Vote and comment yaa...
Thank youuu
--------------------------------------
Setelah menyelesaikan acara makan mereka dan kemudian membereskan dapur dan meja makan, keduanya kembali duduk di kursi meja makan. Fani hanya menunggu Rei untuk memulai pembicaraan mereka. Dirinya berharap ini bukan sesuatu yang akan membuatnya hancur.
"Jadi ada apa?" tanya Fani to the point.
Rei tahu cewek itu tidak akan mau berlama-lama berinteraksi dengannya. Karena itu, dirinya juga akan mempercepat pembicaraan ini, sekalipun nantinya dia akan melihat Fani histeris.
"Lo udah tahu kalo enam bulan dari acara pertunangan kita waktu itu, ortu kita udah sepakat buat bikin acara pernikahan kita. Mereka bahkan udah mulai nyiapin semuanya."
Hening sejenak. Sampai kemudian suara Fani terdengar.
"Apaa?!" pekik cewek itu. "Siapa yang bilang? Kenapa gue nggak tahu? Ini apa-apaan lagi sih?!"
"Lo tenang dulu dong. Lo pikir elo doang yang kaget? Gue juga tahu," dirinya juga memang sangat terkejut saat mendengar Mamanya tidak sengaja berbicara tentang rencana yang sudah orang tua itu buat. "Mereka tuh selalu bikin keputusan tanpa persetujuan-"
"Lo tahu dari siapa? Gilaa!!! Gue harus tanya Bunda sekarang juga," potong Fani sambil bangkit berdiri untuk mengambil ponselnya.
Rei yang melihat hal itu segera mencekal pergelangan tangan Fani, "Mau ngapain? Gue belom selesai ngomong. Makanya, sekarang gue mau bikin rencana."
"Rencana apaan??" tanya cewek itu panik setelah duduk kembali. Dirinya benar-benar tidak bisa tenang sekarang. Bagaimana mungkin Ayah dan Bundanya mengambil keputusan sepenting ini tanpa melibatkan dirinya?
"Kok bisa-bisanya sih mereka ngambil keputusan sendiri?" tanya Fani lirih sambil memijit pelipisnya. "Ini semua tuh gara-gara elo tahu! Coba aja lo nggak terima pertunangan ini, semuanya tuh nggak bakal kayak gini," Fani mulai menyalahkan cowok itu.
Rei tahu cewek itu pasti akan menyalahkannya, karena itu sudah ada jawaban yang akan diberikannya pada cewek di depannya ini, "Kenapa lo malah nyalahin gue? Lo juga nggak bisa nolak pertunangan ini, gara-gara diancem sama bokap lo kan? Kenapa lo cuma nyalahin gue doang? Padahal emang kita berdua yang nggak bakal bisa nolak pertunangan ini karena ancaman dari mereka."
Melihat keterdiaman cewek itu membuat Rei tersenyum dalam hati. Setidaknya dia harus bisa membuat Fani tidak mendebatnya kali ini, agar rencananya dalam membuat kesepakatan dengan cewek ini berhasil.
"Kita bikin kesepakatan aja. Gimana?" tawar Rei.
"Kesepakatan kayak gimana?"
"Kita nggak mungkin mutusin pertunangan ini sekarang. Bisa-bisa ancaman yang mereka kasih bakal langsung direalisasikan. Jadi gue mutusin buat lanjutin pertunangan kita sampe lima bulan kedepan. Setelah it-"
"Bentar. Bentar. Lima bulan? Nggak. Nggak. Gue nggak mau. Itu sih lama banget," tolak Fani mentah-mentah.
"Elo dengerin gue sampe selesai dulu bisa nggak sih?" cowok itu kesal juga dengan reaksi yang diberikan oleh Fani. "Kita nggak mungkin tiba-tiba aja mutusin pertunangan kita. Bisa-bisa nanti mereka curiga. Tapi kalo kita udah jalanin selama beberapa bulan dan kita batalin pertunangannya, mereka pasti nggak bakal curiga," jelas Rei kemudian.
Dirinya memang terlihat santai saat menjelaskan rencananya ini. Tapi dalam hati, dirinya merasa jahat karena benar-benar akan memanfaatkan cewek di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo, Tunangan Gue !!! [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[Tersedia di toko buku terdekat. Beberapa part sudah dihapus] Fani membenci Reihan Nathaniel setengah mati. Cowok playboy yang selalu menjadi most wanted di kampusnya. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan cowok seperti Rei yang tidak bisa menghargai cew...