Ditunggu vote and comment nyaa yaaaa...
Makasihh :* :*
-----------------------------------
"Jadi sekarang lo lagi deket sama si Ezi?" tanya Rei pada Fani saat keduanya sedang berada di dapur.
Fani yang sedang menyiapkan makan malam mereka, mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan Rei. Bagaimana bisa cowok itu tahu? Setahunya, dia dan Ezi hanya ke kampus bersama dan itupun hanya beberapa kali. Kalau cowok ini -yang tidak begitu suka mengurusi orang lain saja sudah tahu, berarti sudah banyak orang-orang di kampus yang juga sudah tahu.
"Ezi itu anak kelas gue. Jelas aja gue tahu," ujar Rei seolah-olah tahu pikiran Fani. "Jadi ini alasan lo ngasih syarat yang ketiga itu?" tanya cowok itu tanpa sadar dengan nada sedikit sinis.
"Elo apa-apaan sih? Nggak usah ngajak berantem deh. Ini tuh nggak ada hubungannya sama dia. Lo pikir gue mau nungguin waktu selama lima bulan cuma berkutat sama lo doang?" jawab Fani sewot.
"Tapi lo inget kata-kata gue waktu itu kan?"
"Lo juga inget kan? Ada hukuman kalo lo ngelanggar kesepakatan yang udah gue dibuat."
Sial. Dirinya tidak mungkin lupa akan hal itu. Kemudian Rei hanya berdehem dan mulai mengambil makanan ke atas piringnya. Makan malam mereka pun hanya diwarnai oleh bunyi antara piring dan juga sendok.
***
Pagi harinya, Rei hanya mendapati dua potong roti di atas meja makan. Tidak seperti biasanya. "Ini cuma ada roti?" tanya Rei sedikit berteriak agar Fani yang berada di ruangannya mendengar pertanyaannya.
"Iya," balas Fani juga sedikit berteriak sambil merapikan rambutnya. Dirinya sudah hampir terlambat. "Gue bangun kesiangan. Jadi cuma sempet bikinin roti doang," lanjutnya sambil berjalan keluar dari ruangannya menuju ke ruang tengah yang hanya dibatasi oleh kaca.
"Lo dijemput Ezi?" tanya Rei yang sudah berada di depan cewek itu.
"Iya. Kata dia sekalian," jawab Fani sambil memasang sepatunya.
"Sekalian darimana? Dari rumah dia kesini itu kayak dari barat ke timur tahu nggak?"
"Hah?! Masa sih?" Fani balik bertanya sambil mendongak menatap cowok itu.
"Iya. Lain kali jangan suka ngerepotin orang. Gimana kalo dia tahu lo keluarnya dari apartemen gue? Kalo gue sih nggak masalah semuanya ketahuan."
Fani hanya mencibir saat mendengar perkataan cowok itu. "Iya. Iya. Gue juga sebenernya nggak mau kok. Tapi nggak enak, dia kan senior."
Mendengar jawaban cewek itu membuat mata Rei melebar maksimal seperti akan lepas dari tempatnya.
Senior katanya? Gue juga senior lo. Tapi lo selalu nolak kalo gue ngajak berangkat bareng. Nggak pernah sopan lagi.
"Ya udah deh. Gue berangkat dulu ya. Dadahh," pamit Fani pada cowok di depannya.
Rei hanya mendengus kesal melihat kelakuan cewek itu. "Si Ezi juga, jadwal kuliah siang malah berangkat pagi-pagi. Modus banget," cibirnya kesal. Tapi kemudian dirinya terdiam. Kenapa gue jadi kesel sendiri?
***
Selesai kuliah pagi, Fani dan Bianca memutuskan untuk menunggu di kantin karena siang harinya mereka juga ada kuliah lagi. Setelah memesan batagor dan juga es jeruk, keduanya mengambil tempat di pojok kantin.
"Tadi bareng sama Kak Ezi lagi?" tanya Bianca sambil meminum es jeruknya. Fani hanya mengangguk karena dirinya juga sibuk mengunyah batagor. "Lo suka sama Kak Ezi?" tanya cewek itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo, Tunangan Gue !!! [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[Tersedia di toko buku terdekat. Beberapa part sudah dihapus] Fani membenci Reihan Nathaniel setengah mati. Cowok playboy yang selalu menjadi most wanted di kampusnya. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan cowok seperti Rei yang tidak bisa menghargai cew...