajib 5 orang siswa untuk mencalonkan diri sebagai anggota osis. Yang akan dipilih hanya tiga orang, jadi ada yang mau?" ujar Bu Berty dengan lantang di depan kelas, sontak suasana yang tadinya sepi berubah menjadi berisik. Semua siswa mulai berdesas desus, bahkan berbisik-bisik.
Cia mengakat tangannya membut pandangan Bu Berty mengarah ke arah Cia, begitu pula yang lainnya. "Oke baru satu orang, ada lagi?" tanya Bu Berty dengan tangan yang terlipat di depan dada dengan kaki yang terus melangkah berputar-putar.
Tania yang duduk tak jauh dari Cia langsung turut mengangkat tangannya, tak mau kalah dengan Cia. "Saya bu," ujarnya lalu seluruh siswa bersorak mengolok ke arahnya.
"Suka-suka gue dong, emang lo siapa ngurus-ngurus gue." ucap Tania dengan nada sewot, membuat sorakan
semakin menjadi. "Udah-udah jangan ribut, sudah ada 5 siswa yang mendaftar. Ibu tutup dulu, selamat siang." seru Bu Berty dengan lantang, lalu melangkah keluar kelas.***
"Lo yakin nyet?" tanya Jessy menuntut Cia yang melangkah santai menuju ruang osis untuk menjalankan sesi pertanyaan.
"Ya gue yakin kok Jess, udah gue coba aja." jawab Cia yakin.
Langkah mereka terhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan dua pintu yang tertera tulisan 'RUANG OSIS' . Jessy menatap Cia dengan wajah menyakinkan kembali apa yang tengah gadis itu akan lakukan, Cia mengangguk pasti lalu memasuki ruang osis dan meninggalkan Jessy yang menunggu di depan ruangan.
Tangannya meremas kuat-kuat rok pendek abu-abu yang kini ia kenakan, keringat perlahan menetes di dahinya. Tak dapat dipungkiri bahwa ia sangat gugup, ingat ia tidak gugup karena akan di serang beberapa pertanyaan yang mengintimidasi. Melainkan ia gugup untuk menghadapi Pino, entah mengapa terasa begitu beda jika bertemu di rumah dan di sekolah.
Cia menundukkan kepalanya ketika melangkah mendekati meja yang terdapat beberapa siswa yang tak lain adalah anggota osis yang akan memberikan berbagai macam pertanyaan. Pino berada tepat di depan meja tersebut menanti Cia yang melangkah layaknya siput berlari. "Ciara Tan?" tanya Pino dengan nada yang sangat terkesan datar ketika Cia telah menepatkan bokongnya di kursi di hadapan Pino yang hanya di batasi meja kayu. Cia mengangguk kecil ketika Pino bertanya layaknya ia tidak mengenali Cia, ya memang di sini ia harus memainkan drama, drama yang paling ia benci.
Pertanyaan demi pertanyaan meluncur dari bibir Pino, well lucky girl Cia dapat menjawabnya dengan lancar walaupun suaranya sempat hilang beberapa saat karena grogi yang menyerang dirinya secara mendadak.
"Last, apa alasan lo mau bergabung dengan organisasi sekolah ini?" pertanyaan untuk terakhir kalinya membuat Cia tercekat, ia meruntuki dirinya untuk pertanyaan ini. Mengapa ia mau bergabung? ah bodoh. Ia hanya refleks saat di kelas, entah mengapa ada angin apa ia ingin bergabung dengan organisasi ini.
"Ehm- gue.." ucapnya tergantung, "Gue cuma pengen ber sosialisasi, ya bersosialisasi." lanjut Cia cepat dengan mata yang sedari tadi tidak berani menatap mata Pino menjadi langsung menatap pria itu.
Pandangan mereka bertemu menyebabkan jantungnya menjadi berdetak lebih cepat daripada sebelumnya, masa bodoh jika kalian berpikir ia sudah melebihi batas kelebayan yang normal.
"Udah selesai, mau nunggu apalagi?"
Suara bariton Pino menyadarkan Cia, dengan sedikit malu Cia berdiri dan melangkah keluar dari ruangan yang terasa sangat panas itu walaupun ac yang telah menderu terus menerus.
***
Don't Forget for Votement.
@zersall_ on Instagram
KAMU SEDANG MEMBACA
PINOCIA
Teen FictionIni bukan kisah tentang pinocchio, tapi ini kisah tentang Pino dan Cia yang merupakan saudara tiri. Namun, setiap langkah kehidupan mereka selalu saja tak ada yang namanya kasih sayang. Pino benci Cia, Cia menyukai Pino. Namun, hingga akhirnya Cia t...