"Baasan Jiisan hiks maafkan aku, karena aku Naruto-senpai menjadi seperti itu hiks"
For Kami's sake! Hinata sudah mengatakan itu 8 kali saat ini.
Dengan sabar Kushina dan Minato menjawab penyesalan calon menantunya yang tentunya ke 8 kali juga. Dasar Hinata.
Ha? Calon menantu! It's real.
Jiplakan Minato, yaitu Naruto putra mereka meyakininya dua tahun ke depan berjanji akan melamar Hinata. Sungguh saat kepulangan Naruto yang jauh dalam keadaan normal membuat kedua pasangan MinaKushi mengira-ngira apa yang terjadi.Tadinya Hinata khawatir jika Minato dan Kushina akan menuntut Ayahnya karena berani membuat putra mereka menjadi sulit dikenali dengan bonyok di wajah tan nya. Ternyata- dugaannya meleset SANGAT MELESET. Mereka berdua malah tertawa girang dan malah merasa bangga.
Dear God, keluarga macam apa ini?! Naru-senpai itu anak kandungnya kan? Bukan anak bekas pungut di jalanan?
Setelah Naruto sudah sadar kembali Hinata segera membawanya pergi dari mansionnya Hinata tak ingin mengambil resiko besar lagi jika Naruto akan selamat di mansionnya. Maka dengan inisiatifnya Hinata mengantarkan Naruto kembali ke mansion Uzumaki.
Setelah menyelesaikan tangisannya dan melihat keadaan Naruto kembali Hinata pamit pulang ke mansionnya untuk menenangkan pikiran. Ia baru sadar akhir-akhir ini terlalu banyak hal yang mengejutkan terjadi dalam hidupnya yang semakin dewasa.
-
"Bagaimana keadaannya?"
Telinganya tidak mungkin salah dengarkan? Atau ayahnya habis terantuk di meja? Hinata yakin dirinya juga tidak mengalami benturan keras kok. Perasaan Naruto yang habis kena benturan kenapa Ayahnya yang ngedadak berubah sih?.
"Maksud Tou-san siapa?"
"Bocah Uzumaki" sahut Ayahnya tenang.
"Itu pertanyaan retoris Tou-san. Tou-san sendiri sudah tahu jawabannya." Hinata sedikit menghela nafas kesal.
Hiashi tersenyum inosen. Putrinya memang cerdas.
Karena merasa sudah sangat lelah Hinata hendak mandi dan beristirahat di lantai atas kamarnya. Namun baru dua langkah berjalan Ayahnya kembali bersuara dengan sediplomatis mungkin.
"Bocah itu, kurasa dia mampu menjagamu".
Hinata cepat-cepat menoleh sebelum ayahnya benar-benar pergi ke kamarnya juga. Ia tidak salah dengar dan melihat bahwa barusan Ayahnya memuji Naruto dengan senyum tulus setelah memukulinya habis-habisan. Hinata sedikit-sedikit mengerti apa yang terjadi hari ini tanpa meminta keterangan siapapun.
-
Hiruk pikuk kebisingan jam istirahat kampus membuat ketiga gadis cantik itu memilih duduk di bawah pohon tempat favorit Hinata. Karena jadwal ujian yang akan berakhir suasana kampus menjadi semakin padat. Beruntungnya ketiga gadis itu memilih membawa bento mereka masing-masing memakan bertiga dengan sesekali diselingi obrolan ringan dan ributan kecil dari Sakura dan Ino.
Ino yang melihat senpai mereka berjalan mendekat mendengus tak suka. Akhir-akhir ini Hinata jadi dimonopoli oleh rubah kuning. Hinata menatap aneh dengan pandangan bertanya pada gadis dari keluarga Yamanaka.
Sakura mewakili kepoan Hinata.
"Kenapa kau pig?""Kayanya kita berdua bakal jadi obat nyamuk lagi Jidat! Sai-kun mana Sai-kun" Ino mengusap wajahnya kasar . Sakura memandang Ino aneh dan menatap sepasang kaki di belakang Hinata emeraldnya menelusuri hingga atas dan menemukan wajah senpai mereka dengan cengiran lebar.
"Nata-chan! Pangeranmu tuh" Sakura mencibir tak suka memajukan dagunya ke arah belakang Hinata.
Hinata dapat mencium aroma citrus musk dari belakangnya. Ia mengerti sekarang kenapa Sakura dan Ino menjadi gusar. Wajahnya berubah merasa bersalah. Naruto mendudukan dirinya di samping Hinata menatap wajah gadisnya dari samping.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lavender OORer
FanfictionBEBERAPA PART TERPRIVATE, KEPO? SILAHKAN FOLLOW DAHULU SUMMARY : Niatnya sih menjahili Hinata sebagai awal perkenalan ospek. Eeehhh Naruto malah kepincut oleh pesona perbedaan nyentriknya Hinata dengan gadis lain. Gimana caranya Naruto naklukin hati...