Vote and comment yaaa :D
Aku juga butuh feedback dari kalian hehe
-----------------------------------------------------------
Disaat semua cewek bahagia dihari pertunangannya, Fani justru merasakan hal yang sebaliknya. Dia benci hari ini, karena hari ini adalah hari yang paling tidak ditunggu-tunggu olehnya. Maka dari itu, dirinya hanya terduduk dalam kamarnya dan meratapi kemalangan yang dihadapinya.
Cewek itu benar-benar tidak menyangka kalau yang jadi tunangannya saat ini bukanlah seseorang yang sudah ditunggunya bertahun-tahun itu. Entah untuk yang kesekian kalinya, Fani menghela napas kembali.
Matanya mulai memanas memikirkan bagaimana jika pertunangan ini nantinya akan berujung pada pernikahan? Bagaimana jika seseorang yang ditunggunya itu kembali disaat semuanya sudah berubah terlalu jauh? Kemudian, cewek itu menggeleng kuat-kuat. Dirinya berharap hal-hal yang ditakutkannya itu tidak akan pernah terjadi. Ya, semoga saja.
"Anak Bunda kok tampangnya kusut begitu?" tanya bunda Fani dengan lembut dan mengusap kepala putrinya itu dengan sayang.
Sedangkan Fani hanya menggeleng lemah. Dia tahu tangisnya tidak akan mengubah apapun. Karena itu, dia hanya menjawab sekedarnya. "Nggak pa-pa, Bun."
"Senyum, dong," pinta Bundanya. "Masa kamu udah cantik begini, mukanya ditekuk kayak gajah mau beranak."
Fani tahu Bundanya mencoba untuk menghibur dirinya. Karena itu, akhirnya dia memperlihatkan sedikit senyum -yang jelas-jelas sangat dipaksakan- pada Bundanya.
"Gitu, dong. Kamu siap-siap gih. Ntar lagi acaranya mau mulai. Nanti—ehh... Ada Rei, toh. Mau jemput Fani ya?" tanya Bundanya tanpa malu-malu.
"Iya Tante. Sekalian mau pendekatan dulu sebelum acaranya mulai," jawab Rei dengan ekspresi yang membuat Fani memutar kedua bola matanya.
Sedangkan bunda Fani hanya terkekeh geli mendengar jawaban dari Rei. "Yaudah. Bunda tinggal dulu ya. Kamu baik-baik ya sama Rei, jangan galak-galak," pesan Bundanya sebelum keluar dari kamar cewek itu.
"Ngapain sih lo kesini?" Fani langsung bertanya dengan wajah galaknya.
"Yaelah. Baru juga tadi nyokap lo bilang jangan galak-galak sama gue. Durhaka lo nanti, nggak dengerin omongan orang tua," jawab cowok itu santai.
Fani hanya menghela napas mendengar jawaban cowok itu. Emang kalo ngajak badak ngomong nggak ada gunanya, keluh Fani dalam hati.
Kemudian cewek itu berdiri untuk merapikan balutan dress yang dipakainya dan mencoba menata kembali rambutnya yang sedikit berantakan. Dirinya memang tidak menginginkan pertunangan ini, tapi dirinya tidak mau terlihat jelek di depan orang banyak.
Rei melihat semua gerakan cewek itu dalam diam. Dalam hati, harus dia akui kalau malam ini, Fani memang terlihat semakin manis dengan wajah yang diberikan sedikit make-up dan juga balutan dress yang saat ini dipakai oleh cewek itu sangat pas di tubuhnya sehingga sedikit membentuk lekuk tubuh cewek itu.
"Gue tahu, gue emang cantik tapi nggak usah ngeliatin sampe segitunya lah," ujar Fani dengan suara datar saat berdiri di hadapan cowok itu.
Rei sedikit terkejut dengan perkataan cewek itu. Tapi dirinya tidak mau kalah dan membalas dengan pertanyaan yang membuat Fani jadi kesal sendiri. "Kenapa? Lo jadi salah tingkah kalo gue liatin?"
Fani mendengus kesal. "Mending sekarang lo minggir. Soalnya gue mau turun ke bawah."
Cewek itu mengucapkan kalimat tadi sambil sedikit mendorong bahu Rei agar mau bergeser ke samping dan tidak mengahalangi jalannya. Tapi bukannya menyingkir, cowok itu justru menahan pergelangan tangan Fani agar berhenti melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo, Tunangan Gue !!! [Sudah Terbit]
Teen Fiction[Tersedia di toko buku terdekat. Beberapa part sudah dihapus] Fani membenci Reihan Nathaniel setengah mati. Cowok playboy yang selalu menjadi most wanted di kampusnya. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan cowok seperti Rei yang tidak bisa menghargai cew...