Haiii... Aku datang lagi :p
Ini cerita sebenarnya udah terendap lama banget di laptop. Jadi daripada di-anggurin, aku publish di sini aja. Nggak apa-apa ya? :D
Kalau suka, puji Tuhan. Kalau enggak, ya mungkin belum pas sama kalian wkwk
Oke deh. Jangan lupa vote and comment yaa :* :*
Selamat membaca!
---------------------------------------------------
"What?!" pekik Fani pada Bundanya. "Jangan bercanda deh, Bun. Aku baru pulang nih, capek. Bunda malah ngajak bercanda. Nggak lucu lagi," lanjutnya masih dengan wajah kesal. Siapa yang nggak kesal coba.
Baru juga pulang kuliah, belum ganti baju, belum ngisi perut. Eh, dirinya malah disuguhi pembicaraan yang membuatnya sangat kesal. Pertunangan?! Please deh, sekarang udah jaman modern gitu, udah era globalisasi, masa iya masih ada yang namanya pertunangan karena dijodohin?
"Siapa yang bercanda sih, Fan," jawab bunda Fani geli. Lucu juga melihat putri semata wayangnya itu kesal. "Lagian baru tunangan kok, belom nikah. Ya kan, Yah?" lanjut Bundanya dengan santai. Sekarang malah seperti mengajak suaminya untuk membantu meyakinkan putri mereka. Kontan membuat dahi Fani berlipat saking kesalnya.
"Iya, Fan. Kalian kenalan aja dulu. Anaknya baik kok, ganteng lagi," ucap ayah Fani sambil menutup laptop yang ada di depannya.
"Ya, kan itu menurut Ayah. Belom tentu menurut aku dia ganteng. Masalah dia baik juga, itu kan relatif. Pokoknya aku nggak mau tunangan sama dia. Titik." Fani masih keukeuh pada pendiriannya. Dia benar-benar tidak akan sudi tunangan sama orang yang dia saja nggak tahu wajahnya seperti apa.
"Nggak ada salahnya dicoba, Fan," keukeuh Ayahnya.
Dahi Fani makin berlipat. Heran deh, ini kan urusan pribadi.
"Ayah sama Bunda yang bener aja, sekarang ini udah nggak jaman lagi yang namanya jodoh-jodohan. Apalagi cuma karena orang tua yang saling temenan. Basi tahu nggak. Lagian aku masih sembilan belas tahun. Masih terlalu muda juga buat punya ikatan macem itu," jawab Fani, kepalanya mulai pusing sekarang. Karena dilihatnya, kedua orang tuanya benar-benar serius dengan ucapan mereka tentang pertunangan itu.
"Nah, justru karena kamu masih muda, kan lebih enak kalo kalian kenalan dulu. Jadi nggak keburu-buru. Siapa tahu aja kalian cocok," bunda Fani yang terlihat paling bersemangat dengan rencana pertunangan ini.
"Menurut aku, kami nggak bakal cocok," jawab Fani sambil menggelengkan kepalanya. Diminumnya teh yang sudah disiapkan Bi Inah tadi. Berharap teh itu dapat menghilangkan pusing dadakan di kepalanya.
"Kamu tahu darimana? Emang kamu peramal yang bisa tahu apa yang belum terjadi?" tanya Bundanya dengan mimik lucu.
"Yaahhh, insting aja," jawab Fani. Tapi dari nada suaranya, dia juga ragu dengan jawaban yang diberikannya pada sang Bunda. "Lagian Ayah sama Bunda nggak usah repot-repot deh pake jodohin aku segala. Aku bisa kok cari pacar sendiri," lanjutnya diplomatis.
"Cari sendiri?" tanya ayah Fani dengan alis terangkat.
"Emang kamu bisa? Temen aja cuma Bianca. Bunda malah nggak pernah liat kamu punya temen cowok," sambar bunda Fani.
Dahi Fani kontan makin keriting mendengar ucapan Bundanya itu. Wah, penghinaan tingkat dewa ini namanya, Fani mulai tersinggung. Dia malah mengira ubun-ubunnya udah berasap.
"Bunda sok tahu banget sih. Emangnya kalo punya temen cowok harus ditunjukkin gitu?" Fani malah balik bertanya pada Bundanya. Bingung juga mau jawab apa. Karena yang dibilang sang Bunda memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo, Tunangan Gue !!! [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[Tersedia di toko buku terdekat. Beberapa part sudah dihapus] Fani membenci Reihan Nathaniel setengah mati. Cowok playboy yang selalu menjadi most wanted di kampusnya. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan cowok seperti Rei yang tidak bisa menghargai cew...